Showing posts with label pernak-pernik hikmah. Show all posts
Showing posts with label pernak-pernik hikmah. Show all posts

Saturday, September 26, 2009

Thanks to Thufail Al Ghifari

bukan untuk idola dan diidolakan semua karya ini. tapi cuma sekedar menunjukkan keterbatasan diri. jika ada yang berharap menjadi raja, maka disini bukanlah tempat yang cocok untuk dirinya. irama ini hanyalah bisikan yang selama ini gagu. gagasan ini hanyalah geliat yang selama ini kaku. … … lisan yang selama ini selingkuh dengan dusta, kita bersihkan dengan asmara. dulu kita masih kecil, lebih kecil dari lubang jarum. sekarang saat kita sudah besar, tanggung jawab kita bertambah-tambah. sudah bisa dinilai orang. karena kita sudah sering kelihatan. berhati-hatilah dengan sanjung puji. karena mengharap sanjung puji hanya ada di benak bukan orang yang terpuji. (Thufail Al Ghifari on INTRO)

Sudah lama saya ingin sekali menulis ini. tentang Thufail Al-Ghifari. Seorang rapper muslim Indonesia yang saya banggakan. Lirik-liriknya yang keras, menggelitik, mengkritik sangat saya sukai. tidak peduli jika terlalu keras karena kritik. toh terkadang saya lebih suka lagu humanis dan kritis daripada lagu cinta yang mellow. bisa dibilang untuk urusan genre pop atau lagu populer saya lebih memilih lagunya Iwan Fals daripada lagunya KD. tapi untuk sekian lagu, saya paling suka lagunya Thufail Al-Ghifari. seorang rapper yang juga seorang muallaf. sebab terlahir dari keluarga pendeta.

ya, ia hanyalah seorang rapper biasa yang terlahir dari keluarga pendeta yang religius. namun pencarian kemurnian melabuhkan hatinya kepada Islam pada tahun 2002. karir bermusik sudah ia mulai sejak SMP kelas 2 dengan membentuk band Raflesia. dan hal ini berlanjut hingga ia duduk di bangku SMA, dengan membentuk band yang berbeda-beda. hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk bersolo karir setelah band terakhirnya, Stompkin, bubar. namun solo karir pun tidak semulus yg dibayangkan. butuh waktu 2 tahun sebelum album pertamanya ‘Syair Perang Panjang’ dirilis. sebab ia telah terlahir dari pembinaan keluarga kristiani selama 20 tahun dan mungkin ini halangan terberatnya, dari keluarga yang taat pada agama lamanya. selain itu, album pertamanya yang juga merupakan indie label ini menuai banyak kritik. meski pada akhirnya Thufail tak pernah peduli dengan kritik dan tetap melanjutkan merilis album pertamanya yang luar biasa ini. untuk profil Thufail Al Ghifari selengkapnya bisa dilihat disini.

Kenapa saya berterima kasih untuk Thufail? sebab, musik-musiknya selalu menemani saya ketika saya tengah berkutat dalam hal-hal yang sulit seperti di saat saya sedang mengerjakan skripsi dan merasa terpuruk dengan hal itu. ketika saya merasa lemah dan terpuruk akan kekuatan diri dan merasa terzholimi dan merasa kecewa dengan apa yang diberikan Tuhan kepada saya. lirik-lirik Thufail yang mengingatkan bahwa pemikiran saya ketika itu salah. tapi kadang merasa bersalah juga terlalu menjadikan musik Thufail sebagai tameng iman dan hati. padahal ada murottal yang bisa membangkitkan semangat keimanan. dan pasti Thufail sendiri juga tidak setuju dengan aksi saya ini. karena ia tidak suka jika lirik hip hopnya sampai dipuja secara fanatis.

lirik terbarunya ialah DEMOCRAZY. sangat kejam dalam mengkritik. hihi.

Hati-hati freemasonri
Terbangun Dari Rotasi Konspirasi
Energy Hirarki Para Tirani
Kamuflase Hak Asasi

tapi yang paling saya suka ialah lagu INTEGRITAS. sangat menggugah. untuk lihat video klipnya bisa lihat disini.

Dapatkah kau tetap bijak? Walau kepercayaan tertikam dari belakang. Dapatkah termaafkan salah? Lalu panjatkan syukur dan meredam prasangka, reduksikan amarah di indahnya hegemoni kita. Di hadirat Ilahi ku bertahan. Dalam telapak tanganNya ku berteduh. Dan iman ini sejukkan nurani. Masih perdulikah Tuhan pada diri ini? Entahlah! Bersyukur lalu ku bersujud, rebahkan lutut takkan ku ratapi maut. Disetiap batas waktu ku berserah, dan restui rencana perjuangkan takdir hidupku. Jika dapat ku bentangkan mimpi, dan ijinkan ku menjinakkan duka. Karena mata ini terlalu lelah menyimak derita, dan hati ini terlalu letih menapaki hari. Disetiap langkah, ku menyimak nestapa. Waktu yang selalu melukis cerita; luka, duka dan suka. Menjadikan semua kenangan yang penuh canda tawa. Kadang hari pula begitu membosankan, menyulut emosi di setiap batas-batas mimpi kita. Kau dan aku, kawan, kita semua, akan ku kenang selalu di dalam hatiku…

Kuharap kau..tetap terjaga..tirai-i langkah dengan doa..Kuharap kau.. tetap terjaga..tirai-i langkah dan doa..


dan sekarang ini, tepatnya sejak setahun lalu, Thufail sudah vacuum dari solo-nya. ia kini berada dalam sebuah band rock n roll yang bernama THE ROOTS OF MADINAH. dalam band tsb, Thufail menjadi lead vocal. untuk lebih lanjut bisa dilihat di http://therootsofmadinah.multiply.com/

sumber:

http://thufailalghifari.multiply.com/; http://therootsofmadinah.multiply.com/; http://nasyidindonesia.co.cc/; http://topikliriklagu.com/.

PS: saat ini saya sudah pindah blog ke http://dhila13.wordpress.com

Tuesday, April 21, 2009

Allah swt, Pulsa, dan Komik Jepang: Resensi Tentang Kehidupan dan Penciptanya


“Allah itu ada dimana-mana, bahkan di angka nol sekalipun. Karena nol pangkat nol sama dengan SATU. Eh, bener kan yah analisa matematikanya. Hehe” ~quote-nya Dila yang suka ga jelas.



Ah, lagi-lagi rasa ‘bungah’ itu datang ketika saya mendapat buku (objek) yang menjadi bahan bacaan baru bagi saya. Seperti tulisan pada paragraph pertama pada artikel saya yg berjudul Menyiapkan Momentum: Karena Kita adalah Bagian dari Momentum itu (ulasan dari bukunya bang Rijalul Imam yang berjudul “Menyiapkan Momentum”) saya pun kali ini juga menulis tentang perasaan bungah ketika bertemu dengan buku dan ketika harus mengulasnya. Hmm… *senyum-senyum sendiri*

Buku yang ingin saya ulas kali ini ialah buku karya pak (atau saya panggil om aja nih) Tauhid Nur Azhar yang berjudul Allah Swt, Pulsa, dan Komik Jepang: Menelusuri Jejak Tauhid. Saya baru saja mendapat pinjaman buku ini dua hari yang lalu dari seorang teman yang sangat baik. Ketika itu saya dengan wajah memelas memintanya untuk meminjamkan buku kecil itu pada saya. Lalu dia bilang, “boleh, tapi seharinya….” Teman saya itu menggantungkan ucapannya. Saya pun keburu malas, karena biasanya nada-nada seperti itu alamat tidak memperbolehkan barangnya dipinjam orang lain. Tapi ternyata saya salah, dia mau meminjamkannya dengan tulus pada saya karena kebetulan ia sudah membaca. *asiikkk….!!* hati saya bersorak ramai.

Allah Swt, Pulsa, dan Komik Jepang merupakan judul yang cuku menarik dan bikin penasaran khususnya bagi para pembaca awam yang tidak tahu strategi marketing pemasaran buku (kayak Dila tau ajah deh). Pasalnya teman saya yang meminjamkan buku ini pada saya itu bilang, “Tapi judul-judul ini engga nyambung satu sama lain, Dil. Ceritanya terpisah semua. Kirain bakalan ada hubungannya satu sama lain. tapi keseluruhannya bagus kok.”. Saya hanya manggut kecil. Sebenarnya dari judulnya saya sudah tau jika ini pasti tentang penggalan-penggalan kisah sarat hikmah yang pada ujungnya selalu terkait dengan keesaan dan keberadaan Tuhan. Dan ternyata memang benar, kurang lebih isinya seperti yang saya duga.

Menelusuri Jejak Tauhid pun merupakan judul yang oke dan bermakna ganda yang keren menurut saya. kenapa? Ya, karena pertama, menelusuri jejak tauhid bisa diartikan menelusuri keberadaan Tuhan dan keesaan-Nya seperti yang telah saya kemukakan diatas. dan yang kedua, menelusuri jejak tauhid bisa diartikan menelusuri jejak atau cerita hidupnya si-Tauhid, sang pengarang buku ini. Nyambung kan? Menarik kan? Hebat yang bikin judul. Entah sengaja atau tidak mau buat sub judul seperti ini, tapi semuanya bermuara pada hal yang saling terkait yakni tentang cerita si-Tauhid dalam rangka mengenal Ketauhidan Tuhan.

Saya hanya butuh seharian membaca buku ini. Di tempat tidur kosan, di kantor tempat magang (sambil ngawas orang-orang yang lagi test TOEFL), di bus way dan di angkot yang alhamdulillah lampunya cukup terang menerangi saya membaca pada senja yang gelap. Sambil menahan guncangan jalan raya yang rusak (nakal betul Dila ini, udah tau minus dan silindernya gede betul, tapi masih aja suka baca di angkot. Kata guru fisika SMP itu justru bikin mata makin rusak), saya berusaha menahan air mata dan tawa saya ketika membaca kisahnya pak Tauhid. Mengharukan dan benar-benar membuat iri (aduh ngapain iri sih, manusia kan ditakdirkan memiliki rezeki masing-masing). Semua kisahnya saya suka. Namun ada satu artikel yang saya kurang mengerti, yakni yang mengenai ikan salmon. Atau saya yang bebel yah, hehe. Dan yang paling membuat saya terharu ialah tiga kisah terakhir yang tercatat di daftar isi. So sweet!

Hidup ini memang indah, terutama bagi mereka yang bisa memaknai dan mengambil hikmahnya. Dan hidup ini adalah sebuah satu paket perjalanan menyenangkan termasuk suka dan dukanya, juga pahit, getir, asam, asin hingga manisnya. Namun sayang, ternyata banyak yang tidak bisa mengambil hikmah dan mengambil sisi keindahan dari kehidupan yang dimilikinya. Sehingga yang ada hanyalah kesempitan dan kesempitan. Penuh sesak dan ditekan dengan makhluk yang bernama ‘stress’ sehingga bisa menimbulkan penyakit kanker. Ya ga pak Tauhid J ?

Ah, Cuma segini yang bisa saya ulas. Tidak sebagus Om Pepeng yang menulis kata pengantar buat bukunya pak Tauhid ini tentunya. Tapi saya senang bisa menuangkan apa yang saya rasakan ke dalam tulisan. Dan ini seperti biasanya, ya seperti biasanya. Saya selalu menulis tentang mereka yang saya kagumi (termasuk pak Tauhid. Semoga kapan2 bisa ketemu dan bisa wawancara seperti wawancara saya pada semua orang yang saya kagumi) seperti tukang sayur berwajah teduh, tukang Koran yang selalu ber-ikhtiar, atau kisah tentang adik saya yang buta sebelah, atau pula ketika saya bercengkrama dengan capung.

Sunday, April 12, 2009

DOWNLOAD LIST RADIO STREAMING ONLINE

Hai teman-teman, atas dasar ingin berbagi dengan kalian semua. Saya memiliki list radio streaming beberapa radio yang ada di Jakarta dan kota-kota lain. *daripada bawa2 radio pas ngenet atau ngompu, mending dengerin radionya dari kompu pake WINAMP. ya ga??*
nah, untuk itu silahkan klik DISINI.
sebelumnya thx... ^__^

Friday, April 10, 2009

What Happen with Polygamist Candidates? I Always Agree with What Allah Said in Al Qur’an

Actually this article is the English version of Indonesian version article entitled “Jangan Pilih Caleg Poligami: LHO, EMANGNYA KENAPA??”. When I read spot news about list of polygamist candidates which is released by a women’s rights group or we can named it feminist on Jakarta Globe date on Saturday/Sunday, March 28/29, 2009, I wondered why did they do that? They just waste their time for nothing.

Even they have reason in releasing this information. One of them said, ”We do not want to tarnish their image, we just want the voters to know their background. It’s up to voters whether to cats votes for them or not”. It’s like the classic reason. I always wonder why polygamy action always is protested. Whereas this has been written on the Holy Koran since thousands years ago. Some said it (polygamy action) breaks human rights. It hurts women and ruins the household. But those reason just the anxiety that no need to be afraid.

Polygamy, as people have known, is an action to own more than one wives. For some it includes violent action. But some agree for this polygamy, especially the muslim. According to the Holly Koran, An Nisa, 3, it’s said:

If you fear that you shall not be able to treat the orphans with fairness, then you should not marry the women with orphan children; marry other women of your choice: two, three or four.

It’s clear that polygamy just be permitted, not be forced. Also it has some requirements to be a polygamist. First, he should able to be fair on her wives and families. Second, he should a wealth man, at least having sufficient properties to maintenance his families. And also, here is the last but not least, he should promise that never do any violence on his families especially his wives. So, don’t try to be a polygamist if you are not qualified. And also don’t be afraid to be a polygamist if you are qualified, because may be it can be a solution to human in this world. *we know that women are the majority in this world and men are the minority*

Sunday, April 5, 2009

5 Faktor yang Mendasari Sebuah Hubungan Pertemanan

Prolog: kebetulan saat ini saya sedang mempelajari skripsi saya yang sebentar lagi akan diuji dalam sebuah momen yang bernama UJIAN SKRIPSI atau SIDANG SKRIPSI atau SEMINAR SKRIPSI atau apapun itu namanya. Dan ini adalah salah satu cara saya untuk me-review skripsi saya.

Dalam sebuah hubungan apakah itu pertemanan, persahabatan, suami-istri, dll kita meyakini jika dibalik itu ada faktor yang mendasari kedekatan dan hubungan tersebut. Menurut Robert S. Filedman, dalam bukunya yang berjudul “Sosial Psychology: Theories, Research and Application” setidaknya ada 5 faktor yang mendasari kedekatan antar dua orang yang membentuk sebuah hubungan, yakni sebagai berikut:

1. Kesamaan

Kesamaan yang dimiliki merupakan faktor dasar yang membuat seseorang berinteraksi dengan calon temannya. Misalnya ada dua orang bertemu di suatu tempat, ketika memulai percakapan, ternyata diketahui dua orang tersebut memiliki asal yang sama, hobi yang sama dan kesukaan yang sama. Dan ini merupakan faktor fundamental yang memungkinkan mereka menggali kesamaan lainnya dan mulai berteman.

2. Rasa Suka yang Timbal Balik

Maksudnya disini ialah, jika kita menyukai teman kita setidaknya teman kita itu membalas rasa suka kita. Dengan begini akan mengukuhkan sebuah pertemanan atau hubungan. Atau misalnya kita memberi atau berpartisipasi ketika teman kita kesusahan, dan teman kita itu pun membalas pemberian kita dengan mengucapkan terima kasih atau berganti memberi ketika kita berada dalam posisi kesulitan.

3. Kualitas Positif

Kualitas positif ialah karakter positif yang dimiliki seseorang yang menjadi teman kita. Sebelum menjadi teman, biasanya kita akan melihat dulu siapa orang yang akan menjadi teman kita itu. seperti apa karakternya? Baik atau burukkah? Pintar atau bodohkah? Jika ia memiliki kelebihan, apa kelebihannya? Jika ia memiliki keburukkan, kira-kira apa?

Biasanya seseorang cenderung memilih teman yang memiliki kualitas positif. Meski memang tidak harus sempurna kualitas positif yang dimiliki calon teman kita itu. sebab manusia memang tidak ada yang sempurna. Lagipula, jika terlalu sempurna kemungkinan besar tidak ada yang ingin berteman dengan orang yang terlalu sempurna. Sedikit kualitas negative atau beberapa karakteristik yang kurang bagus bisa dimaklumi calon teman. Sebab adanya seorang teman ialah untuk saling melengkapi kekurangan bukan saling menyaingi kelebihan.

4. Fisik yang Menarik dan Rasa Suka

Tidak dipungkiri, seperti kualitas positif tadi, jika seseorang memiliki fisik yang cukup menarik akan menjadikannya disukai banyak orang dan kemungkinan banyak yang ingin menjadi teman dan sahabatnya. Dan inilah salah satu faktor yang mendasari awal sebuah hubungan. Meskipun terkadang memang fisik menarik ini tidak terlalu menjadi jaminan pertemanan yang baik. Itulah kenapa hal ini ditempatkan menjadi faktor keempat. Sebab faktor yang paling mendasar dalam sebuah hubungan memang kesamaan yang dimiliki dua orang yang menjalin hubungan pertemanan.

5. Penampilan Fisik dan Sikap Sosial

Faktor kelima ini pun hampir sama dengan faktor keempat. Lagi-lagi pandangan pertama memang modal kuat untuk menentukan rasa suka kepada calon teman. Penampilan seseorang yang menarik bisa jadi membuat kita suka pada pandangan pertama. Namun jika hal ini diikuti dengan sikap social (interaksi social) yang baik akan semakin menarik. Sebab jika ada seseorang yang cantik atau tampan dan memiliki penampilan menarik, namun ia adalah seorang yang tertutup dan asosial atau mungkin memiliki sikap yang kurang baik di masyarakat misalnya, tidak akan ada orang yang ingin menjadi temannya. Jikalau ada mungkin sedikit.

Begitulah 5 faktor hubungan yang menjadi dasar hubungan pertemanan. Jika ingin mendapat artikel versi bahasa Inggris, klik disini.

Saturday, March 14, 2009

Muslimah, Apa yang Dikau Inginkan untuk Diri dan Bangsamu?

Allah menciptakan dua jenis manusia di dunia ini yakni laki-laki dan perempuan. masing-masing memiliki keistimewaannya tersendiri. namun selama ini pandangan dunia terhadap perempuan begitu melemahkan, perempuan yang tidak cepat tanggaplah, hanya menyusahkanlah, tidak bisa ikut berkompetisi dengan lawan jenisnya, hanya dibutuhkan untuk urusan rumah tangga saja, dll. maka itulah kenapa pemikiran Feminisme muncul. mungkin saking merasa dipojokkan, kaum feminisme ngotot menyuarakan persamaan antar laki-laki dan perempuan dalam berbagai hal! padahal harusnya tidak begitu juga.

Laki-laki dan perempuan memang berbeda pada dasarnya, namun perbedaan itu dimunculkan justru untuk saling melengkapi. Tuntutan persamaan dalam setiap hal bisa jadi akan menyusahkan perempuan sendiri. Namun demikian, perempuan pun tidak bisa juga dianggap rendah. Mereka punya suara yang menentukan nasib mereka *asal tidak melawan takdir tentunya*. Bahkan mereka pun punya hak suara dan tindakan dalam menentukan nasib bangsa ke depan. Bagaimana menurut antunna? Kira-kira apa yang ingin antunna lakukan untuk bangsa ini?

Bagaimana jika perempuan menjadi pemimpin? Bisa saja. Asal memang capable dalam menguasai segala bentuk permasalahan bangsa ini. Bisa dengan arif mencari solusi dan bekerja sama dengan pihak manapun. Tapi terlalu sempit jika kita berdebat tidak bolehnya perempuan menjadi pemimpin negeri ini. Lebih baik kita bicara mengenai keinginan perempuan itu sendiri dalam menyikapi persoalan bangsa. Ada yang mau sharing pendapat? Kira-kira apa yang ingin antunna berikan untuk bangsa ini? Meski sebagai istri dan ibu, kita pun berhak menentukan kemana arah bangsa ini? Jangan sampai kita hanya manggut ketika disodori kebijakan, apalagi kebijakan itu ternyata tidak memihak kaum kita. Sampaikanlah, ukhti. Sampaikanlah.
Memang saya sengaja ingin mendengar pendapat antunna. Karena kita tidak bisa bertanya pada laki-laki tentang apa yang perempuan inginkan. Setiap jiwa punya suara yang berbeda. Dan saya yakin perempuan punya sendiri pilihan dan opini untuk ummat. Ya ukhti, sampaikanlah. Sampaikanlah. Just reveal what’s on your mind.

Wednesday, March 4, 2009

Kesombongan Mengalahkan Hati Nurani

saya menyebut kisah (berjudul 'Kesombongan Mengalahkan Hati Nurani') yang akan saya sajikan dibawah ini ialah merupakan kelengkapan dari artikel yang diberikan Akh Umam kemarin. kisah dibawah ini diambil dari buku serial "30 KISAH TELADAN jilid 3" karya K.H. Abdurrahman Arroisi, terbitan PT. Remaja Rosdakarya Bandung, cetakan ke-9 taun 1994, beli taun 94 (juga) di toko Walisongo, Kwitang, harganya masih Rp. 2.750,- (kisah dibawah ini ditulis ulang dgn sedikit lebih singkat o/ saya)

Sudah semenjak sebelum kedatangan Islam, Abu Dzar Al Ghifari bersahabat akrab dengan Abu Jahal. Keduanya sama-sama saudagar dan malah berkongsi dagang yang saling menguntungkan. Bila berkunjung ke kota Makkah, Abu Dzar selalu membawa barang-barang dagangan yg dijual dgn perantara Abu Jahal. Pada suatu hari kedatangan Abu Dzar tdk membawa apa-apa. Tidak membawa barang, dan tidak pula uang perniagaan.

AJ (Abu Jahal): Engkau membawa barang dagangan wahai sahabatku?
AD (Abu Dzar): Tidak.
AJ: Engkau membawa uang?
AD: Juga tidak.
AJ: Sudah gilakah engkau sahabatku? Datang jauh2 ke Makkah tanpa membawa barang ataupun uang. Sintingkah engkau? Jadi dengan tujuan apa engkau kemari?
AJ: Kali ini kedatanganku kemari bukan utk mengadu untung dlm perdangan.
AD: Lalu, utk apa?
AJ: Aku ingin bertemu dgn kemenakanmu.
AD: Utk apa bertemu dgn kemenakanku? Siapa yg kau maksudkan?
AJ: MUHAMMAD. Aku dengar dari sahabatku bahwa ia telah diangkat menjadi Rasul. Bukankah Muhammad anak saudaramu? Engkau harus bangga mempunyai kemenakan semulia itu.
AJ: Hai sahabat, dengarkan nasihatku. Jangan kau temui dia.
AD: Mengapa?
AJ: Muhammad itu amat menarik. Sekali berjumpa engkau akan terpikat kepadanya. Wajahnya bersih. Perkataannya berisi mutiara hikmat. Perilakunya amat lembut, dan sopan santunnya sangat luar biasa. Apalagi jika ia membacakan wahyu, semua kalimatnya menyentuh jiwa.
AD: Berarti engkau yakin ia seorang Rasul?
AJ: Tentu saja, kenapa tidak. Mustahil ia bukan seorang rasul. Otaknya amat cerdas. Budi Pekertinya sangat mulia. Daya tariknya hebat bukan main.
AD: Engkau yakin, kemenakanmu itu Utusan Allah.
AJ: YAKIN BETUL
AD: Kau percaya bahwa ia benar?
AJ: LEBIH DARI SEKEDAR PERCAYA.
AD: Jadi kau mengikuti ajaran agamanya?
AJ: APA? Ulangi sekali lagi pertanyaanmu?
AD: Maksudku, apakah engkau sudah menjadi pemeluk Islam?
AJ: AKU MASIH TETAP ABU JAHAL, sahabatku, bukan orang yang sudah miring. Dibayar berapapun aku tak mau jadi pengikutnya.
AD: Bukankah engkau yakin bahwa Muhammad itu benar?
AJ: Walaupun aku yakin bahwa Muhammad memang benar, aku tetap akan melawan Muhammad sampai kapanpun juga.
AD: Apa sebabnya?
AJ: Kedudukanku dan wibawaku akan hancur berantakkan bila aku mau menjadi pengikut kemenakankusendiri. Akan kuletakkan dimana mukaku di mata bangsa Quraisy?
AD: Pendapatmu keliru, sahabat.
AJ: AKU TAHU BAHWA AKU MEMANG KELIRU.
AD: Dan kelak engkau bakal kalah.AJ: Ya, bisa saja aku kalah. Bahkan aku tahu, di akhirat bakal dimasukkan ke dalam neraka jahim.Tapi aku tidak mau dikalahkan Muhammad di dunia, walaupun di alam sana aku pasti dikalahkannya.

Demikianlah yang terjadi, hati nurani (kebenaran) sering kali terpaksa tunduk oleh keserakahan dan kesombongan diri. mungkin saja kita mengerti dan tahu akan kebenaran, namun kadang ego pembenaran diri menjadi tinggi dan mengalahkan kebenaran itu sendiri.Wallahu'alam...moga bisa dipetik hikmahnya.

Tuesday, January 6, 2009

Memurnikan Cinta

Oleh Rizki Romdhoni * (Penulis merupakan salah satu teman pemilik blog ini. beliau cukup aktif di bidang kaderisasi beberapa organisasi dakwah di Jakarta)

Rasulullah Saw bersabda, "ada tiga hal, jika ketiganya ini ada padadiri seorang maka ia akan merasakan manisnya iman, yaitu (1) menjadikan Allah dan RasulNya lebih ia cintai dari apapun juga (2) mencintai seorang hanya karena Allah (3) membenci untuk kembali kepadakekafiran setelah sebelumnya Allah menyelamatkannya, sebagaimana iamembenci jika dilemparkan ke dalam neraka." (HR. Bukhori, Muslim,Ahmad, Tirmidzi, Nasa'I dan ibn majah dari Anas)

Ada fenomena hijrah yang tersirat dari hadits di atas, yang selalumembutuhkan siraman dan pemeliharaan. Hijrah yang memindahkankehidupan kelam menjadi kehidupan yang lebih bersih, lebih cerah danlebih menjanjikan. Sahabat Rasulullah adalah orang yang paling mampumerasakan manisnya iman itu, setelah sebelumnya bergelimang dengankehiruk pikukan kehidupan jahiliyah, yang kemudian mereka tutup denganhijrah tersebut.Namun pada akhirnya sekedar rasa itu saja ternyata belum cukup,terbukti dengan taujih Rasulullah ini yang memotivasi mereka untukselalu memelihara, menyirami dan memupuki tanaman iman ini. Karenakeimanan, sebesar apapun dan semanis apapun, ternyata masih rentanterhadap godaan-godaan dan badai topan yang selalu menerjang.

Sebagaimana juga rentannya hati manusia dari noda-noda hitam yangmengkelamkannya. Tidak pandang bulu siapakah manusia itu, ustadz,mahasiswa, da'I atau para sahabat Rasul sekalipun. Mungkin inilahhikmahnya mengapa Rasulullah mengatakan hal ini langsung di hadapanpara sahabatnya.

Dalam sebuah hadits yang sangat masyhur, Rasulullah pernah memberikanwarning akan pentingnya menjaga motif dalam berhijrah. Ketika itu beliau mengatakan, "bahwasanya segala perbuatan itu tergantung dariniatnya dan bahwasanya seorang itu akan mendapatkan (ganjaran dariAllah) sebagaimana yang diniatkannya. Maka barang siapa yang berhijrah karena mengharapkan Ridho Allah dan RasulNya, maka ia akanmendapatkannya. Namun barang siapa yang berhijrah karena mengharapkan hal-hal yang bersifat keduniawian atau karena ada seorang yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu akan mendapatkan sebagaimana yangdiniatkannya."

Sesungguhnya sangat tragis, seseorang yang sudah mengahbiskan waktu,biaya, tenaga dan usaha untuk sebuah aktivitas yang secara dzohir adalah aktivitas da'wah, namun ternyata didalamnya terdapatkegersangan dan kerapuhan yang memotivasi aktivitas tersebut. Apalagi hanya karena faktor "lawan jenis" yang diharapkan dapat hidupbersamanya kelak. Walaupun mungkin dimata manusia, kerapuhan itu tidaknampak, namun dimata Allah, hal sekecil apapun tidak akan ada yang tertutupi.

Untuk itulah Rasulullah tidak bosan untuk mentaujih sahabatnya denganketiga hal ini.
1. Pertama untuk mencintai Allah dan RasulNya diatas segala-galanya, yang sekaligus juga memberikan nuansa untuk meluruskanniat-niat dari bisikan syaitan dan manusia yang akan mengotorinya.

Dalam sebuah hadits Rasulullah juga mengingatkan "sesungguhnya Syaitan itu berjalan dalam tubuh anak cucu adam sebagaimana perjalanannya darah".
Sebuah ungkapan yang memberikan suatu rasa bahayanya bisikandan godaan syaitan. Oleh karena itulah, niat yang lurus tetap harusdijaga kelurusannya sampai waktu yang tak terbatas, karena tidakmustahil, yang lurus bias menjadi bengkok di tengah jalan. Dan jikasudah bengkok, itu merupakan pertanda musnahnya amalan-amalan yangtelah dengan lelah diusahakannya.

2. Kedua, Rasulullah mentaujih untuk mencintai seseorang hanya karenaAllah.
"warning" yang kedua ini, meskipun bernuansa ukhuwah, namunlagi-lagi kembalinya kepada niat yang bersih. Ukhuwah dengan segalakeutamaan yang dimilikinya. Jangan sampai keinginan-keinginan duniawimenyelinap lalu menggerogot habis nilai-nilai keukhuwahan itu sendiri.Ketiga, adalah hal yang sangat kental nuansa keterkaitannya denganhijrah. Setelah kenikmatan hijrah itu terasa manisnya dalam hati,dalam gerakan dan dalam segenap aktivitas, maka jangan sampaikenikmatan ini pergi begitu saja tanpa berpamitan kepada si pemiliknya. Namun terkadang, hal ini pulalah yang sering banyakdilupakan oleh kita semua.

Ada sebuah fenomena yang terasa berbeda ketika seseorang melangkahkan kakinya ke dalam dunia islam yanghakiki. Ada derai air mata yang membasahi pipi ketika teringat betapadahulu ia bergelimang dosa. Ada pula tetesan air mata lain ketikamenikmati lantunan ayat suci al qur'an dibacakan dalam sholat malam. Dan ada berbagai kenikmatan lain yang teramat sukar digambarkan dengankata-kata…Mungkin itulah halawatul iman, yang memang tak sebanding dengankenikmatan dunia yang fana. Karena kenikmatan manisnya iman ini adalahkenikmatan abadi yang tiada pernah akan diketahui kecuali oleh merekayang pernah merasakannya. Namun entah mengapa, ketika ia harus bergesekan dengan waktu, kegiatan-kegiatan da'wah dan setumpuk agenda lainnya yang secara formal menggambarkan keiltizaman terhadap islam, justru kenikmatanmanisnya iman ini terasa kian lama kian pudar. Diakui atau tidak,demikianlah kenyataannya.

Terasa dalam sanubari,kelonggaran-kelonggaran praktis dengan berbagai alasan, yang seolahmemaksa kita untuk melegalkan berbagai tindakan yang sebenarnya tidak syar'I. marilah kita jujur kepada diri kita sendiri dan tentunyakepada Allah, tentang seberapa jauh sudah kita tinggalkan Dia? Betapaternyata dalam formalitas kedekatan kita kepadaNya ada jurang yang kita buat sendiri yang justru memisahkan kita dengan Allah. Seorang da'I memang memerlukan perenungan kembali tentanglangkah–langkahnya sendiri. Tadabur yang dapat membenahi kembali langkah-langkah kaki menggapai ridho ilahi. Kalau dahulu kita bisa hijrah meninggalkan kemaksiatan, seharusnya semakin lama kita semakinjauh dengan dengan kemaksiatan tersebut, bukan malah mencoba bermainapi dengan 'sesama aktivis da'wah' dalam kemaksiatan yang sama.

Syaitan tetaplah syaitan, yang selalu berupaya menjebloskan langkah kaki kita dalam lobang-lobangnya. Syaitan akan bergembira karena bisa menjebloskan kita ke jalannya setelah kita hijrah, padahal dulu merekakecewa melihat kita hijrah. Ada benang merah yang sukar dipisahkan baik ketika kita berada dalamkejahiliyahan maupun setelah kita berhijrah, yaitu ketika kita jugaterperdaya oleh makar-makarnya. Benang merah itu adalah bahwa kitasama-sama masih terjerat dalam tipuan syaitan.Begitulah memang salah satu dimensi kehidupan manusia yang sangatlemah, manusia yang tiada daya dan selalu terperdaya. Maka sudah jelasbagi kita, bahwa tidak ada jalan lain, kecuali untuk merajutjalanmenuju RidhoNya. Marilah kita mentajdid (memperbaharui kembali)kehijrahan kita, untuk merasakan kembali manisnya iman yang sempatmenghilang dari sanubari kita yang paling dalam. Jangan biarkan iahilang untuk selamanya, jangan pula kita mencerai beraikan lagibenag-benag yang sudah kita pintal sendiri.

Allah SWT mengatakan dalamAl Qur'an "dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatankeji atau menganiaya diri sendiri, mereka langsung ingat kepada Allahlalu memohon ampunan terhadap dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yangdapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidakmeneruskan perbuatan kejinya sedangkan mereka mengetahui. Mereka itubalasannya adalah ampunan dari Rabb mereka dan syurga yang didalamnyamengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya. Dan itulahsebaik-baik pahala orang-orang yang beramal." (Q.S 3:135-136)

Bersihkan Hati Wahai Da'iManusia diciptakan Allah SWT dengan memiliki dua komponen pentingdalam dirinya: pertama komponen materiil, yang berupa jasadiyah dengansegala kesempurnaannya. Kedua, komponen ruhiyahnya berupa ruh yangAllah tiupkan ke dalam tubuh manusiaKomponen kedua inilah sebenarnya yang memiliki kekuatan besar dalamdiri manusia, karena lebih dapat menangkap dan memahami tentanghakekat keberadaan alam semesta ini. Kekuatan ruhiyah ini adalahkekuatan yang tiada batas, yang dapat menembus dinding-dinding batuanyang kua, dan dapat menerjang dan bertahan di tengah-tengah goncanganbadai yang teramat dahsyat sekalipun.

Muhammad Qutub mengatakan,"bahwa kekuatan ruhiyah tidak mengenal batasan ikatan, dan tidak pulamengenal keterbatasan waktu dan tempat…"

Atas dasar urgensitas inilah, maka para aktivis da'wah seyogyanyaadalah mereka-mereka yang menitikberatkan tarbiyah nafsiyahnya padasector ruhiyah ini. Karena sector ini menunjukkan secara dzohiritentang kadar kebersihan jiwa seorang al akh ataupun ukht. Melalaikanhal ini merupakan salah satu bentuk membiarkan diri terbawa aruskehancuran.

Padahal Allah mengatakan: walaa tulqu biaydikum ilattahlukah "dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalamkebinasaan" (2:195)

Dapat kita bayangkan, bagaimana kadar keimanan orang-orang yang menjadi mad'u kita, masyarakat sekitar kita, jika para da'iyahnya sendiri hanya memiliki kadar ruhiyah sekitar misalnya 5% saja? Apakahkadar sekecil ini mampu mengantarkan mereka untuk memikul beban da'wahyang teramat berat ini?

Benar sekali apa yang dikemukakan Ustadz fathiyakan, bahwa "tanggung jawab seorang da'I terhadap dirinya sendirijauh lebih besar dibandingkan dengan tanggung jawab mereka kepadamasyarakatnya."

Karena kecacatan pada ruhiyah seorang da'I,berimplikasi besar pada langkah-langkah da'wahnya, yang berakibat pulapada kecacatan dalam menyampaikan amanat-amanat da'wah.

Mengenali penyakit-penyakit pribadi da'i Ustadz fathi yakan dalam musykilat ad da'wah wa al da'iyah menjabarkantentang penyakit-penyakit yang harus dituntaskan dalam diri aktifisda'wah. Ada empat hal yang beliau utarakan, yaitu:

A. Du'atul islam ahwaajunnas litta'arufi ila 'uyubihim (aktifis da'wahadalah orang yang paling berkepentingan untuk mengenali"penyakit-penyakit pribadinya sendiri")
Sebagaimana yang terkandung dalam muqodimah, seorang aktifis da'wah adalah orang yang memiliki tanggung jawab yang besar terhadappengisian ruhiyah pribadinya. Bahkan tanggung jawabnya terhadap dirisendiri lebih besar dibandingkan dengan tanggung jawabnya terhadapmasyarakatnya. Oleh karena itulah, mengenali aib (penyakit-penyakithati) nya adalah komponen dasar dalam mentarbiyah pribadinya. Penyakit sekecil apapun, tidak boleh luput dari perhatian da'I, apalagi dianggap remeh.

Karena yang kecil merupakan pintu menuju kepada yanglebih besar, ada beberapa cara untuk mengenali penyakit-penyakit hati:
1) Pro aktif mencari majelis-majelis ulama yang memiliki banyakpengalaman di jalan da'wah, untuk mendengar taujih, nasehat, bahkanjika ada kesempatan bertanya langsung kepada mereka, tentang"panyakit" yang kita miliki

2) Memiliki seseorang akh atau ukht yang dianggap memiliki nilai plusdalam ruhiyah dan da'wa, kemudian mengakrabinya. Dari keakraban iniakan muncul tanasuh dan tawashi. Umar bin khottob sendiri yang sudahmendapatkan berita gembira mendapatkan surga, berkata rohimallahuimraan ahda ila 'uyuubi "semoga Allah memberi rahmat kepada orang yangmau menunjukkan aib-aibku". Suatu katika beliau bertanya kepadakhuzaifah ibn yaman, engkau adalah sahabat yang menyimpanrahasia-rahasia Rasulullah tentang kaum munafik, apakah engkau melihatpada diriku cirri-ciri kemunafikan?

3) Mengetahui penyakit pribadi dengan bercermin dari penyakit oranglain. Ketika kita melihat orang lain memiliki penyakit tertentu, makaketika itu pula kita berusaha menjauhi penyakit yang sama dalam dirikita.

B. Du'atul islam wa daa al kibr (aktifis da'wah dan kesombongan)
Pada hakekatnya, aktifis da'wah adalah orang yang rentan terhadappenyakit "al kibr". Karena segala sector yang dimasuki da'I, merupakansector-sektor yang tumbuh dengan suburnya bermacam-macam penyakit ini.Oleh karena itu Rasulullah SAW sendiri dalam do'anya selalumengucapkan:"Allahuma inni a'udzu bika min nafkhotu al kibriya"Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari tiupan (buaian) kesombongan'.

Ada beberapa penyebab yang menimbulkan penyakit al kibr ini dalamhatipara aktifis da'wah:
1) Ghurur al Ilm (ghurur/perdayaan ilmu)
Seseorang yang dilebihkan Allah SWT dalam hal keilmuan, rentan dengantipuan ghurur ilmu ini. Seorang ustadz, yang biasa dihormati orangkarena memberikan ceramah, taujih, seringkali terbiasa oleh sikap"merasa paling benar, paling tahu dalam masalah agama,",dsb. Sehinggaterkadang sulit baginya untuk menerima suatu nasehat, kritik dansebagainya dari orang lain. Terlebih-lebih jika orang yangmenasehatinya itu berada dibawahnya dalam keilmuannya. Maka tidakheran jika Rasulullah mengatakan; afatul 'ilm al khilaa "penyakit ilmuadalah kesombongan"

2) Ghurur at tadayyun (Ghurur tadayun)
Yang dimaksud dengan ghurur tadayun ini adalah sikap ghurur yangditimbulkan oleh sikap merasa yang paling sempurna dalam menjalankan syari'at-syari'at islam. Dari sikap seperti ini, berimplikasimenganggap orang lain tidak memiliki kesempurnaan, kecuali denganmelakukan seperti yang dilakukannya. Aktifis da'wah juga sangat rentanterhadap penyakit ini.

3) Ghurur asy Syakhshiyyah (Ghurur kepribadian)
Ghurur ini adalah akibat dari rasa bangga seorang dengan dirnyasendiri, baik dari segi fisik, wajah, pakaian, kekayaan, keluarga,dsb. Bentuk yang elok sebagai aktifis da'wah seperti jenggot yangterpelihara rapi, baju koko, jubah panjang, jilbab yangberkibar-kibar, dsb. Bias menjadikan seseorang terjerumus dalam ghururini. Apalagi jika "atribut-atribut" seperti itu mendapatkan pujiandari aktifis lain. Maka hendaknya seorang aktifis merasa bahwa yangterpenting adalah sesuatu yang terdapat dalam relung hatinya.

Rasulullah SAW bersabda;Innallaha laa yandzuru ila ajsadikum wa laa ila suwarikum wa lakinyandzuru ila qulubikum wa a'malikum "sesungguhnya Allah itu tidakmelihat pada fisik-fisik dan bentuk-bentuk kamu, melainkan Allahmelihat pada hati-hati kamu dan 'amal-'amal kamu"

C. Du'atul islam fi tho'atillah (aktifis da'wah dalam ketaatannya kepada Allah)Aktifis da'wah tertuntut untuk melakukan mutaba'ah terhadap dirinyaguna meningkatkan kadar keimanan yang dimilikinya, karena da'I selalu berinteraksi dengan mereka-mereka yang banyak melalaikanperintah-perintah Allah.

Oleh karena itu, da'I tertuntut untukmemiliki perhatian khusyu' terhadap masalah-masalah ubudiyah kepadaAllah.
Di antara yang terpentingnya adalah;
• Qiyamulail
• Sholat jama'ah
• Tilawatul Qur'an
• Merenungi kenikmatan-kanikmatan yang Allah berikan, seperti dalam makanan.
• Itqon (bersungguh-sungguh) dalam beramal dan berusaha
• Muroqobatullah (merasa diawasi Allah) dimanapun kita berada
• Silaturahmi/ziarah
• Menambah tsaqofah (wawasan/ilmu)
• Kesiapan jiwa untuk berkorban dalam islam
• Memberikan hak kepada seluruh jasad kita.

D. Du'atul Islam wal huduudu asy syar'iyah lil alaqotu al ukhuwwah(aktifis da'wah dan batasan-batasan syar'I dalam hubungan ukhuwahislamiyah)
Ukhuwah merupakan salah satu pondasi dalam harokah islamiyah. Ukhuwah merupakan ikatan persaudaraan antara seorang akh dengan yang lainnya,antara seorang ukht dengan yang lainnya juga. Ukhuwah dalam sejarahnyatercatat sebagai hal yang Rasulullah SAW bangun, sebelum beliaumembangun masyarakat islam madinah pada waktu itu. Bahkan ukhuwah jugadijadikan standar kesempurnaan iman seseorang.

La tadkhulu al jannah hatta tu'minu walaa tu'minu hattaa tahaabu "kamutidak akan masuk surga sampai kamu beriman, dan kamu tidak dikatakanberiman hingga kamu saling mancintai"
Ukhuwah sangat membantu kerja da'wah dalam bentuk apapun, sangat cepatmengobati kesedihan hati seorang akh atau ukht, ketika menghadapiganjalan dalam da'wah.namun tidak jarang, ketika tujuan-tujuan Robbanidari ukhuwah itu sedikit bergeser, bergeser pula pola ukhuwah menjadi"hubungan lain" yang justru jauh dari sifat-sifat ke ukhuwahan.Ukhuwah tidak boleh berlebihan, seperti hubungan orang yang bermesraandan tidak boleh pula 'kekurangan', hingga terasa keringdan salingacuh. Namun ukhuwah adalah ukhuwah, yang terdiri di atas tonggakkeimanan kepada Allah yang maha penyayang, dan berjalan diatas rel alQur'an dan Sunnah.

Jika ukhuwah sudah keluar dari bingkai aslinya,maka akan hilang pula dhowabit syar'iyah yang tidak mustahil akanmenjerumuskan keduanya dalam hal-hal yang tidak terduga sebelumnya.Aktifis da'wah lagi-lagi dituntut untuk memahami benar hal ini.Hendaknya mereka waspada akan segala fikiran yang terlintas dalambenaknya. Mereka juga harus mendudukkan "saudaranya" sebagaimana yangdipersepsikan islam. Hati seorang da'I harus tetapsuci, bersih dantidak pernah ada yang kekal dalam memori hatinya, kecuali Allah danAllah… tidakkah teringat oleh kita semua, ketika Rasulullah memiliki nilai ukhuwah yang teramat tinggi kepada abu bakar,
beliau mengatakan;Lau kuntu muttakhidza min ahli al ardhi kholiila, liattakhidzati ababakrin kholiila "sekiranya aku boleh mengambil seorang kekasihdiantara penduduk bumi ini, sungguh aku akan menjadikan abu bakersebagai kekasihku"

Ada juga keteladanan lain yang di contohkan salafuna soleh dalamsebuah ungkapannya;Wuqifat 'ala baabi qolbi arba'iina 'aaman hatta laa yadkhulatihghairullah "aku menjaga pada pintu hatiku selama empat puluh tahun,hingga tak satupun yang dapat memasukunyya selain Allah."

KHOTIMAH Hati seorang da'I adalah sebagaimana yang Rasulullah gambarkan; "hatiitu terpampar dengan fitnah-fitnah, seperti tikar yang terurai-urai.Hati mana saja yang menerima fitnah-fitnah tersebut, akan berbintikhatinya dengan bintik-bintik hitam. Dan hati mana saja yang menolak fitnah-fitnah tersebut, maka akan berbintik hatinya denganbintik-bintik putih, hingga akan menjadi dua hati. Hati yang putih seperti sesuatu yang jernih yang tidak akan terusakkan dengan fitnahapapun selama ada langit dan bumi. Atau hati hitam seperti debu yangtidak mengenal kebaikan dan tidak pula mengingkari kemungkaran."Sudah seharusnya aktifis da'wah menjaga kesucian niatnya dari apapunyang dapat merusak kesucian hatinya. Agar amanat da'wah yangdiembannya benar-benar dapat dipertanggung jawabkan dihadapan Allah. Jangan sampai kita menjadi penyeru kepada kebaikan, namun kita sendiriterbuai dalam kemaksiatan.

Mengenai hal ini ibn samak mengatakan: "betapa banyak orang yang mengajak untuk mengingat Allah, namun diasendiri melupakan Allah… betapa banyak orang yang mengajak untuk takutkepada Allah, namun ia sendiri berani terhadapnya… betapa banyak orangyang mengajak untuk mendekatkan diri kepada Allah namun ia sendiri jauh dari Allah… lari dariNya… dan betapa banyak orang yang membaca ayat-ayat Allah, namun ia sendiri melepaskan diri dari ayat-ayatAllah. Para sahabat Rasul pun ketika menjaga hati mereka, sampai –sampaimereka takut untuk mempertanggung jawabkan perbuatan mereka dihadapanAllah;Abu bakar berkata; laitanii matsaluka thooir walam akhluqu basyar "sekiranya aku sepertimu wahai burung, dan aku tidak diciptakan sebagaiseorang manusia…" abu dzar al Ghiffari juga berkata; wudidtu anniisyajaratan ta'dhid "betapa inginnya aku jika aku seperti sebatangpohon yang ditebang…"

utsman ra. Juga mengatakan; wudidtu annii laumuttu lam ab'ats "betapa inginnya aku jika aku mati tidak dibangkitkankembali…"

Jika mereka yang sudah mendapatkan pujian langsung dari Allah danRasulNya saja memiliki rasa kekhawatiran yang sedemikian rupa, maka kita seharusnya 100% lebih takut dibandingkan mereka.
Wallahu a'lam wa illallahi qashdusabil.

Maroji':
Qowarib al najah fi hayat al du'at Utz Fathi Yakan
Musykilat al Da'wah wa al Da'iyah utz Fathi YakanHayatuna Al Ruhiyah, abd al Hamid al balaly, majalah al mujtama'

Berteman dengan Capung --proses tadabbur--



“Alam tak pernah berhenti membuatku kagum.” (tokoh Arnold dalam serial kartun “The Magic School Bus”)


Sebuah kekaguman tanpa batas ketika kita melihat alam. Maka luangkan waktu anda sejenak untuk mengamati dan mentadabburi pesan-pesan alam yang ada. Sudah seringkah anda lakukan?



“ … Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.” (QS. Al-Mulk: 3-4)


Ketika itu sore hari di wilayah Serpong. Saya duduk di tepi danau bersama dua teman baik sambil memandang kedepan, melihat betapa indahnya nuansa alam. Kami bertiga duduk tidak hanya sekedar ngobrol, namun mengadakan pembicaraan tentang tahsin dan tilawah hingga akhirnya salah seorang dari kami mengajak untuk muroja’ah juz 30.

kami pun bersiap-siap memulai. Namun tiba-tiba seekor teman kecil dari alam menghampiri saya dan bertengger di kaos kuning panjang yang saya kenakan. Saya takjub, CAPUNG dengan jenis Army Dragonfly itu menghampiri saya. saya amati terus menerus sambil melafadzkan Al-Buruj. Agak lama capung hijau itu bertengger di kaos sebelum pindah ke tangan kiri saya. semakin takjub saya dibuatnya. Pelan-pelan saya mengangkat tangan kiri saya sambil terus pula menggerakkan kamera nganggur yang ada di tangan kanan saya untuk mengambil gambarnya. hebatnya capung itu tidak pergi, namun sepertinya sangat betah berada dekat dengan seorang Dila. Dia terus berada di sisi saya hingga menjelang adzan maghrib dimana ketika itu kami pun menyudahi agenda muroja’ah juz 30 kami. Ya Rabb, makhluk-Mu yang satu itu sungguh ramah padaku.

Padahal dulu ketika kecil, saya selalu menangkap capung-capung untuk dijadikan mainan. Bahkan sering juga saya patahkan sayapnya atau sengaja menindihnya dengan batu-batu koral. Namun hingga kini tidak ada balasan jahat dari capung-capung itu, malah seekor dari mereka menghampiri saya. Subhanallah! Kira-kira mengapa ya capung tersebut mau menghampiri saya dan terdiam cukup lama. Mungkinkah karena kami sedang muroja’ah sehingga ia datang dan ingin ikut mendengar? Umm, so sweet kalau begitu. Ternyata memang benar bahwa setiap makhluk yang diciptakan Allah SWT selalu bertasbih kepadanya. Ada sekitar 5 surat dalam Al-Qur’an juz 27 dan juz 28 yang menyatakan hal tersebut.


“Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hadiid: 1)

“Telah bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hasyr: 1)

“Telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi; dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. As-Shoff: 1)

“Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Jumu’ah: 1)

“Bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi; hanya Allah lah yang mempunyai semua kerajaan dan semua pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. At-Taghaabun: 1)


Sungguh benar adanya bahwa seluruh makhluk yang ada di langit dan bumi memuji nama-Nya. Mereka senantiasa tunduk kepada sang pencipta. Setidaknya itulah yang saya tadabburi. Maka mengapa kita menolak untuk bersyukur? Padahal itu sudah menjadi kewajiban kita. Padahal segala sesuatu telah ditundukkan untuk manusia seperti kita. Malu-lah kita pada capung Army Dragonfly itu.


“Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah” (QS. Al-Infithaar: 6)


Begitulah proses tadabbur. Percuma sekali jika kita hanya mampu melihat dan membuat komentar asal. Tapi lihatlah dan amatilah dan renungkanlah dan ambillah hikmah dari segala sesuatu yang kita lihat-dengar-rasakan. Bumi ini sungguh dan begitu luas, maka lewatilah dan laluilah kemudian tadabburi segala nikmat dan cobaan-Nya. Bukankah Allah telah perintahkan kita untuk seperti itu?


“Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu." (QS. Nuh: 19-20)

Sunday, January 4, 2009

--artikel numpang curhat--

* Ditulis oleh teman penulis blog ini yg bernama Ahmad Supriyadi (S1 Jurnalistik UIN Syahid)

asalamualaikum

insya allah aku wisuda 10 januari...
tidak nyangka kami semua bisa mencapai pendidikan yang tinggi.

orang tua ku benar pejuang keras,walau penghasilan 10.000 perhari tetapi mampu menyekolahkan 4 orang anaknya keperguruan tinggi dan adikku yang msih duduk di SMP. hebat bukan...

kakak pertamaku lulusan D4 STIP,yang mebutuhkan biaya asrama dan SPP. Kakak keduaku lulusan S1 UNES yang membutuhkan biaya kost, makan dan SPP. kakak ke tigaku lulusan D3 STMT TRISAKTI yang membutuhkan SPP 2 juta persemester. sementara aku tinggal menunggu wisuda untuk mengambil gelar S1 di UIN, tentu membutuhkan ongkos PP 400.000 perbulannya.

secara matematika penghasilan orang tua ku tidak akan pernah cukup untuk membiayai itu semua, karena sebulannya hanya berkisar 300 ribu s.d 400 ribu.

tetapi ternyata RIZKI ALLAH ITU LUAS tidak hanya satu pintu melainkan banyak pintu. aku hanya bersyukur dan mengucapkan alhamdulilah....bagiku ini keberkahan.

apakah kalian mau tahu apa rahasianya?
yaitu karena orang tuaku dan kami semua selalu mencari rizki yang HALAL. jadi walaupun sedikit dia mengandung berkah.

aku ada niat untuk kedepannya, dengan mengucapkan basmallah sebagai doa, aku ingin melanjutkan S2 ku keluar negeri(malaysia/jepang/mesir/saudi arabia),yah... namanya juga doa, urusan terkabul atau tidaknya itu biar allah yang menentukan.yang penting kita ikhtiar dan doa dulu...oke...

buat teman2 tetap semangat untuk hidup, jangan takut terhadap hidup, apalagi yang baru menikah,ingat sesungguhnya Allah maha kaya.

Saturday, December 20, 2008

Mengingat sejarah penaklukkan Baitul Maqdis di zaman Khalifah Umar bin Khatab Al-Faruq


Desember ini merupakan bulan hari jadi intifadha yang ke-21, sekaligus milad HAMAS yang terjadi pada bulan dan tahun yang sama. Ketika itu rakyat Palestina sudah sekian tahun berada dibawah tekanan penjajah Israel sehingga merasa perlu dan bahkan harus memberontak, membebaskan negeri suci itu dari kezhaliman yang belum berakhir.

Ah, memang berbeda cara Islam menaklukkan negeri dengan non-Islam. Kebanyakan dan bahkan semua penakluk non-Islam menaklukkan negeri jajahan dengan cara yang tidak manusiawi. Segala sesuatu yang ada dalam negeri taklukkannya dirusak. Penduduknya dibinasakan, tidak peduli apakah itu wanita, orang tua dan anak-anak. Hal ini terjadi dimanapun dan di setiap pekan waktu sejarah (maksudnya dari dulu sampai sekarang gituuuuhh).

Sedangkan Islam berbeda. Rasulullah mengajarkan kepada para shahabatnya untuk memelihara tawanan dengan baik. Bahkan makanan yang diberikan tawanan pun lebih baik daripada yang menawan. Rasulullah mengajarkan cara perang dan penklukkan suatu Negara dengan cara yang baik pula. Tidak diperbolehkan untuk membuhuh orang tua, wanita dan anak-anak. Juga tidak diperbolehkan menghancurkan rumah-rumah ibadat di suatu negeri. Maka tidak heran, jika seperti itulah cara ummat Islam berperang, santun dan damai. Seperti sejarah yang ingin saya ceritakan ulang dibawah ini. Mungkin teman-teman sudah mengetahui, namun alangkah baiknya jika bersama kita ingat bagaimana Baitul Maqdis, kota suci di Palestina, ditaklukkan dibawah panglima Abu Ubaidah Ibnul Jarrah itu.

---diambil dari buku “Toleransi Kaum Muslimin dan Sikap Musuh-musuhnya” karya Yunus Ali Al-Muhdhar. Hal 47-49. Terbitan PT Bungkul Indah Surabaya. 1994. Harga Rp.3000, beli di toko Walisongo Kwitang zaman zebot---

….
Ketika kaum Muslimin mengadakan pengepungan terhadap kota Baitul Maqdis selama 4 bulan, penduduk kota itu rela untuk mengadakan perdamaian dengan kaum Muslimin dan mereka bersedia mengadakan perdamaian dengan kaum Muslimin dan mereka bersedia menyerahkan kota suci itu dengan syarat kaum Muslimin harus mendatangkan Khalifah Umar bin Al-Khatab untuk menerima kota suci itu. Penguasa Nasrani kota itu adalah bernama pnedeta Kopernikus. Beliau mau menyerahkan kota suci itu dengan syarat Umar sendiri yang harus hadir untuk menerima penyerahannya. Untuk memenuhi kehendak rakyat Baitul Maqdis itu panglima yang ketika itu Abu Ubaidah Ibnul Jarrah menulis surat kepada Umar dan meminta kehadirannya untuk menerima penyerahan kota itu.

Permintaan itu diterima oleh Umar dengan senang hati. Kemudian beliau dengan ditemani seorang budaknya datang dengan mengendarai seekor unta bergantian dengan budaknya. Kehadiran Umar secara sederhana itu membuat takjub hati rakyat Baitul Maqdis. Mereka hampir tidak percaya ketika melihat pribadi Umar menuntun unta yang ditunggangi oleh budaknya memasuki kta suci itu.mereka kira bahwa dalam kebesaran Umar itu akan ditandai pula dengan kebesaran dalam pengawalannya dan sebagainya.

Umar memasuki kota itu dengan penuh tawadhu kepada Allah yang telah membukakan kota suci itu kepada kaum Muslimin dengan secara damai.

Beliau masuk kota suci itu dengan didampingi oleh pendeta Kopernikus. Dalam kesempatan itu beliau masuk Masjidil Aqsha dan bershalat di dalamnya. Setelah itu beliau mengadakan peninjauan ke berbagai daerah kota suci itu dan menyuruh kepada semua gubernurnya untuk berlaku baik terhadap penduduk kota suci itu karena mereka berhak untuk mendapatkan penghormatan lebih dari penduduk kota lainnya. Dan dalam kesempatan itu pula beliau mengumumkan pemberian perlindungan dan keamanan bagi jiwa mereka, harta benda, maupun rumah peribadatan penduduk. Dan melarang kaum Muslimin utnuk mendirikan masjid diatas tempat peribadatan kaum Nasrani (dilarang merusak gereja untuk mendirikan diatasnya masjid Islam).* Lihat: Hadharatul Arab, hal 135

Dalam kitab Futuhul Buldan juga disebutkan kisah perjalanan Umar ke Baitul Maqdis, dimana Umar melewati desa Jabiah dekat kota Damaskus, beliau meliha sekelompok orang yang menderita sakit kusta. Mereka dipencilkan oleh penduduk setempat di atas suatu bukit, karena mereka amat berbahay sekali bagi kesehatan penduduk kota itu. Keadaan mereka amat sengsara sekali,s ehingga hal ini menggerakkan hati Umar untuk mengumpulkan semua gubernurnya di kota Damaskus. Setelah mereka semuanya hadir di hadapan Umar bin Al Khatab, beliau berkata: Demi Allah aku tak akan meninggalkan kota ini sebelum kamu sekalian mengirim kepada mereka makanan, dan mencatat nama mereka dalam catatan orang yang patut dibantu setiap bulannya. ** Kitab Futuhl Buldan, hal. 166.

Dalam hal ini perlu kita tanyakan dalam diri kita sendiri, apakah sebabnya pendeta Kopernikus ketika akan menyerahkan kota suci Baitul Maqdis mensyaratkan kehadiran Umar sendiri ke kota suci itu, padahal sepanjang sejarah untuk menyerahkan suatu kota sukup ditangani oleh Panglima perang yang dapat menaklukkan kota-kota itu.
Disini tampak sekai kecerdikan pendeta Kopernikus yang agung itu. Diamana sebenarnya beliau sangat butuh sekali akan perlindungan bagi daerah kekuasaannya. Beliau telah mendengarkan keadilan dan ketoleransian Umar terhadap rakyat daerah-daerah yang telah ditaklukkan oleh kaum Muslimin. Karena itu beliau menggunakan kecerdikannya untuk mengundang pribadi Umar sendiri untuk menangani penyerahan kota suci tersebut dengan harapan agar Umar sendiri yang menjamin keamanan dan perlindungan bagi kota suci itu. Harapan pendeta tersebut berhasil dan penduduk kota suci itu disamping diberikan perlindungan sebagaimana wajarnya, mereka juga diberikan keistimewaan-keistimewaan khusus, karena mereka termasuk penduduk kota suci.

Wednesday, December 17, 2008

Berbagi Kisah Cinta


Sebelumnya, saya ingin memberi salam hormat dan kagum kepada Pak Ridho, guru Fisika SMA saya, di SMA Al-Masthuriyah Sukabumi. Karena pada saat inilah, kisahnya akan saya bagi kepada teman-teman sekalian. Sebuah kisah cinta pribadinya yang cukup menarik untuk direnungi.

Pak Ridho memang guru Fisika yang unik di kelas. Tak hanya memberi pelajaran mengenai teori relativitas atau teman-teman Einstein, tapi juga sering sekali memberi pelajaran hidup kepada kami. Pelajaran itu sering kali diambil dari kisah hidupnya atau dari current news yang ada di sekitar kita.

Btw, langsung mulai kisahnya ya…

Ketika itu pak Ridho masih muda. Ia merupakan pemuda yang cukup pintar dan cerdas sehingga sudah mengajar di SMA sejak mahasiswa. Ketika itu ia sempat memiliki hubungan dengan seorang siswi-nya, namun sayang harus kandas karena siswi tersebut pindah sekolah tanpa kabar. Sehingga pak Ridho sempat merasakan patah hati ketika itu.

Singkat cerita, beberapa waktu kemudian, ia bertemu dengan seorang wanita di masjid. Ketika itu pak Ridho sudah merasa ada yang bergejolak dalam hatinya, sehingga ia menghampiri si-gadis dan bertanya, apakah gadis tsb ingin diantar pulang ke rumahnya? Si-gadis hanya diam dan terus berlalu pulang ke rumahnya. Namun pak Ridho tidak tinggal diam. Ia membuntuti si-gadis hingga depan rumahnya. Jika si-gadis berjalan pelan, maka ia pun berjalan pelan. Dan jika si-gadis berjalan cepat, maka ia pun berjalan cepat. Pokoknya, meski ia mengikuti si-gadis dari belakang, ia selalu menjaga jarak aman, kira-kira 1 meter.

Lucunya, hal ini berlangsung tidak hanya sekali, namun beberapa kali. Dan si-gadis hanya diam. Hingga pada suatu hari….. pak Ridho melakukan hal yang sama pada si-gadis, yakni mengantarnya pulang. Namun ketika itu ada hal yang tak biasa yg dirasakan pak Ridho. Ternyata beberapa menit setelah si-gadis masuk rumah, ayah si-gadis pun keluar rumah dan menghampiri pak Ridho. Ia meminta pak Ridho masuk rumah dan duduk bersamanya di ruang tamu. Pak Ridho pun menurutinya.

Dan di ruang tamu, ayah si-gadis bertanya soal kenapa ia mengikuti anaknya. Pak Ridho menjawab bahwa ia menyukai anak gadisnya. [intermezzo; dulu pak Ridho ialah mak comblang yang cukup jago dan terkenal. Ia dikenal telah berhasil me-mak comblangi teman-temannya, bahkan ada yang berhasil awet hingga berkeluarga. Lucunya, meski ia jago soal menjodohkan orang, ia agak sulit menjodohi dirinya sendiri]. Lalu ayah si-gadis langsung meminta pak Ridho untuk menikahinya segera!! Pak Ridho kaget “ditembak” seperti itu, lalu mengadakan nego. Ayah si-gadis tidak terima kompensasi apapun kecuali pak Ridho menikahi anaknya. Alasan sang ayah ialah, PACARAN ITU HARAM!!! Ketika itu pun pak Ridho berpikir, bahwa memang benar jika hubungan romantis apapun antara lawan jenis sebelum menikah ialah tidak dibenarkan, termasuk TUNANGAN. Maka, akhirnya pak Ridho pun menerima tawaran tersebut yakni menikahi si-gadis pujaan hatinya. Meski mahar yang diberikan tidak seberapa. Dan itu pun ternyata tidak menjadi soal bagi keluarga si-gadis, karena yang penting si-gadis dinikahi dengan sah dan halal.

Setelah menikah, karena pak Ridho dan istrinya masih sama-sama menempuh jenjang pendidikan (pak ridho masih kuliah dan istri masih menjadi santriwati di sebuah pesantren), akhirnya mereka berpisah sementara. Pak ridho kembali ke Depok untuk menempuh S1-nya, dan sang istri kembali ke asramanya. Beberapa kali waktu mereka sering bertemu dengan rutin. Pak Ridho datang ke asrama sang istri dengan membawa buku nikah sebagai bukti kepada ibu asramanya bahwa ia sudah menikah dengan sah dengan sang istri dan bisa mengajaknya keluar untuk jalan-jalan. Dan setelah dua tahun menikah, mereka pun akhirnya memiliki anak pertama pada tahun 1988.

Hmm, pak Ridho… dimana ya sekarang? Teman-teman, begitulah kisah pak Ridho. Sebenarnya banyak sekali yang ia kisahkan. Dan ini hanyalah salah satu kisah yg diceritakan olehnya di depan kelas. Kurang lebih seperti itu. Kalau ada kesalahan dlm kisahnya, saya mohon maaf.

Monday, December 15, 2008

Mom, Thank You!


Sabtu pagi itu saya pulang dari kampus. Berjalan penuh lunglai, mengingat sidang untuk skripsi saya akan ditunda lagi hingga February 2009 nanti. Lemas dan sedih sekali rasanya. Impian untuk diwisuda bulan January hilang sudah. Ah Rabb, saya bingung sekali harus bersikap apa kemarin. Marahkah? Menangiskah? Tertawakah? Atau bahkan bersyukur? Dan akhirnya saya memilih menangisi ketidakberdayaan saya.

Saya masuk rumah dengan menemukan ayah saya yang tengah menerima tamu. Saya menyapa dan mencium tangan ayah dan tamu tersebut. Lalu melihat ada ibu di kamarnya, lalu saya mencium tangannya pula sambil bilang kepadanya bahwa saya tidak akan bisa sidang January. Lalu saya menangis dan menuju ke kamar dan melempar tubuh ke kasur. Dan ibu saya menghampiri sambil bertanya, “Kenapa? Salah skripsinya?”

Saya menggeleng, “Dosennya belum mau baca skripsinya.”
“Yaudah, sabar aja.” Akhirnya ibu saya menjawab lagi.
Oh ibu, saya pikir saya akan mendengar jawaban memaki atau mengutuk kelalaian saya atau dosen yang begitu malas membaca tugas akhir saya itu. Tidak ada intimidasi apapun dari anggota keluarga termasuk ayah dan ibu saya gara-gara skripsi saya yang belum selesai juga. Sungguh begitu percaya mereka terhadap semua yang saya usahakan selama ini. Saya bersyukur akhirnya. Memiliki orang tua yang begitu tegar dan paham akan urgensi syukur dan ujian dari Tuhan.

Membicarakan kebaikan orang tua khususnya ibu memang tiada akan pernah habis. Ibu bersabar dengan ujian ketika kelelahan mengandung kita selama kurang lebih sembilan bulan. Lalu bersabar mengasuh kita hingga dewasa seperti saat sekarang ini. Dan bahkan sampai sekarang pun saya masih ketergantungan dengan ibu. Kebaikannya membuat saya begitu mencintainya, meski terkadang dan bahkan amat sering menyusahkan dan membuat sakit hati dirinya. Ya Allah…

Ya Allah… muliakanlah dirinya, ibuku, ibu terbaik di dunia-akhirat
Muliakanlah usahanya, limpahkanlah pahala untuknya
Limpahkanlah ia rasa syukur yang lebih lagi atas karunia-Mu terhadapnya
Jadikanlah ia menjadi ibu yang amat baik
Dan jadikanlah kami, anak-anaknya, sebagai anak yang sholeh-sholehah
Yang berguna dan menjadi kebanggaannya dan selalu menjadi penambah amalnya ketika ia meninggal nanti
Jadikanlah ia istiqomah di jalan-Mu
Dan jadikanlah akhir hidupnya khusnul khotimah
Amin!!

Rabbighfirlii waaliwalidayya warhamhumaa kamaa rabbayani shoghiro… amin!!

Tuesday, November 18, 2008

Bukan Mulan Jameela…Bukan juga Mulan Jameedonk…


Bukan dua nama yang kerap menjadi momok gossip di dunia selebritas dan jagad keartisan itu yang akan saya bagi profilnya. Namun ia adalah MARYAM JAMEELAH, seorang muslimah intelektual yang telah menulis berbagai buku dengan tema besar Ghozwul Fikri dan dengan spesifikasi topik antara ideologi Islam dan Barat. Jika teman-teman pernah menonton film ‘Sang Murobbi’, disana terdapat adegan Ust. Rahmat Abdullah yang tengah bercakap dengan istrinya di teras depan rumah mungilnya. Ketika itu Ust Rahmat sedang memegang sebuah buku yang berjudul ‘Para Mujahid Agung’. Ya, itulah salah satu karya Maryam Jameelah. Buku-buku yang ditulisnya selalu bagus ditambah terjemahan ke dalam bahasa kita, bahasa Indonesia, pun cukup bagus, sehingga enak dibaca.

Berikut adalah profil Maryam Jameelah yang bernama asli Margaret Marcus yang ditulis oleh Umar Faruq Khan. Catatan profil ini saya ambil dari salah satu buku Maryam Jameelah yang berjudul ‘Islam dalam Kancah Modernisasi’.

Maryam Jamilah dilahirkan pada tahun 1934 di New York ketika Depresi Besar –seorang Amerika generasi keempat asal Jerman— Yahudi. Ia dibesarkan di Westchester, salah satu kota kecil yang paling makmur dan padat di New York dan memperoleh pendidikan Amerika yang secular di suatu sekolah umum local. Seorang siswa yang nilainya di atas rata-rata, ia segera menjadi seorang intelek yang bersemangat dan kutu buku yang tak pernah puas, hampir tidak pernah tanpa buku di tangannya, bacaannya meluas jauh di luar tuntutan kurikulum sekolah. Ketika ia menginjak remaja, ia sangat berpikiran serius, tidak pernah membuang-buang waktu yang biasanya sangat jarang dilakukan seorang gadis muda yang menarik. Perhatian utamanya adalah agama, filsafat, sejarah, antropologi, sosiologi dan biologi. Sekolah dan perpustakaan umum masyarakat setempat dan kemudian, perpustakaan umum New York, merupakan “rumahnya yang kedua.”

Setelah ia lulus dari sekolah menengah pada musim panas 1952, ia diterima di Universitas New York tempat ia mempelajari suatu program kesenian liberal umum. Ketika di universitas, ia sakit keras pada 1953 yang semakin memburuk dan harus menghentikan kuliah dua tahun sehingga ia tidak memperoleh ijazah. Ia dikurung oleh rumah-rumah sakit private dan rumah-rumah sakit umum selama dua tahun (1957-1959) dan baru setelah keluar, ia memperoleh kembali fasilitasnya untuk menulis. Terjemahan Marmaduke Pickthall tentang Qur’an dan Allama Muhammad Asad dengan bukunya –otobiografinya Road to Mecca dan “Islam at the Crossroads” membangkitkan minatnya terhadap Islam dan setelah mengadakan surat menyurat dengan beberapa orang Muslim terkemuka di negeri-negeri Islam dan mengadakan persahabatan yang intim dengan beberapa tokoh Islam di New York, ia memeluk agama Islam di Missi Islam di Brooklyn, New York dengan bimbingan Sheik Daoud Ahmad Faisal, yang kemudian merubah namanya dari MARGARET MARCUS menjadi MARYAM JAMEELAH.

Selama surat menyurat yang panjang lebar dengan beberapa orng muslim di seluruh dunia dan memberi sumbangan tulisan sastra kepada majalah-majalah periodic Muslim yang dapat diperoleh dalam bahasa Inggris, Maryam Jameelah mulai mengenal tulisan-tulisan Maulana Sayyid Abul Ala Maudoodi, dan akhirnya sejak Desember 1960, mereka saing menyurati secara teratur. Pada musim semi tahun 1962, Maulana Maudoodi mengundang Maryam untuk pindah ke Pakistan dan tinggal sebagai anggota keluarganya di Lahore. Maryam Jameelah menerima tawarannya dan setahun kemudian, menikah dengan Mohammad Yusuf Khan, yang kemudian menjadi penerbit semua buku-bukunya. Ia kemudian menjadi ibu dari empat orang anak, yang hidup dengan penuh kasih dan anak-anaknya di dalam sebuah rumah tangga yang luas dari saudara-saudara iparnya. Paling aneh bagi seorang wanita setelah menikah, ia melanjutkan semua minat intelektualnya dan aktivitas-aktivitas kesusastraannya; dalam kenyataan, tulisan-tulisannya yang paling penting dilakukan selama dan antara masa-masa hamilnya. Ia mengamati Purdah dengan seksama.

Kebenciannya terhadap atheisme dan materialisme dalam semua manifestasinya –dulu dan yang sekarang— kuat sekali dan dalam pencariannya terhadap ide-ide yang mutlak dan bersifat kerohanian, ia menganggap Islam sebagai penjelasan yang paling emosional dan secara intelektual memuaskan bagi kebenaran akhir yang memberi kehidupan dan kematian, arti, petunjuk, tujuan dan nilai.

Sayid Quthb Shalat Jumat diatas Kapal: Salah Satu Bentuk Syiar Islam


Dibawah ini adalah tulisan Sayid Quthb dalam perjalanannya pertama kali menuju Amerika. Tulisan ini dimuat dalam Fi Dhilaalil Quran 3: 1786 yang dimuat kembali dalam buku karya Dr. Sholah Abdul Fatah Al-Kholidi dengan judul “SAYID QUTHB MENGUNGKAP AMERIKA”
=========================================================

Saya sebut sebuah persitiwa yang kualami dengan 6 orang muslim lainnya sebagai saksinya. Waktu itu, kami berenam berada di sebuah kapal Mesir yang membawa kami dan 120 orang lainnya mengarungi samudra Atlantik menuju New York. Terlintas oleh kami untuk melakukan shalat Jumat diatas kapal. Allah mengetahui, bahwa kami mendirikan shalat itu dengan semangat keagamaan menghadapi seorang penginzil yang melakukan pekerjaannya di atas kapal dan berupaya melakukan penginjilannya terhadap kami. Kepala kaptennya seorang Inggris memberi izin kepada kami, juga para kelasi, para koki serta para pelayan kapal –yang semuanya orang Nubia Muslimin— agar bersembahyang bersama kami. Betapa gembira mereka, karena saat itu adalah saat pertama dilakukan shalat Jumat di atas kapal. Saya menjadi khotib sekaligus mengimami. Penumpang asing mayoritas berkeliling memperhatikan shalat kami. Setelah selesai, kami didatangi mereka, lalu memberi selamat atas keberhasilan “upacara” itu. Ini adalah sejauh-jauh yang mereka pahami dari shalat kami. Diantara mereka, ada seorang wanita Yugoslavia yang kabur dari “Negara” komunis Tito. Ia sangat terpengaruh dan tidak dapat menahan dirinya dari pengaruh yang dalam dengan shalat kami yang khusyu’, dengan ketertiban serta roh yang terdapat didalamnya. Dengan penuh kekaguman ia bertanya: “Bahasa apa yang digunakan ‘pendetamu’ untuk berbicara?” Dalam bayangan wanita tersebut shalat didirikan oleh seorang pendeta –atau agamawan- sebagaimana pada agama Masehi di gereja. Kami telah mengoreksi pahamnya ini dan menjawabnya. Ia berkata: “Sesungguhnya dalam bahasa yang disampaikannya, terdapat irama muski yang menakjubkan, walaupun saya tidak memahaminya sama sekali.” Lalu, kami terkejut ketika ia berkata: “Tetapi ini bukan masalah yang ingin saya tanyakan. Sesungguhnya masalah yang menggugah perasaanku adalah bahwa ‘Imam’ ditengah pembicaraannya mengucapkan –dengan bahasa musik ini- beberapa kalimat khas ini yang menggetarkan hatiku. Itu adalah sesuatu yang lain, sebagaimana jika Imam dipenuhi roh kudus.” Sejenak kami berpikir, lalu kami paham akan apa yang dimaksudnnya, yaitu ayat-ayat Al-Qur’an yang terdapat baik di saat khutbah Jumat maupun di tengah shalat. Meski demikian, merupakan kejutan dari kami yang mengherankan seorang wanita itu yang tidak memahami apa yang dikatakannya sedikit pun.

Tuesday, November 11, 2008

Momen Hari Pahlawan tahun ini: Gelar Pahlawan untuk M. Natsir, Bung Tomo dan Abdul Halim


Akhirnya, setelah sekian lama berjuang demi mengukuhkan sebuah gelar pahlawan yang diakui secara resmi oleh pemerintah, 3 orang yang sangat berjasa bagi bangsa kita mendapat gelar tersebut. Mereka ialah M. Natsir, Bung Tomo dan Abdul Halim. Memang bukan para pahlawan itu yang ngoyo memperjuangkan gelar bagi diri mereka sendiri (karena saya pun yakin mereka tidak haus gelar!), namun keluarga dan orang-orang yang peduli dan mendukung dan mengakui bahwa adanya kontribusi perjuangan mereka untuk bangsa ini. orang-orang inilah yang memperjuangkan "hak" mereka sebab mereka pun memang pantas dianugrahi gelar mulia itu.

Seperti Natsir, putra bangsa berdarah Minang ini merupakan sosok yang tidak hanya sholeh namun juga sosok yang cerdas, bijaksana dan penuh tak-tik. Sebab ia merupakan sosok ulama, politisi, negarawan dan ilmuwan. Dia tercatat pernah menjabat sebagai perdana menteri Negara ini pada tahun 1950, ketua Masyumi dan DDII dan bahkan dia dikenal sebagai pendiri UII (Universitas Islam Indonesia) yang merupakan perguruan tertinggi tertua di Indonesia bersama M. Hatta.

Lalu Abdul Halim, yang dikenal sebagai pahlawan sunda dari Majalengka. Dia itu merupakan pendiri organisasi Hayatul Qulub. Organisasi itu membantu petani dan pedagang pribumi menghadapi persaingan dengan pedagang asal Tiongkok yang mendapat kemudahan dari pemerintah Belanda. Organisasi ini pun sempat dilarang oleh pemerintah.
Abdul Halim pun mendirikan Jamiatul Muslimin yang kemudian berubah menjadi Persjarikatan Oelama (PO). Berkat bantuan Ketua Sarekat Islam Tjokroaminoto, PO mendapat pengesahan dari pemerintah belanda. PO kemudian dibekukan pada masa penjajahan Jepang. Saat itu yang boleh berdiri hanya Muhammadiyah dan NU. Barulah pada 1944 PO berubah menjadi Perikatan Oemat Islam (POI) dan pada 1952 menjadi Persatuan Umat Islam. (batampos.co.id/utama/utama/tiga_pahlawan_baru_warnai_hari_pahlawan_nasional/ - 32k -)

Dan yang terakhir, Bung Tomo. Tokoh perjuangan yang sangat tenar dan identik dengan 10 November ini ternyata belum diakui sebagai pahlawan Nasional Indonesia sebelum November 2008 ini. Dia tercatat pernah memimpin tentara Indonesia pada perang melawan Belanda di Surabaya ketika itu. Dan dia pula yang membangkitkan semangat lewat berbagai orasinya baik secara langsung ataupun lewat radio. Maka tak heran jika ia pernah diangkat sebagai pimpinan TNI pada 1947. namun sayangnya, pada orde baru ia dipenjarakan oleh Soeharto akibat kritik-kritik tajamnya terhadap pemerintah.

================

sumber gambar: penamuslim.wordpress.com

================

Saturday, October 11, 2008

Ingatlah dengan Qazman...

Masing-masing dari kita sebagai ummat manusia memang ditakdirkan untuk mengemban misi dakwah yakni membumikan ajaran Islam dimuka bumi ini. Namun dalam menjalankannya tidak jarang banyak rintangan yang kerap menjadi sandungan para pengemban dakwah. Yang menjadi musuh utama ialah hati dari masing-masing diri tersebut. Hati yang didalamnya terdapat penyakit. Makanya sangat sewajarnya jika manusia harus selalu berwaspada dengan segala kemungkinan terburuk yang akan membuatnya dari jalan panjang yang indah ini. Dibawah ini terdapat kisah yang banyak mengandung hikmah bagi kita. Semoga bermanfaat.
====================================================================
(Diambil dari buku “Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam” buku ketiga karya K.H. Moenawar Chalil, terbitan PT Bulan Bintang, tahun 1993, halaman 260-261)

Menurut riwayat, ketika terjadi peperangan di kota Khaibar, diantara balatentara kaum Muslimin ada seorang yang bernama Qazman. Qazman, seorang yang gagah berani dan perkasa, seorang yang kelihatan terkemuka dan terhormat di muka orang banyak, karena ia seorang pahlawan Islam yang sejati. Jasanya terhadap Islam tidak sedikit, pada lahirnya.

Ketika terjadi perang Uhud, ia ikut serta bertempur melawan kaum musyrikin Quraisy. Dan ketika terjadi peperangan di Khaibar, ia tidak ketinggalan ikut serta pula menjadi seorang tentara dari barisan kaum Muslimin. Dalam lingkungannya, ia tidak sedikit pula mengeluarkan tenaga dan kekuatannya untuk kepentingan Islam dan kaum Muslimin. Tetapi selama itu pula Nabi SAW menyatakan kepada kaum Muslim yang seringkali beegaul dengannya, dengan sabdanya: “Bahwa (Qazman) sesungguhnya golongan ahli neraka.”

Sebagian dari tentara kaum Muslimin yang mendengar sabda Nabi SAW yang sedemikian itu tentu kurang percaya, dan ada pula yang sangat heran, mengingat akan jasa-jasanya. “Mengapa orang yang begitu berjasa dalam perjuangan, dan begitu gagah perkasa melawan musuh Islam, dikatakan oleh nabi, bahwa sesungguhnya ia adalah golongan ahli neraka. Dan sekali lagi beliau menyatakan, bahwa sesungguhnya ia itu ahli neraka.

Kemudian pada waktu itu ada seorang sahabat Nabi yang berkata kepada beliau: “Saya yang akan menemaninya.” Tegasnya bersedia untuk menyertai Qazman.

Orang ini terus keluar, dan selalu mengikuti dan menyertai Qazman. Sewaktu Qazman berdiri, orang itu berdiri; sewaktu Qazman berjalan cepat, ia berjalan cepat; apabila Qazman berhenti, ia ikut berhenti; apabila Qazman bergerak, ia ikut bergerak, dan demikianlah selanjutnya.

Dengan demikian, maka ketika terjadi pertempuran seru di Khaibar –sebagaimana yang diriwayatkan di muka— Qazman pun terus menerus bertempur dengan gigihnya. Tetapi pada suatu waktu dalam pertempuran itu juga dengan tiba-tiba Qazman mendapat luka-luka parah ia tidak tahan merasakan sakit yang sedang dideritanya lalu ia mencepatkan kematiannya sendiri. Qazman ketika itu meletakkan hulu pedangnya sendiri diatas tanah dan ujung pedang itu dilekatkan di dadanya kemudian ia menekankan dirinya diatas ujung pedangnya itu sehingga cepat menemui kematiannya. Qazman membunuh dirinya sendiri. Maka orang yang selalu menyertai Qazman tadi segera menghadap Nabi SAW seraya berkata: “Saya menyaksikan, bahwa sesungguhnya engkau itu Utusan Allah.”

Nabi SAW setelah mendengar ucapan orang tersebut lalu bertanya kepadanya: “Mengapa demikian?”

Orang itu lalu menerangkan tentang keadaan Qazman, bahwa ia telah berbuat demikian … dan demikian … (seperti riwayat diatas).

Ketika itu Nabi SAW lalu memanggil Bilal, dan ia setelah menghadap kepada beliau lalu diperintahkan supaya menyiarkan kepada orang ramai dengan suaranya yang nyaring tentang sabda beliau:

“Tidak akan masuk ke surga, kecuali orang yang beriman. Dan sungguh Allah menguatkan agama ini dengan orang lelaki yang durhaka.”

Bilal seketika itu mengumandangkan dan menyiarkan sabda Nabi SAW yang tersebut itu di muka ramai.

Dengan riwayat yang tersebut itu jelas bagi kita, kebenaran yang dikatakan oleh Nabi SAW yang menerangkan, bahwa sesungguhnya ia termasuk golongan ahli neraka, karena orang yang mati membunuh diri itu termasuk ahli neraka.

Menurut riwayat, Nabi SAW telah menyatakan lebih dulu, bahwa Qazman itu golongan ahli neraka, karena beliau sudah mengetahui keadaannya yang sebenarnya. Yakni, sebenarnya Qazman itu seorang munafik, seorang yang tidak ikhlas niatnya dalam mengikuti peprangan bersama-sama kaum Muslimin, dan lebih tegas seorang yang berperang tidak karena Allah.

Sunday, August 24, 2008

di FATHULLAH...


“disini ci2 nemuin saudara2 yang bikin semangat lageeeee smuanya dihadapin bareng2 walopun masih kyk naq kcil tp cara kalian menghadapi masalah bikin aq percaya kalian adalah pilihan2 Allah .Semangat y...saudaraku! sapa tau qt ketemu d surga Amiiin ngomong2 k surganya ndiri-ndiri pa janjian di Fathullah he3x”


Testimony diatas ditulis oleh salah seorang sahabat saya, Rose Febrian C, di Komda FAH. Agak mengharukan sekaligus lucu juga membacanya. Apalagi ketika dia menawarkan apakah kita akan janjian ngumpul di Fathullah untuk pergi ke surga? Hmm…

Sebenarnya, apa yang ditawarkan sahabat saya itu benar adanya. Kita bisa menjadikan Fathullah (Masjid UIN Ciputat) sebagai tempat janjian untuk pergi ke surga. Sebenarnya bukan Cuma Fathullah saja. Disini saya menjadikan nama FATHULLAH sebagai perwakilan sebuah rumah Allah (dimana saja) yang bernama MASJID.

Ya, Fathullah memang tempat janjian yang pas untuk pergi ke surga. Karena disana ialah tempat favorite bagi ummat Islam untuk beribadah dengan apa-apa yang Allah perintahkan. Ya, pasti kita sudah tau apa fungsi masjid itu. Fungsinya, sudah jelas sekali, yakni sebagai tempat sholat fardhu berjama’ah, mengkaji dan berdiskusi tentang ilmu-ilmuNya, tempat membaca Al-Qur’an dan mengkajinya, dsb. Apalagi pada zaman Rasulullah SAW dulu, masjid berfungsi sebagai pusat pemerintahan. Disana dibicarakan tak hanya soal agama, melainkan urusan Negara, pemerintahan, juga ummat. Ya, masjid memang tidak pernah mati untuk urusan kebaikan. Maka kenapa saya bilang, tepat sekali jika Cici (panggilan Rose) menawarkan kita janjian ke surga di Fathullah. Hmm…

Ya Allah, entah nanti diriku berada di lubang kubur yang mana; taman surgakah atau lubang neraka? Entah nanti diriku berbaring di tanah yang mana; yang adem dan nyamankah atau yang panas dan membakar? Entah nanti diriku dipeluk oleh tanah yang mana; yang rindu kepadaku karena kebaikanku atau yang murka akan banyaknya keburukanku? Entah nanti diriku akan didatangi oleh penjaga kubur yang mana; yang berseri-seri atau yang menakutkan? Entah nanti diriku akan dibangkitkan seperti apa; utuh dengan segala kesempurnaan seperti ketika di dunia ataukah dengan keadaan yang paling buruk?

Dan Ya ALLAH, NANTI AKU BERADA DI BARISAN YANG MANA; DI BARISAN ORANG-ORANG YANG INGKARKAH ATAU DI BARISAN RASULULLAH YANG TELAH SIAP MEMBAGI SYAFA’ATNYA UNTUKKU??

Sungguh—aku takut ketika aku masuk ke dalam barisan Rasulullah nanti, aku diusir dengan paksa karena keburukanku di dunia. Aku takut!!

Ya Rabbul izzati, jadikanlah Fathullah menjadi saksi atas kebaikan yang kami perbuat. Dan semoga segala keburukan dari kami, dibuangnya jauh dan tidak ditampakkan di yaumil akhir nanti. Aku malu!!

http://fadhilatulip.blogspot.com
Menjelang RAMADHAN, begitu indah.

Friday, August 22, 2008

LiQo 1jam bersama Tukang Sayur




Sesungguhnya ilmu itu bisa didapat dari siapapun, bahkan dari budak berkulit hitam legam sekalipun. Itulah sebenarnya pandangan yang harus kita pelihara. Sehingga akan menjadikan kita berpikiran luas dan jauh dari sikap sombong dan berbangga hati. Sudah lama saya melihat dan mengagumi sosok tukang sayur dengan wajah yang teduh dan bersinar di daerah sekitar BBS. Namun baru tanggal 22 agustus 2008 kemarin, dibantu seorang sahabat bernama Lia Amalia, menemuinya secara khusus dan berbincang-bincang. Wajahnya teduh sekali. Tanpa perlu saya harus melihatnya usai sholat Jumat (konon katanya, wajah laki-laki berada di puncak cahaya yang paling bersinar yakni ketika mereka usai melaksanakan sholat Jumat).
Tukang sayur yang berusia sekitar 60 tahun tersebut benar-benar special. Yang membuat istimewa ialah, kebiasaan dirinya untuk meninggalkan dagangannya ketika waktu sholat tiba. Dan dia hanya meninggalkan sepotong kardus bertuliskan “SEDANG SHOLAT”. Subhanallah!! Ketika ditanya alasan dia selalu melakukan hal tersebut dia menjawab, “karena yang lain tidak kuat imannya. Ini kan TAUHID, hal yang paling mendasar.” Saya trenyuh mendengarnya. Ya Tuhan, sungguh matang ilmunya meski sedikit. Dia benar-benar paham akan kebenaran-Mu.
Tukang sayur itu bernama pak H.M. Sugeng. Cukup banyak hal yang dibicarakan olehnya. Namun kebanyakan ialah mengenai keikhlasan dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Dia berkata, hidup ini harus ikhlas, sungguh-sungguh, serta tawakal dan ikhtiar. Dalam bekerja di dunia, katanya, kita butuh prinsip. Setidaknya ada 5 prinsip yang harus kita miliki: 1. Segala sesuatu di dunia ini ditujukan untuk beribadah kepada Allah 2. Mencukupi kebutuhan keluarga 3. Mendidik anak-anak hingga menjadi sholeh-sholehah 4. Menunaikan ibadah haji dan mengunjungi makam Rasulullah 5. shodaqoh dan amal jariyah setidaknya itu yang harus ditanamkan dalam hati.
Karena, katanya lagi, hidup itu harus berusaha, berdo’a, dan tawakkal. Ibarat tanaman yang baru ditanam, tidak langsung tumbuh dengan kuat. Namun ia harus layu dulu sebelum akarnya kuat dan tumbuh daun dan hijau dan memiliki bunga yang mekar. Ya, hidup itu butuh proses. Banyak kisahnya yang sangat menginspirasi. Salah satunya yakni ketika ia bercerita ketika ia membangun rumah dan ia berpikir, sepertinya kebesaran jika dibuat rumah (padahal bangunannya sangat sederhana). Akhirnya ia memutuskan (setelah berembuk dengan istri) untuk membagi dua bangunan rumahnya dan membuatnya mushola untuk lingkungannya. Karena ia pikir, kenapa belum ada mushola di sekitar rumahnya. Setelah beberapa saat ia memiliki mushola yang dinamakan Raudhotul Jannah tersebut, akhirnya ia memutuskan untuk mewakafkannya. Hmm,, sungguh kisah yang indah.
Dia berkata, hidup ini harus ikhlas, karena hanya dengan keikhlasan hidup kita yang sulit akan menjadi mudah. Dan dia berpesan kepada kami agar menjadi generasi muda yang memiliki pegangan kuat dan pandangan yang luas serta jangan cepat menyerah. Satu hal lagi yang membuat kami tersenyum, dia berpesan banyak soal kehidupan rumah tangga. Katanya, dalam berumah tangga itu yang harus diniatkan pertama ialah dalam rangka mencapai keberhasilan yang diridhoi Allah SWT. Dan dalam mendidik anak, harus sabar sepreti yang Rasulullah SAW contohkan. Kita harus ulet. Perlu diketahui, bapak Sugeng hanya lulusan SD, namun ia berhasil menyekolahkan ketiga anaknya hingga masing-masing menjadi Arsitek dan Bidan.
Subhanallah… Sunguh, saya dan Lia beruntung sekali dapat mendengar hikmah yang begitu banyak dari sosok tukang sayur ini meski hanya 1jam. Ya, kami mendapat liqo tambahan minggu ini dengan murobbi yang luar biasa. Wallahua’alam bish showab

Monday, August 11, 2008

Merenungi Kemakmuran Kita

“Barangsiapa yang berada dalam keadaan aman di tengah kaumnya, sehat tubuhnya, ada yang akan dimakan hari itu, maka sepertinya dunia telah digiring kepadanya dengan segala isinya.” (HR Tirmidzi)

Saya agak trenyuh membaca hadis diatas. Hadis tersebut membuat saya berpikir dan merenung. “Barangsiapa yang berada dalam keadaan aman di tengah kaumnya…” saya pikir saya aman hidup di Indonesia. Dan mungkin juga (pasti) jutaan penduduk muslim lain di Indonesia ini, meski kita hidup sederhana tentunya.

Lalu, “… sehat tubuhnya.” Alhamdulillah saya termasuk sehat, meski jarang berolahraga (itu tandanya kurang bersyukur ya?). dan, “… ada yang akan dimakan hari itu…” setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik, saya bisa memakan apapun yang saya mau. Dan saya selalu menemukan makanan yang bisa dimakan di meja makan. Meski bukan orang kaya, namun alhamdulillah selalu merasa cukup dan lebih dari cukup.

“… maka sepertinya dunia telah digiring kepadanya dengan segala isinya.”
Ingin menangis rasanya membaca kalimat terakhir dari hadist ini. Saya AMAN-SEHAT-MAKAN berarti SAYA TELAH DIBERI DUNIA OLEH ALLAH. Namun mengapa, terkadang hati ini selalu merasa kurang puas. Selalu ingin lebih-lebih-lebih. Padahal, masih banyak orang kurang beruntung. Mereka tidak aman—tidak sehat—kurang makan.

Muslim di Indonesia ini masih tergolong makmur. Sangat-sangat makmur. Meski memang tidak semakmur bangsa arab. Namun kita hanya kurang mensyukuri segala hal. Tanpa sadar orientasi kita terlalu duniawi, padahal jika kita membaca dan merenungkan hadist tadi sebenarnya seisi dunia sudah ada di tangan kita dan kita tinggal menjalankan segala orientasi akhirat. Mungkin itulah hikmahnya mengapa Allah memberi kita segala kekayaan itu, yakni supaya memudahkan kita untuk menjalankan segala perintahnya agar bahagia di akhirat tadi. Namun sayang, kebanyakan kita tidak menangkap pesan itu. Kita malah menjadi ambisius dan selalu ingin dan berlomba-lomba menjadi yang pertama dalam orientasi keduniaan. Keinginan itu terkadang membuat hati dan jiwa social kita tertutup. Kita lupa dengan saudara di sekitar kita yang tidak berkecukupan dan selalu merasa kekurangan. Mereka menunggu bagian mereka diberikan. Bagian mereka yang tersimpan dalam harta kita. Bagian mereka yang dititipkan Allah. Semoga kita menjadi sadar atasnya. Dan semoga jiwa-jiwa ambisius kita atas keduniaan perlahan-lahan terhapuskan dan tergantikan dengan semangat akhirat! Amin!