Saturday, January 10, 2009

Menyiapkan Momentum: Karena Kita adalah Bagian dari Momentum itu


Sebelum saya memulai ulasan, saya ingin berbagi perasaan dulu dengan teman-teman. Begini, kenapa ya setiap kali ketika dan setelah membaca buku ada perasaan senang, ‘bungah’, melayang (meski ga mentok hingga khayangan), dan perasaan suka yang melebihi perasaan manusia yang tengah jatuh cinta. Apakah ini adalah efek dari ilmu yang tengah dan sudah kita dapat dari membaca buku? Ya, mungkin ini adalah fakta dari pernyataan bahwa ilmu menentramkan jiwa-jiwa yang mendapatkan dan memilikinya. Ah, sungguh beruntung memang orang-orang yang merasakan hal ini. Dan sungguh beruntung pula orang-orang yang termasuk dalam golongan orang yang berilmu.



“Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar: 9)


Ya, kembali ke topik utama. Buku yang akan saya ulas ini ialah ‘Menyiapkan Momentum’ karya Rijalul Imam (ketua 5 KAMMI Pusat). Kesan pertama setelah membacanya ialah, buku ini tengah mencari pemuda unggul yang hilang. Kenapa pemuda? Dan kenapa hilang? Ya, Pemuda karena untuk perubahan suatu Negara dan ummat tidak membutuhkan balita atau manula, melainkan pemuda. Dan hilang, karena pemuda unggulan yang diharapkan belum terlihat batang hidungnya. Kalaupun ada, belum banyak yang tampak. Ia masih malu-malu, masih sembunyi-sembunyi. Pertanyaan yang wajib direnungkan dan ditindaklanjuti: ‘apakah kita termasuk pemuda unggulan itu?’.

Dalam buku ini (seperti yang ditulis penulisnya pada kata pengantar) terdapat tiga bagian. Saya simpulkan, bagian pertama lebih pada penganalisaan masalah. Apa yang tengah dihadapi ummat saat ini dan pencarian kemana ‘sang pemuda’. Penulisnya dengan lugas membahas ini dengan sudut pandang Al-Qur’an. Seperti analisa QS. Al-Kahfi yang dikaitkan dengan fenomena saat ini. Lalu analisa beberapa surat dan ayat (seperti An-Naba, Al-Fath, Muhammad) untuk fenomena pergantian generasi dan indikator kemenangan ummat.

Bagian kedua penulis membahas langkah dalam menyiapkan momentum kemenangan. Disini kita diajak mentadabburi QS. Al-Ashr dan diajak menyimpulkan suatu temuan yang luar biasa yakni ‘fisika gerakan’ dan juga ‘rumus gerakan sosial’ yang merupakan hasil analisa dari rumus momentum.

Momentum= M (massa) x V (kecepatan)


Jika dikaitkan dengan percepatan perubahan gerakan sosial menjadi:


Momentum Gerakan= M (aktivis dan basis massa) x V (kecepatan / akselerasi diri dan gerakan)


Selain itu pada bagian kedua ini juga disebutkan hal apa saja yang dibutuhkan dalam membentuk suatu momentum.

Bagian ketiga penulis membahas masalah kepemimpinan. Ia menganalisa dari sejarah para nabi (seperti nabi Ibrahim as, nabi Musa as dan nabi yusuf as). Disebutkan bahwa para nabi tersebut sudah memiliki jiwa pemimpin dan bahkan menjadi pemimpin sejak muda. Lalu dianalisa pula mengenai hal-hal yang dibutuhkan dalam kepemimpinan. Yang dijadikan contoh ialah kisah kepemimpinan nabi Sulaiman as. Lalu dianalisa juga bagaimana humas dan seorang PR bergerak yang diambil analisanya dari kisah nabi Yusuf as.

Begitulah sekilas ulasan buku kedua karya Rijalul Imam yang saya baca. Tidak terlalu dalam dan mungkin jauh dari ringkasan yang sempurna. Namun hanya ingin me-review apa-apa yang telah saya baca. Seperti kata Anis Matta dalam bukunya,



“Setiap kali anda selesai membaca, itu berarti anda telah menyerap suatu informasi dan akan meningkat ke tahap selanjutnya, yaitu seleksi. Oleh karena itu, sisakanlah waktu 15 menit untuk memikirkan kembali apa yang barusan and abaca dan endapkan. Ingat-ingatlah bacaan yang pernah and abaca sebelumnya dan hubungkanlah dengan yang barusan and abaca hari ini. Begitulah selalu; mengingat-ingat.” (Matta, Model Manusia Muslim Abad XXI: 158)

Ya, seperti kata Anis Matta, saya hanya mencoba belajar mengingat – ingat. Dan beginilah cara saya, mengingat segala seuatu dengan menulis.

PS.
Thx to:
Rijalul Imam dan buku karangannya (Menyiapkan Momentum: Maret 2008)
Bety Wijayanti (Wiwit) yang telah menghadiahkan buku ini pada 5 hari menjelang hari lahir saya di 10 Muharram.

No comments: