Tuesday, November 18, 2008

Sayid Quthb Shalat Jumat diatas Kapal: Salah Satu Bentuk Syiar Islam


Dibawah ini adalah tulisan Sayid Quthb dalam perjalanannya pertama kali menuju Amerika. Tulisan ini dimuat dalam Fi Dhilaalil Quran 3: 1786 yang dimuat kembali dalam buku karya Dr. Sholah Abdul Fatah Al-Kholidi dengan judul “SAYID QUTHB MENGUNGKAP AMERIKA”
=========================================================

Saya sebut sebuah persitiwa yang kualami dengan 6 orang muslim lainnya sebagai saksinya. Waktu itu, kami berenam berada di sebuah kapal Mesir yang membawa kami dan 120 orang lainnya mengarungi samudra Atlantik menuju New York. Terlintas oleh kami untuk melakukan shalat Jumat diatas kapal. Allah mengetahui, bahwa kami mendirikan shalat itu dengan semangat keagamaan menghadapi seorang penginzil yang melakukan pekerjaannya di atas kapal dan berupaya melakukan penginjilannya terhadap kami. Kepala kaptennya seorang Inggris memberi izin kepada kami, juga para kelasi, para koki serta para pelayan kapal –yang semuanya orang Nubia Muslimin— agar bersembahyang bersama kami. Betapa gembira mereka, karena saat itu adalah saat pertama dilakukan shalat Jumat di atas kapal. Saya menjadi khotib sekaligus mengimami. Penumpang asing mayoritas berkeliling memperhatikan shalat kami. Setelah selesai, kami didatangi mereka, lalu memberi selamat atas keberhasilan “upacara” itu. Ini adalah sejauh-jauh yang mereka pahami dari shalat kami. Diantara mereka, ada seorang wanita Yugoslavia yang kabur dari “Negara” komunis Tito. Ia sangat terpengaruh dan tidak dapat menahan dirinya dari pengaruh yang dalam dengan shalat kami yang khusyu’, dengan ketertiban serta roh yang terdapat didalamnya. Dengan penuh kekaguman ia bertanya: “Bahasa apa yang digunakan ‘pendetamu’ untuk berbicara?” Dalam bayangan wanita tersebut shalat didirikan oleh seorang pendeta –atau agamawan- sebagaimana pada agama Masehi di gereja. Kami telah mengoreksi pahamnya ini dan menjawabnya. Ia berkata: “Sesungguhnya dalam bahasa yang disampaikannya, terdapat irama muski yang menakjubkan, walaupun saya tidak memahaminya sama sekali.” Lalu, kami terkejut ketika ia berkata: “Tetapi ini bukan masalah yang ingin saya tanyakan. Sesungguhnya masalah yang menggugah perasaanku adalah bahwa ‘Imam’ ditengah pembicaraannya mengucapkan –dengan bahasa musik ini- beberapa kalimat khas ini yang menggetarkan hatiku. Itu adalah sesuatu yang lain, sebagaimana jika Imam dipenuhi roh kudus.” Sejenak kami berpikir, lalu kami paham akan apa yang dimaksudnnya, yaitu ayat-ayat Al-Qur’an yang terdapat baik di saat khutbah Jumat maupun di tengah shalat. Meski demikian, merupakan kejutan dari kami yang mengherankan seorang wanita itu yang tidak memahami apa yang dikatakannya sedikit pun.

No comments: