Thursday, September 25, 2008

Menjadi Model Manusia Muslim Abad XXI


“Langkah yang pertama adalah memiliki kesadaran tentang tujuan hidup. Tujuan hidup adalah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut.

Kemana anda akan berjalan?

Kemana arah anda?

Ingin jadi apa anda sebenarnya?

Jika anda seorang mahasiswa, kadang-kadang kita termotivasi ketika mendengarkan pengarahan tentang cara berprestasi dan cara belajar yang baik. Anda termotivasi, tetapi setelah itu, lama kelamaan, motivasi itu hilang. Contoh lain, anda mendengarkan ceramah seorang ustadz tentang pentingnya tilawah Al-Qur’an atau qiyamul lail. Sepulang darisana, anda rajin tilawah dan qiyamul lail setiap malam. Namun, dua-tiga hari kemudian, anda “roboh”, tidak sanggup lagi melakukannya.

Mengapa hal itu dapat terjadi? Karena anda belum menjawab pertanyaan: ingin jadi apakah anda sebenarnya? Jika kita tidak menyadari tujuan hidup, kita tidak akan mengetahui cara mengarahkan tenaga jiwa menuju tujuan tersebut. Orang yang paling mudah gagal dalam hidup adalah orang yang tidak mempunyai tujuan hidup atau tidak tahu ingin menjadi apa sebenarnya. Jadi, kesadaran tentang tujuan hidup perlu dipupuk.”
(Model Manusia Muslim Abad XXI, Anis Matta, Progessio:2006)

Penggalan tulisan diatas ialah merupakan penggalan karya Anis Matta mengenai konsep diri yang dikemas dalam judul ‘Model Manusia Muslim Abad XXI’. Sudah cukup lama saya menginginkan buku ini. Karena saya pikir karya-karya Anis Matta sangat enak dibaca sehingga ilmu-ilmu yang dituangkan dari pikirannya cukup berasa manfaatnya bagi para pembacanya. Dan puji kepada Allah, pada bulan September 2008 ini saya berhasil mendapat buku tsb dengan tidak membeli langsung namun merupakan hadiah atas milad saya yang jatuh pada bulan yang sama.

Pada awalnya, saya mengira buku ini ialah berkonten mengenai sejarah nabi dan kenabiannya beserta para sahabatnya yang menjadi contoh model bagi para manusia di abad XXI. Namun ternyata tidak. Buku ini lebih kepada konsep diri dengan mengambil contoh kepada konsep hidup nabi dan para sahabatnya, meski tidak memaksa kita untuk benar-benar mengikuti peraturan dan tips yang ketat demi menjadi manusia yang sama seperti sahabat dan tabi’in. karena menurut Anis Matta, sesungguhnya syarat kesuksesan dalam hidup hanya kita yang mampu menentukan. Sebab hanya masing-masing diri yang benar-benar bisa menilai bagaimana dirinya sendiri. Sehingga sesungguhnya hal-hal yang dibutuhkan untuk sebuah kesuksesan diri, tidak ditentukan oleh orang lain, melainkan kita yang menentukan dengan menganalisa hal apa saja yang yang kita butuhkan untuk menggapai kesuksesan tersebut.

Coba baca ulang penggalan materi diatas tadi. Dan coba renungkan mendalam. Sungguh benar bukan apa yang diungkapkannya? Hal ini benar-benar merupakan realitas yang kita rasakan selama ini. Kita mencoba berubah dengan mengikuti anjuran-anjuran bagus yang dikemukakan baik oleh buku-buku motivasi atau tausiyah para asatidz. Namun ternyata kita masih sulit merubah diri, kita masih sulit menanamkan konsep diri yang benar terhadap diri kita. Mengapa? Coba check ulang penggalan tulisan Matta di atas sekali lagi. Ya, jawabannya ialah kita belum benar-benar memahami dan menentukan apa tujuan hidup kita sebenarnya. Meski kita semua tahu bahwa tujuan hidup kita ialah untuk Allah.

Saya jadi ingat rasa sedih akan renungan saya tentang niat. Saya merenungkan apa-apa yang sudah saya perbuat selama ini. Mungkin memang banyak hal baik dan bermanfaat bagi orang lain dan dakwah. Tapi sungguh, terkadang saya merasa amat kosong. Sebenarnya untuk apa saya melakukan hal ini? Apakah semua ini akan kembali dan dilihat Allah dengan penilaian yang baik? Ataukah hanya dilihat sebagai perbuatan riya yang akhirnya tidak ada kompensasi apapun bagi perbuatan baik saya itu. Ataukah itu hanya amalan kosong tanpa penilaian baik atau buruk karena tidak ada tujuan didalamnya? Dan saya merenung ulang, berpikir ulang: apakah saya sudah berniat sebelum berbuat tadi? Lalu kenapa kosong begini rasanya?

Mungkin itu ialah akibat dari tidak seriusnya saya berpikir dan mematrikan tujuan hidup saya. Benar apa yang dikatakan pak Sugeng, tukang sayur BBS, bahwa tujuan dalam hidup ini sebenarnya Cuma satu; mengharap ridho Allah. Kita melakukan sesuatu yang berbau dan berkenaan dengan dunia sesungguhnya ialah hanya untuk Allah. Itulah orang yang cerdas, melakukan segala sesuatu diniatkan dan selalu dihubungkan dengan sang pencipta. Karena sesungguhnya tanpa kita sadari sebenarnya selama ini kita tengah berjalan menuju (kembali) kepada Allah dengan segala perbuatan yang telah, sedang dan akan kita lakukan. Lihat QS. Al-insyiqaq: 6.

Maka penting untuk mengkonsep ulang diri kita saat ini, khususnya bagi diri mereka yang merasa selalu gagal dalam hidup ini. Yang jelas, menurut Anis Matta, masih dalam buku yang sama, bahwa orang yang sukses ialah orang yang memiliki kemauan kuat. Ia tak hanya memiliki otak cerdas atau impian yang luar biasa, namun kemauan untuk melakukannya. Itulah kunci. KEMAUAN. Juga disiplin yang tinggi. Selama ini saya merasakan, segala kegagalan dan kesempatan yang berlalu sia-sia dalam hidup saya ialah karena saya tidak punya komitmen akan displin yang tinggi. Padahal, selama ini saya mengerjakan sholat lima waktu, namun tetap saja saya belum paham akan banyak hikmah yang diberikan dari sholat tersebut. Bahwa salah satu hikmahnya ialah displin dan pengaturan waktu yang ketat. Coba pikirkan, untuk apa kita sholat shubuh? Salah satunya ialah untuk membiasakan kita bangun pagi dan membiasakan diri kita untuk menyetting segala sesuatu di awal episode, bukan di akhir.

Mungkin begini saja pemikiran sekaligus resensi yang bisa saya kemukakan. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

Manifesto Khalifatullah: Resensi dan Renungan


“Dan tatkala Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Aku hendak jadikan khalifah di muka bumi.’ Mereka bertanya, ‘Apakah Kau tepatkan orang yang merusak di sana dan menumpahkan darah, sedangkan kami bertasbih menurut Dikau dan menguduskan nama-Mu?’ (Tuhan menjawab dan) berfirman, ‘Sungguh, Aku tahu apa yang tiada kamu tahu.” (QS. Al-Baqarah: 30)

Dengan membaca terjemahan Al-Qur’an yang diterjemahkan dengan puitis oleh H.B Jassin (mengingatkan: judul Al-Qur’an yang diterjemahkan oleh H.B Jassin ialah ‘Al-Qur’an Berwajah Puisi’. Terjemahan ini sempat mendapat berbagai respon yang menolak keberadaan terjemahan tersebut di Indonesia) kita akan mengingat kembali apa sebenarnya tujuan Allah menurunkan kita ke atas bumi. Bukan karena kesalah nabi Adam yang memakan buah khuldi, namun Allah memang memiliki tujuan dibalik peristiwa tersebut yakni menjadikan kita sebagai wakilNya di muka bumi. Yakni mengutus kita untuk membumikan perintah dan ajaranNya di dunia ini.

Seorang Achdiat K. Miharja (mengingatkan: beliau adalah penulis novel ATHEIS yang menjadi rujukan bacaan sastra yang bagus. Jika mau mengingat kembali ke belakang, penggalan-penggalan dalam novel ini selalu menjadi soal dalam tes Bahasa Indonesia baik di SD, SMP atau SMA bahkan sebagai soal di Tes Masuk Perguruan Tinggi) dalam usianya yang sudah dibilang kelewat uzur (90 tahun) dengan mata nyaris buta menulis buku Manifesto Khalifatullah yang diterbitkan Arasy yang didistribusikan oleh Mizan Media Utama pada 2005. Saya membeli dan membacanya ketika umur saya masih 18 tahun pada 6 bulan pertama 2006 lalu. Sungguh hikmah dan pesan dan pengalaman yang luar biasa yang saya temui dalam buku ini.

Sederhananya jika dikisahkan dalam bentuk singkat, buku ini menggambarkan sosok manusia yang pada awalnya menafikan keberadaan Tuhan. Ia melalaikan dan hanya percaya dengan kekuatan alam dan kekuatan dirinya sendiri; tidak ada yang dari Tuhan. Namun pada akhirnya seiring dengan berjalannya waktu dan pengalaman hidup yang makin memperkaya pikiran, ia pun berpikir tentang adanya Tuhan; Tuhan benar-benar ada! Seperti yang dialami Jean Paul Sartre (tokoh dalam buku Understanding Secular Religions dari Josh McDowell & Don Stewart), tokoh besar paling terkemuka dari kaum eksistensialis yang ateis itu, pada saat-saat terakhir hari tuanya dalam keadaan renta dan buta pula, telah berterus terang kepada seorang temannya, Pierre Victor yang mantan penganut Mao Tze Tung, bahwa segala-galanya yang ada di dunia ini mesti ada penciptanya. Dan penciptanya itu adalah Tuhan.

Itulah yang dikisahkan Achdiat sebenarnya. Mengenai untuk dan sebagai apa manusia di dunia ini. Bullshit hati manusia tidak mempercayai Tuhan, walau mereka mengaku sebagai atheis. Meski sedikit, pasti ada rasa pembenaran terhadap adanya Tuhan.

Berkisah tentang tokoh ‘aku’ yang dalam Kisah Panjang (kispan) –Achdiat yang sudah 43 tahun lebih tinggal di Australia ini lebih senang menyebutnya begitu—ini memiliki pengalaman hidup yang luar biasa. Dikisahkan ia banyak bertemu dengan penggagas utama aliran pemikiran ideology dunia seperti Sidharta Ghautama (yang ditemuinya pertama kali), Karl Max, Engelsm, Bacon, Adam, Smith, Nietzsche. Ia juga bertemu dengan Chairil Anwar, S.T Alisjahbana, Sanusi Pani, Sutan Syahrir. Masing-masing tokoh tsb juga saling bertemu dan mendiskusikan ide dan pemikiran mereka, bahkan diceritakan para pemikir tsb sampai berdebat. Namun pada akhirnya ‘aku’ jatuh hati pada gagasan tokoh Abah Arifin, seorang kyai nyentrik dari Lembah Pasaduka yang mengaku sebagai MBS alias Manusia Biasa Saja. Abah Arifin yang memperkenalkan manifesto khalifatullah (penjelmaan manusia sebagai wakil Allah) kepada aku. Ia bercerita tentang kisah segitiga antara Allah-Manusia (Adam)-Iblis yang ada dalam QS. Al-Baqarah: 35, QS. Al-A’raf: 69, QS. Shad: 71. Dikisahkan iblis sangat menentang ketika diperintahkan untuk bersujud kepada manusia dan makin bertambah iri dengkinya ketika manusia ditunjuk sebagai khalifah di bumi sehingga ia memohon kepada Allah agar diizinkan untuk menggoda dan membelokkan jalan kelurusan manusia sebagai bentuk nyata dengkinya.

Terakhir dalam Kisah Panjangnya Achdiat mengungkapkan melalui tokoh aku;

‘Maka, bagiku orang kuat itu tiada lain dari orang yang kuat untuk menendang sang iblis dan setan-setannya sehingga mereka lari terbirit-birit ke ujung langit. Orang itu kuat karena keteguhan keyakinan dan imannya kpada Tuhan Yang Maha Esa. Dia sadar akan tugasnya sebagai khalifatullah di muka bumi ini. Dia pantang tunduk pada kemauan dan godaan iblis dan setan-setannya. Itulah dia, orang kuat, sang khalifatullah, wakil Tuhan di muka bumi ini! Emoh menjadi wakil setan!’ (Achiat K. Miharja, Manifesto Khalifatullah, Arasy: Juni 2005, hal. 178)

Sekali lagi, buku ini merupakan jeritan dan pengalaman spiritual penulisnya khususnya mengenai Ketuhanan. Pasalnya Achidiat sering menemui orang-orang yang mengajaknya dan membuatnya berdiskusi tentang keberadaan Tuhan. Ya, orang-orang yang dihadapi ialah orang-orang yang tidak percaya Tuhan. Karena ia telah lama tinggal dan bergaul di Australia, maka ia bertemu dengan sering dengan orang-orang barat yang menjadi teman-temannya yang kebanyakan tidak beragama. Salah satunya ia pernah bertemu dengan seorang turis Amerika yang berkunjung ke Australia dan terlibat pembicaraan dengannya yang makin lama makin jauh kepada urusan ketuhanan. Achdiat kekeuh meyakinkan bahwa Tuhan itu ada hingga akhirnya ia menceritakan tentang orang-orang sekuler dan atheis yang pada akhir hidupnya percaya pada adanya Tuhan (seperti yang telah saya kemukakan diatas tadi).

Lalu mengenai Bob Brisley, rekannya sesame dosen di Australia National University (ANU), Canberra, yang meninggal. Bob ialah seorang penyair dan novelis, suka menyanyi dan bermain gitar. Bod dimakamkan di luar kota dan kebetulan Achidiat tidak ikut hadir dalam pemakam tsb. Ketika ia bertanya mengenai pemakamannya, ia mendapat info bahwa tidak ada kesyahduan seperti lazimnya orang mengubur jenazah. Ketika jenazah Bob dimasukkan ke liang kubur, maka serentak itu pula satu jazz band yang lengkap dan telah dipersiapkan langsung membunyikan musik jazz-nya keras-keras hingga liang kubur tersebut ditutup dan orang-orang kembali pulang. Tidak ada doa dan tidak ada wajah-wajah sedih.

Beberapa waktu setelah Bob meninggal, Achdiat bertemu kembali dengan Ross, janda Bob yang sedang bersama temannya yang juga membawa keluarganya. Ketika itu mereka makan bersama hingga terlibat obrolan yang entah kenapa (lagi-lagi) menyinggung masalah keberadaan Tuhan. Ross beserta John, temannya yang dosen fisika itu, berpendapat bahwa Manusia ialah ciptaan alam. Lalu Achdiat membantah dengan mengatakan bahwa alam ada yang menciptakan, yakni Tuhan. Mereka berpendapat lagi bahwa tidak ada yang menciptakan alam kecuali alam itu sendiri.

Ya begitulah, orang-orang yang belum tersentuh hatinya. Bahwa memang hanya Allah yang menentukan orang-orang yang akan diberi petunjuk oleh-Nya (QS. Al-Maidah: 51). Semoga kita masuk kedalamnya, dan sadar akan tujuan sebagai khalifah Allah di muka bumi ini. Wallahu a’lam.

Tuesday, September 23, 2008

lelaki VS wanita

sering saya perhatikan... kenapa ya?? lelaki itu lebih kompak daripada wanita? dalam hal kecil misalnya, saya sering memperhatikan, lelaki lebih mudah untuk sholat jamaah meski terlambat daripada wanita. dan untuk ber-musafahah, lelaki lebih mudah untuk membentuk barisan dengan cepat daripada wanita. barisan lelaki terbukti lebih rapi daripada wanita. apa ini merupakan presentasi dari cara berpikir wanita?

coba dianalisa...

Thursday, September 18, 2008

Islam & Pergerakan


Sambil mendengarkan nasyid lawas yg selalu menjadi penyemangat—“KAMI HARUS KEMBALI—dari IZZIS.

Saya mencoba meresensi buku Islam dan Pergerakan yang sudah berusia 20 tahun yang kebetulan ada dalam koleksi perpustakaan bapak saya yang cukup berantakan di rumah. Setelah mengumpulkan semangat yang sempat maju-mundur dan dipaksakan, akhirnya berhasil membaca buku ini dan menyelesaikannya.

Buku ini berisi kumpulan tulisan mengenai pergerakan Islam yang sejak dulu memang sudah eksis yang ditulis oleh berbagai ahli dalam analisa pergerakan Islam dan sosiolog seperti Dr. Kalim Siddiqui, Prof. Isham Al-‘Aththar, Syaikh ‘Abdur Rahman ‘Abdu’l-Khaliq, Prof. Dr. Ja’far Syaikh Idris, Prof Dr. Fathi Osman dan Dr. Muhyi’d-Din ‘Athiyyah.

Berbicara mengenai definisi dasar pergerakan dalam Islam mengawali buku ini sebagai pendahuluan, Siddiqui mengatakan bahwa pergerakan Islam bukanlah instansi atau badan hokum seperti perusahaan atau partai politik yang mempunyai hirarki piramida. Namun gerakan Islam itu dapat disebut system fungsional dan tingkah laku. Karena ia mempunyai anggota, prinsip-prinsip, nilai-nilai dan tujuan-tujuan. Sehingga pergerakan Islam ialah suatu system terbuka yang tak terikat dan bertaraf internasional dimana individu-individu atau kelompok-kelompok ummat Islam berusaha dengan sadar untuk kembali menyatukan ummat dalam suatu system tingkah laku amali yang mempunyia tujuan.

Namun kadang (atau sepertinya sering) usaha yang dilakukan pergerakan Islam saat ini semuanya kekurangan arah. Sehingga ada usaha yang terbuang sia-sia yang sepatutnya diganti dengan usaha lain yang lebih tepat. Begitu kira-kira kata Siddiqui dalam menganalisa pergerakan Islam dewasa ini. Intinya, kekurangan rasa penyatuan secara internasional sehingga dengan mudah ummat Islam dimasuki dan dipatahkan usahanya.

Sebuah analisa yang cukup mencengangkan dari Isham Al-Athar bahwa ternyata berakhirnya peperangan antara Blok Barat (USA) dan Blok Timur (Uni Soviet) bukan untuk perdamaian di dunia ini. Melainkan disana ada perjanjian antara timur dan barat untuk menghindari bentrokan senjata secara langsung. Mereka sadar jika itu terjadi lambat laun USA atau Uni Soviet akan hancur. Sehingga mereka memindahkan pusat pertarungan mereka di Negara-negara miskin dan berkembang yang notabene bermayoritas penduduk Islam. Sehingga yang merugi bukanlah Rusia atau USA melainkan ummat Islam di Negara miskin dan berkembang tersebut.

Mereka juga menggunakan pangan sebagai senjata politik. Beratus-ratus ton bahan pangan pernah dibuang ke dasar lautan oleh Eropa barat hanya karena agar harga pangan dunia tidak menurun di pasaran. Sehingga warga muslim yang berada di negeri yang notabene memiliki dan menghasilkan mayoritas bahan pangan kelaparan di negeri mereka sendiri. Selain subordinasi pangan ini juga ada subordinasi ekonomi dan politik juga militer demi menekan Negara-negara muslim. Salah satu perangkatnya ialah NATO.

Mereka sangat turut andil dalam perang saudara antar Negara dan ummat Muslim di dunia. Sebagai contoh Uni Soviet mengirim senjata untuk Mesir agar bisa terlibat perang ummat Islam lawan ummat Islam di Yaman. Kemudian Soviet menghentikan pengiriman senjata dan onderdil-onderdil ke Mesir ketika Negara ini membutuhkannya dalam perang melawan Yahudi.

Sungguh miris kita menghadapi kenyataan dan keterpurukan yang terjadi pada ummat Islam ini. Sejak dahulu—sejak peradaban Islam jatuh pada masa kesultanan Turki, ummat Islam terpuruk peradabannya dan selalu berada dalam posisi bangkit dan terus bangkit meski selalu dipatahkan pula (namun tidak benar-benar patah, karena ummat Islam (pergerakan) akan selalu tumbuh dimanapun).

Mengenai jalan keluar, menurut Al-Athar, tidak ada jalan keluar bagi negeri-negeri Islam dari tragedy berulang-ulang ini kecuali keluar total dari segala bentuk subordinasi yang membawa kehancuran ini dan kembali kepada Islam yang sebenarnya, yaitu hidup secata Islam, berciri Islam dan merdeka menurut yang diajarkan Islam. Setelah itu baru dapat dicapai saling isi mengisi dan kerjasama antara Negara-negara Islam: sama-sama mencegah diri terlibat dalam kancah pertarungan kedua blok atas daerah dan kekayaan alam dunia Islam dan sama-sama mencegah agar kedua blok jangan menjadisekutu kontra masalah Islam dan ummat Islam yang menentukan.

Kita betul-betul yakin bahwa jalan dirintis Islam untuk masa depan yang gemilang adalah jalan satu-satunya untuk mencapai tujuan hidup mulia yang bebas dan kedaulatan yang benar-benar luhur. Dengan demikian barulah kita dapat mencapai kemajuan, persatuan dan kemenangan yang diridhoi Allah untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.

Kita benar-benar yakin bahwa dengan keteguhan, perjuangan dan usaha kita terus menerus, kita berhak menempuh jalan ini. Sudah sepatutnya kita menyelamatkan tanah air dan bangsa kita dari tragedy masa yang dideritanya untuk menempuh masa depan Islam yang gemilang. Masa depan orang-orang yang berdaulat yang bebas dan mulia.

Hidup luhur dan mulia dengan Islam atau menjadi pejuang terhormat yang bebas dari kehidupan subordinasi, hina dan diremehkan.

“Allah adalah pimpinan orang-orang beriman yang membawa mereka dari suasana gelap gulita ke suasana terang benderang. Pimpinan orang-orang kafir adalah thgaut yang membawa mereka dari terang benderang kepada gelap gulita. Mereka yang terakhir ini adalah penduduk kekal dari neraka “ ---Albaqarah: 257---

Sekarang sambil diiring oleh “HARAPAN ITU MASIH ADA” by SHOUTUL HAROKAH.

Friday, September 12, 2008

Benarkah Saya Aktivis??




Dengan judul diatas, bukan maksud saya pesimis atau meragukan dan merancukan peran aktivis yang image-nya sudah beredar terkenal dimana-mana. Namun hanya sekedar penekanan ulang; aktivis itu siapa? Dan harus seperti apa?

Rabu, 10 september 2008, kemarin, saya mampir sebentar ke Ramayana Blok-M untuk membeli sebotol minuman dingin sebagai bekal berbuka puasa di bus way nanti. Saya titipkan tas –tepatnya dua tas yang dua-duanya berisi buku-buku—hmm. Saya dengar penjaga loker penitipan barang bergumam, “berat!” namun tak saya hiraukan karena saya harus buru-buru membeli minuman dingin dan cepat membayar dan cepat pergi menuju stasiun bus way Blok M.

Di kasir ternyata ada masalah dengan uang saya yang pecahannya terlalu besar untuk sebotol minuman dingin. Akhirnya saya pergi ke penitipan barang dan mengambil kembali tas saya sebelum membayar minuman dingin yang masih ditahan di kasir dengan uang kecil yang saya punya. Sambil mengembalikan tas saya, penjaga loker penitipan bertanya pada saya, “Kak, berat banget ya tasnya. Kakak aktivis ya?” Dengan menghindari tatapan penjaga (laki-laki) yang berusia masih cukup muda –sepertinya seusia atau lebih tua setahun dengan saya—itu, saya jawab; BUKAN. Namun dia membalikkan, “bukan gimana? Buktinya tasnya berat.”

Hey, bukan berarti dengan tas berat berisi buku-buku saya lantas harus menerima gelar AKTIVIS. Banyak aktivis yang jarang bawa tas ke kampus kok. Kadang malah Cuma modal rokok dan kaca mata (ini aktivis apaan ya?). saya jadi teringat perkataan teman SMA saya, ia bertanya dengan penuh curiga pada saya (baik langsung dan lewat email), “dhila aktivis ya?”. Saya bilang, BUKAN. Huff, kenapa sih dengan aktivis? Saya saja tidak tahu persis apa pengertian aktivis. Namun yang jelas saya mengejek orang-orang yang bangga dengan sebutan aktivis dengan menuangkannya dalam sebuah cerpen berjudul ‘JANGAN SEBUT SAYA AKTIVIS!!’. Cerpen tersebut saya tulis sekitar tahun 2005, setelah PEMIRA UIN pada tahun yang sama. Ketika itu saya masih berusia 17 tahun dan masih duduk tingkat pertama bangku kuliah. Cerpennya bisa di-download di attachment.

Soal aktivis. Kenapa saya agak ragu? Karena saya pikir pengertiannya masih abstrak. Dan banyak mahasiswa yang mengaku dia aktivis hanya karena dia ikut-ikutan demo dan aktif di berbagai organisasi. Tapi saya pikir bukan itu maksud aktivis. Akitivis ialah pemuda yang peduli dengan nasib orang banyak yang berada di lingkungan sekitarnya tanpa pilih-pilih kasus. Dan saya sendiri? Saya sendiri bukan aktivis, karena bukan orang pemberani. Saya ini PASSIVIS. Saya hanya orang awam yang ikut-ikutan dan pengikut setia walaupun kadang suka protes sendiri dalam hati dan akhirnya ngeluarin uneg-uneg lewat tulisan begini.

Begitu. Cukup deh.

Thursday, September 4, 2008

menjelang ulang tahun


kini

---------------------
aku merasa ada perubahan. esok, 5 september 2008 ialah hari ulang lahirku. berarti sudah genap 21 tahun aku berdiri di atas bumi ini dengan diatapi langit-langit berpancang.kutatap kaca, hey wajahku berubah. auranya berubah. aku lihat dewasa mulai menyeruak. tidak hanya berpikir namun juga bertindak. ya, esok aku akan telah memasuki fase DEWASA AWAL--menyusul teman2ku.kutatap kaca (lagi). berpikir ulang. emosiku mulai agak sering menurun kini. cara berpikirku pun sudah mulai bijak. tentu teman-temanku akan senang dengan hal ini. teman kecilnya sudah beranjak dewasa.


kemarin

---------------------
"selamat datang di dunia kami!" ujar salah seorang temanku, penulis buku 'BANCI KALAP' yg terbit tengah tahun ini. ketika itu umurku tepat 20 tahun. ya-ya, aku paham. dia senang aku sudah memasuki dunia berkepala "dua", sama tua seperti dirinya.tapi sayang, aku labil dan makin labil. umurku sudah 20 tahun ketika itu, tapi aku tidak mau jadi dewasa. aku takut menikah. aku hanya ingin menjadi anak-anak selamanya. aku tidak ingin meninggalkan masa-masa mainku. aku ga mau! aku ga mau besar.


aku semakin tidak stabil. berpuncak ketika terjadi PERANG DINGIN dengan salah seorang ikhwan. dia koordinator ikhwan untuk sebuah bidang di sebuah organisasi. sedang aku adalah koordinator akhwatnya. hanya hal sepele sebenarnya. masalah komunikasi kami berdua. aku adalah orang yang cukup agressive dan cepat dalam bertindak, tidak mau ditunda dan sangat pendikte juga keras kepala. sedang dia ialah orang yang sensitive, pintar dan cepat dalam mengambil keputusan, tegas dan saklek dan tidak mau didikte juga keras kepala.hanya persoalan komunikasi. aku yg selalu inisiative untuk bilang dan berbicara apa adanya dan selalu memulai komunikasi, terutama lewat telpon. sedang dia sangat tidak suka ditelpon akhwat apalagi akhwat yg sama kerasnya seperti dia (mungkin). maka, jadi ada GAP berkepanjangan antara kami. hingga kini pun seperti itu.


padahal awalnya kami sangat akur sekali. sangat-sangat akur. bahkan dia pun agak sering sms aku hanya untuk menasehati aku dan memberi semangat. juga sering juga pada awalnya dia menelpon meski hanya pembicaraan kecil. tapi aku mulai risih dan mulai kurang respek padanya. pasalnya, dia tidak seperti yg aku perkirakan. sikapnya yang aku kagumi selama ini ternyata berubah jika berhadapan denganku. jadi agak manja dan bersikap yg tdk penting.aku protes padanya soal ini. tapi alasannya ia hanya bersikap menyesuaikan diri dengan sikap partnernya. jika partnernya punya sifat childish dan manja dan plin-plan dan suka main-main kayak aku ini, dia pun menyesuaikan dengan sifat dan sikapku. padahal itu yg justru menjatuhkan martabat dirinya di hadapanku.


hmm,, mungkin salah aku juga yg manja (kata dia, makanya klo ngomong jangan manja. setiap orang pasti punya sifat kekanak-kanakkan. tapi dikurangi dan sesuai tempat memakai sifat itu). aku berpikir kembali. o, mungkin dia benar. tapi aku tetap ga terima, karena aku memang begini sulit merubah dengan spontan.sempat nangis gara2 perang dingin dengannya. karena aku bingung. bingung harus kerja dan membangun komunikasi dengan orang yg kurang komunikatif dan sifatnya sama2 keras seperti dia. huff...itulah puncak kelabilanku. aku labil dan bimbang di fase REMAJA AKHIR.


dulu & kini

--------------------
dulu aku adalah mahasiswi yg cuek. bahkan sampai sekarang pun cuek. sangat2 childish. tapi ...kini para sahabatku tersenyum dan memberi testimony. mereka bilang mereka senang dengan kemajuanku. mereka senang dengan usahaku hingga menjadi seperti sekarang ini. hmm,, teman-teman--terima kasih hanya pada Allah aku memberi puji atas menjadikan kalian sebagai temanku.


dan kini... aku pasrah menuju akhir usia. karena semakin lama usiaku semakin bertambah dan jatah hidupku semakin berkurang. aku hanya ingin diberi Allah ketaqwaan yg istimror dan istiqomah juga diberi insting dan naluri kepedulian thdp sesama dan juga kemudahan mengucapkan kalimat-kalimat agung ketika malaikat pencabut nyawa bertamu ke hadapanku. amin.
-----
-----