Friday, March 27, 2009

Situ Gintung, Doa Kami Menyertai

Jumat (27/3) pagi tadi saya tersentak mendengar kabar bahwa jebolnya tanggul Situ Gintung yang terletak di wilayah Banten untuk yang kedua kalinya. Pintu air itu telah melimpahkan air bah kepada warga pada pukul 01.00 dini hari ketika para warga masih tertidur lelap. Dan diberitakan kini ratusan rumah terendam, beberapa diantaranya hancur, pun sekitar 58 orang tewas hingga artikel ini ditulis. Ya Allah, sungguh… mengerikan!

Mungkin bisa dibilang sebagai alasan kuat mengapa saya merasa sangat kehilangan dan berduka dengan musibah yang terjadi di Situ Gintung. Sebab situs tersebut cukup dekat dengan kampus kami yakni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Situs tersebut merupakan tempat yang familiar dengan kami. Situs itu tempat syuro kami, tempat rihlah kami, tempat mabit kami. Dan di wilayah tersebut ada sebagian orang-orang terdekat kami tinggal; dosen kami, teman kami, saudara kami, ah. Sehingga cukup wajar jika kami luar biasa terkejut dengan adanya musibah yang menimpa wilayah tersebut.

Musibah ini mengundang perhatian berbagai pihak. Mulai dari warga, mahasiswa, tim SAR, caleg, hingga SBY-JK. Cukup senang banyak pihak yang cepat tanggap dalam hal ini, terutama mahasiswa yang berada di sekitar lokasi kejadian *untuk KAMMI UIN Jkt…salute*. Ya, memang seharusnya beginilah reaksi positif ketika mendengar saudaranya tertimpa musibah. Pertolongan pertama sangat penting ketimbang kampanye atau berkelahi tidak jelas.

Kepada Saudara kami yang tertimpa musibah Situ Gintung, baik yang rumahnya terendam banjir dan hancur, yang saudaranya hilang dan meninggal, yang kehilangan harta dan benda, semuanya yang merasa pedih, kami turut berduka sedalam-dalamnya. Semoga musibah ini menjadi hikmah bagi kita semua. Yakinlah Allah tidak mungkin memberikan musibah kecuali tanpa hikmah dan pelajaran didalamnya. Dan bersabarlah, saudaraku. Sesungguhnya Ia selalu beserta orang-orang yang sabar.

Kepada teman-teman juga saudara kami yang tidak tertimpa musibah tersebut, mari kita bersama menyumbang tenaga-doa-dana-logistik-ilmu atau apapun yang bisa kita bisa berikan bagi saudara-saudara kita disana yang membutuhkan bantuan. Apapun bentuknya itu, pasti membantu, insya Allah. Disertai niat tulus ikhlas tentunya. Mari. BISMILLAH!

Tuesday, March 24, 2009

Tukang Koran yang Eksis di Kampus


Akhirnya saya kembali menuliskan kisah orang lain yang ada di sekitar saya dan insya Allah menginspirasi bagi yang lain.

Dia adalah TUKANG KORAN di kampus saya. Namanya kak Iskandar *gapapa ya kak, disebutin namanya*. Tidak ada civitas akademika yang tidak tahu tentangnya *mulai dari OB-mahasiswa-dosen-staff-pudek-dekan-purek-rektor-satpam*, yah kalaupun tidak tau minimal pernah melihat wajahnya. Karena ia memang sering thawaf alias keliling kampus menjajakan Koran. Ia memang mahasiswa juga di kampus saya, namun atas inisiatifnya ia bekerja sebagai loper Koran untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan hasilnya, kini ia bisa memiliki motor *awalnya Cuma sepeda*, juga laptop dan bahkan menghidupi istri dan kedua anaknya. Subhanallah, sungguh perjuangan yang tidak mudah tentunya.

Umm, apalagi ya. Mungkin cerita lengkapnya nanti deh. Kalo ketemu kak Iskandar dan wawancara dia

Monday, March 23, 2009

SAYA GOLPUT dan SAYA TIDAK BERDOSA


Pesta demokrasi mulai lagi di negeri ini. Ah, tak terasa sudah hampir 5 tahun. Padahal baru kemarin rasanya para mahasiswa demo menagih janji 100 hari SBY-JK. Baru kemarin rasanya saya merasakan kehidupan baru berkuliah di PTN *ya, usia pemerintahan SBY-JK memang sama dengan usia perkuliahan para mahasiswa angkatan 2004*. Baru kemarin-dan baru kemarin. Hidup memang tidak mengenal “baru kemarin”.

Hangatnya PEMILU tahun 2009 pun telah terasa jauh-jauh hari. Seperti halnya pemilu di USA. Desas-desus Obama akan jadi presiden USA pun telah ada sejak tahu 2007 *wah berarti desas-desus saya jadi presiden boleh diisukan dari sekarang donk... kidding*. Lalu ada survey yang mengatakan bahwa tingkat pemilih untuk pemilu saat ini sangat rendah dan menurun. Mungkin masyarakat semakin tidak percaya dengan elite politik dan pemerintah yang dianggap tidak bisa memenuhi kesejahteraan mereka. Sehingga animo untuk memilih pun semakin hilang *kampanye dan hadiah dari partai bolehlah, tapi milih, suka-suka donk*, begitu kira-kira.

Maka dari itu, untuk mengantisipasi penurunan hasrat untuk ikut pemilu di masyarakat, KPU gencar sekali mengkampanyekan pentingnya PEMILU, sampai-sampai grup band COKELAT buat lagu yang berjudul “5 Menit untuk 5 Tahun”. Bahkan tidak hanya sampai disitu MUI pun turut serta ikut andil dalam meningkatkan hasrat masyarakat untuk ikut pemilu tahun ini, sehingga ditelurkanlah fatwa bahwa GOLPUT = HARAM!! Wuih, saya cukup kaget dengan pemberitaan ini. Golput haram? Jadi selama ini saya... berdosa?

Kebetulan ketika itu saya sempat menonton ‘Apa Kabar Indonesia Malam’ di TVOne yang ketika itu membahas tema GOLPUT HARAM bersama narasumber Ali Mustofa Yaqub, ketua Fatwa MUI yang juga Imam Besar Masjid Istiqlal yang juga Pemilik Pesantren Ilmu Luhur Hadis (Hadis Science) Darus Sunnah *jadi inget gagal masuk pesantren ini pas kuliah. Soalnya tesnya pake bahasa Arab semua sih? Mana daku mengerti* dan juga Bima Arya Sugioanto, pengamat politik muda. Ketika pak Ali ditanya oleh Bima Arya soal “bagaimana dengan pemilih yang golput karena bermasalah dalam hal administrasi, tidak terdaftar misalnya?”. Pak Ali menjawab “Oh kalo itu tidak mengapa, ini kan haram untuk pemilih yang sudah terdaftar namun tidak mau memilih!”. Dan seketika itu saya pun langsung bernafas legaaaaa.... phuih. Saya tidak dosa kan jadinya pak?

Saya ini memang belum pernah memilih dalam ajang pemilu tingkat nasional *payah nih, padahal kalo di tingkat kampus selalu aktif bahkan jadi yang dipilih*. Saya bahkan merupakan PEMILIH AWAM untuk pemilu nasional. Kenapa awam, karena saya sudah tidak pantas disebut sebagai PEMILIH PEMULA lagi *kalo pemilih pemula mah khusus buat yang baru berusia 17 tahun atau lebih dikit deh dan langsung terdaftar sebagai peserta pemilu*


Ya begitulah nasib saya. Terlahir dari keluarga yang ternyata sebagian besar “GOLPUT” akhirnya harus ikut golput juga. Padahal jika saya terdaftar, saya bisa menyumbangkan suara untuk dua DAPIL sekaligus. Ya, kepemilikan saya atas dua Kartu Tanda Penduduk (Jakarta & Bekasi) harusnya bisa membuat salah satu partai tertambah pointnya. Tapi ternyata tidak. Ah, beginilah nasib “istimewa” pemilik dua kewargakotaan ini. Sehingga bisa ditotal bahwa hingga kini saya telah kehilangan kesempatan 4 kali hak bersuara. Pertama, ketika PEMILU Nasional pertama kali berlangsung tahun 2004 *waktu itu sebenernya sih belum genap usia memilih, jadi wajar ga dapet kartu*. Kedua, ketika PILKADA GUBERNUR DKI Jakarta *udah ga terdaftar, lagi KKS pula di Garut. Sehingga harus jauh dari ibukota*. Ketiga, ketika PILKADA WALIKOTA BEKASI *yang ini bokap lupa daftarin. Ternyata beliau masih nganggap saya dan adik belum cukup umur untuk memilih. Haha lupa dia*. Keempat, ketika PILKADA GUBERNUR JAWA BARAT *ternyata masih belum terdata juga nama saya di data voter. Tapi gapapa, HADE udah menanglah. Tinggal liat aja, janji mereka terbukti ga?*

Lalu bagaimana dengan kini? Oh, saya tidak tau pasti bagaimana *meski sebenarnya perasaan APATIS makin tumbuh*. Jika terdaftar, ya pasti saya milih. Jika tidak, ya ndak apa-apa. Yang jelas saya ndak terlalu minat dengan pemilu ini. Jadi teringat dengan pertanyaan seorang teman, “Dila nanti milih apa? Pe-Ka-eS yah?”. Saya jawab, “waduh, ga tau” dengan nada sok ekslusif. Teman saya bilang lagi, “gapapa, bilang aja.” Saya Cuma nyengir sambil berkata dalam hati, “TAU GA SIH, GUE TUH GOLPUT. Hehe.”

Teman-teman, saya hanya selalu teringat dengan pesan bapak saya yang amat NETRAL *padahal pernah ditawari jadi dewan syuro salah satu partai berlambang bulan sabit kembar, padahal pernah diundang partai Islam ini-itu*,“halah, mau jadi apa sih negeri ini kalo calegnya aja begini. Sekarang tuh yang dibutuhkan orang yang BERANI. Aktif atau lincah atau pinter tapi ga BERANI buat apah?!” begitulah saya yang golput dan keluarga saya yang netral *see
MENERTAWAKAN PEMILU 2009*.

Pesan saya, jangan terlalu men-cap orang yang golput dengan pandangan marjinal atau apapun. Barang kali mereka punya alasan tertentu yang memberatkannya. Bersikaplah terbuka.

Saturday, March 21, 2009

Fadhilatul Muharram for Indonesia President in 2029 (Please Support me, Dude!)


This title above, ah I don’t know, I just dream of it. Between conscious and unconscious. Between dream and not. Between doubting and undoubting. Above all, I have dream for my country, INDONESIA.

Indonesia is a big country. It has so rich nature resources. It is the place for the biggest Muslim population in the world. But it’s so sad if you realize that Indonesia still stay on the poor rank. It never leaves that poor place. Indonesia is the worth country but why it still steered by other countries who act as the power country in this world? You have an honor, Indonesia. Let your self to be free and independent!!

As Indonesian people *and if I get my dream to be a future president*, I want nationalize all Indonesia companies. No foreigners sit on there. No foreigners gain profit from my country. We the people never enjoy the rich directly. We stay inside with the poorness. But they gain all rich and enjoy it with innocent. Return them to us. Nationalize ours!

Then, I want human resources in Indonesia get their privilege of schooling and educate themselves. Many people here still are in illiterate case. As the next golden generation I want force-FORCE-force my people to educate themselves. To encourage them making creativity and be brave to stand independent.

Third, I want to grow up the economics. No loan anymore. See IMF, NO LOAN ANYMORE for INDONESIA! Because your loan ruin us. If you want to help us, JUST HELP but don’t take our resources. Get it? We are the honor nation. Don’t make us poor anymore.

Fourth-fifth-sixth-etc are UPHOLD the JUSTICE, SHARE the LOVE, once again BE INDEPENDENT and BRAVE, etc. We need them to make Indonesia be a worth country. The golden nation shall overcome. Wait, we still prepare it for now. No doubt anymore, because we shall overcome.


PS. To get Indonesian version article click here.

Have Fun Tips in Writing POETRY

What-what-what?? To write poetry is difficult? Oh, please, it isn’t true. It is very-very easy to write poetry. Tell me what kind of difficulties you have so they prevent you to write. Tell me, guys. Okay, right now I want to share the FUN TIPS to WRITE POETRY. Let’s check the following tips here.

FirstNEVER THINK OF WRITING IS DIFFICULT. It same with think of SPEAKING IS DIFFICULT. So, free your mind and try to write anything.

Second—make yourself FOCUS on WHAT ON YOUR MIND. Then close your eyes and take a breath deeply. It’s usually named CONTEMPLATION ACTIVITY.

ThirdWRITE IT. Don’t think of what the title of poetry you want to make. Just flow your mind and write. For instance, you think about rain. Okay, what the rain is? How the process to make rain? How does it pour the land? Just write. For example:

Rain
Water-rain
Dark in the sky
Wet on the ground
Then I deserve coolness
Brrzzz… wow its breezing!
Like the penguin in the Antarctic

Yeah, that’s a sample. So common try it! Try to write what’s on your mind. Just do FREE WRITING to flow your imagination. Don’t for get to tell me if you have done these tips. I will be glad to read your poetries. Good luck!!

PS. To get Indonesian Version article, click here.

An Effective Campaign to Gain People (Suggestion for the Parties)

“Hundreds of residents of the Bougenville Lestari housing complex in the city queued for hours to get clean water provided by a legislative candidates from the Indonesian Unity and Justice Party (PKPI).” –The Jakarta Post (March 19,2009; p.4)

These days many peace campaigns by parties to promote their candidates for legislative seat either in city council or central government. Almost campaigns are done with rallying people on streets or yields. So it makes the city more crowded and seems possible to disturb people activities. Noted many examples of interference such as traffic jam, more rubbishes, buzzing and even a restless by some supporters of parties.

It’s different from what kind campaign of a legislative candidate in Jambi, Ritas Mariadi. Noted Ritas provided a water pump at the housing complex stooped working three days ago. The residents, of course, welcome for this campaign. One of residents, Leni, said she appreciated the clean water supplied from the local tap water company with the sponsorship of Ritas and said this kind of campaign was more effective than outdoor rallies because the candidate was “showing his political will” in helping residents cope with their daily problems.

Agreeing with what Leni said for this deed. The parties and candidates should promote themselves not only with outdoor rallies or advertisement on radio and television but also with the obvious deed. It is more effective to gain the people. They can provide some facilities as overcome the problems. Or they can help people in repairing the streets, rebuilding the houses and Masjid (especially for fire, flood, and earthquake victims), and others volunteering working. So, wanna try this one? Because people never need the parties and candidates’ pretty faces. They never need the promises or ‘pepesan kosong’. But they need the real action which is more obvious. So once again, it’s needed the real action to show your political will.

Thursday, March 19, 2009

Fatwa Rokok Haram: BENARKAH MUI KURANG KERJAAN??


Waduh, kontroversial ngga ya judul ini?? Haha, tidak apalah jika ia memang benar kontroversial. Sebenarnya saya tidak akan menulis artikel ini dengan judul yang keren seperti judul diatas kalau tidak ada situasi yang memberi inspirasi pada saya. boleh cerita sedikit alasan dasarnya ya.

Senin kemarin (16/3) saya bertemu dengan teman sekelas kuliah di Fakultas Adab dan Humaniora (FAH). Senang rasanya melihat ia kembali. Setelah menyelesaikan beberapa urusan, saya bersama ia menuju mushola lt.4 FAH. Kami masih ngobrol bercengkrama hingga ia melihat sebuah spanduk bertuliskan “SAATNYA HARAMKAN ROKOK SEPERTI HARAMNYA ZINA DAN NARKOBA” di fakultas sebelah yakni Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (ini fakultas yang paling saya favoritkan di UIN, kenapa dulu ga masuk syariah aja ya. Lho?). seketika itu ia berkomentar, “Aduh, MUI, kurang kerjaan ga sih rokok diharamkan begitu. Menurut lo gimana, kalo menurut gue sih kurang kerjaan tuh MUI.” Saya tidak menjawab. Diam. Tersenyum. *soalnya kalo jawab khawatir dia jadi mati kutu atau mungkin nantinya kita berdebat, padahal mau sholat. Jadi saya agak malas menjawabnya*

Rokok itu, tidak diragukan lagi “KEJANTANANNYA” dalam membunuh banyak nyawa. Tidak diragukan lagi “PRESTASINYA” mengakibatkan hal-hal yang kurang baik. Rokok sendiri pun mengakui bahwa dirinyalah yang menyebabkan Merokok dapat menyebabkan kanker, gangguan jantung dan impotensi, kehamilan, janin. Ya, begitulah track record sebuah batang putih-kuning ini.

Korban keganasan rokok pun sudah banyak beredar di negeri ini. Lihat saja si-Jantung dan paru-paru bolong merupakan salah satu akibat yang disebabkan rokok. Belum lagi pemborosan. Belum lagi rokok ialah merupakan PINTU MASUK atas segala bentuk NAZA (Narkotika dan Zat Adiktif). Dan yang paling parah, orang yang paling menderita akibat rokok ialah orang yang tidak merokok alias PEROKOK PASIF! Kemana-kemana orang-orang pasif ini terjebak asap rokok, yang seringnya sang PEROKOK AKTIF pun cuek dan malah sengaja “menghambur-hamburkan” kepulan asap putihnya. Entah ada maksud pamer atau mau ngajak “sakit” juga. Emang dasar orang yang “penyakitan” engga pernah mau merasakan “sakitnya” sendirian. Ya, begitulah alasan kenapa rokok harus dihindari. Untuk lebih jelas, bisa klik disini, klik disini juga.

Kurang kerjaan-kah MUI??

Saya pernah membaca sebuah artikel yang terselip sebuah kalimat “…fatwa rokok ini pesanan dari kak Seto!”. Waduh, orang ini. Jika saya boleh egois dan menjadi orang yang menyebalkan, saya akan menjawab “emangnya kenapa kalo ini pesenan kak Seto? Suka-suka donk.” Tapi engga jadi, karena ini bukan jawaban yang ilmiah. Lagipula, jika memang benar fatwa ini merupakan pesanan, dikarenakan memang sangat penting untuk dikeluarkan kebijakannya. Dan MUI pun tidak akan pernah ngasal mengeluarkan fatwa. Pastinya akan ada pertimbangan matang dulu. akan ada peninjauan dulu dari segi syariahnya, kesehatannya, mudhorot-maslahatnya, dsb. Tidak pula sembarang orang yang ikut memutuskan perkara ini. Insya Allah orang-orang yang ikut mensyurokan fatwa ini ialah orang yang berilmu. Mereka mengerti dan paham mengenai Quran dan Sunnah. Jadi tidak mungkin MUI kurang kerjaan dalam memutuskan sebuah perkara.

Kira-kira Efektifkah Fatwa ini??

Jika ditanya efektif atau tidaknya, saya akan jawab tidak terlalu efektif. Bangsa Indonesia ini bukannya tidak pintar, mereka tahu segala sesuatu termasuk bahaya merokok ini. Hanya saja bangsa kita ini tidak cerdas, sebab sudah tahu keburukannya masih saja dilakukan. Pernah ingat PERDA Jakarta mengenai pelarangan merokok di tempat-tempat pendidikan pada tahun 2005? Ketika itu disosialisasikan pula mana area merokok dan mana yang tidak. Namun kini perda tinggal perda. Masyarakat cuek bebek dengan adanya perda ini, sehingga mungkin saat ini sudah (sengaja) terlupakan dan dilupakan. Hmm, miris betul. Sebab masyarakat berpendidikan pun tidak bisa diandalkan untuk sosialisasi anti rokok ini. Saya sering melihat fenomena ini khususnya di kampus. Bukan, bukan sekedar mahasiswa dan OB kampus yang suka merokok di area pendidikan, namun juga PUDEKnya pun pernah bahkan kerap melakukannya dengan santai tanpa merasa bersalah!

Mungkin betul jika dikatakan bangsa Indonesia sulit bangkit dari segala keterpurukannya di berbagai bidang (termasuk kesehatan). Amanat baik yang dibebankan pemerintah pun jarang ada yang mau memperdulikan. Merokok, buang sampah masih sembarangan, dsb.

Eh, Tunggu Dulu, Akibat Diharamkannya Rokok ini Apa Ya??

Rokok, seperti yang sudah terekam melekat erat di otak kita, ialah sangat berbahaya bagi tubuh. Namun jika kita mau melihat secara menyeluruh soal fatwa ini, ternyata ada pihak-pihak yang pastinya merugi (kalo para perokok aktif sih udah pasti merugi karena mulutnya yang akan selalu asam akibat engga ngerokok, tapi mereka mah bodo amat! Hehe). Pihak yang merugi tersebut ialah, para buruh yang kena PHK dan pengusaha rokok pribumi yang mengelola UKM di daerahnya (bukan perusahaan rokok besar kayak Gudang Garam, dsb ya). Jadi bagaimana ini ya? Kasihan juga kan. Apalagi cari pekerjaan itu susah. Meski ada juga orang yang bilang, “kan masih ada pekerjaan lain yang lebih halal”. Tapi tetap aja prakteknya sulit, apalagi untuk sebagian masyarakat kita yang pendidikannya rendah. Lalu bisakah tembakau dan cengkeh diproduksi menjadi bahan lain selain rokok?

Hmm. PHK. Pengangguran. Kerugian sebagian besar masyarakat menengah kebawah. Aduh, gimana ini? Gimana??

Penawaran Solusi

Rahman Toha, Ketua Umum PP KAMMI mengatakan, “bagi saya fatwa haram rokok bagus2 saja, tapi tidak begitu strtaegis dan penting sekali saat ini..kenapa MUI ga mengeluarkan fatwa haram menaikan harga BBM..?..”

Ya, beliau mengatakan seperti ini karena memang MUI tidak menawarkan solusi konkrit bagi sebagian masyarakat yang akan kehilangan pekerjaan jika rokok ini diharamkan. Mungkin sebaiknya seperti ini, MUI pun berdiskusi dengan pihak-pihak yang terkait mengenai pengalihan pekerjaan para buruh dan pengusaha rokok yang akan kehilangan sumber rezekinya. Karena tembakau dan cengkeh ialah komoditi yang cukup bagus untuk pemasukan ekspor negara kita. Makanya saya bertanya, apakah bisa jika tembakau dan cengkeh dijadikan bahan selain rokok? Untuk sayur mayur misalnya? Kue? Obat-obatan? Atau mungkin dijadikan sepatu (eh, ngomong-ngomong sepatu, ada saran dari Menteri Fahmi Idris untuk wajib membeli sepatu buatan asli Indonesia.)? atau mungkin juga tas? Kain batik?

Hmm, *menyebalkan* saya belum punya penawaran yang solutif untuk hal ini. Saya hanya bisa mensugesti bahwa pemerintah dan MUI untuk kembali mendiskusikan nasib para buruh yang kehilangan pekerjaan akibat fatwa ini. Jika memang disediakan pekerjaan sih tidak masalah. Namun, ini hampir tidak ada. Apalagi kondisi pendidikan masyarakat kita yang rendah.

But, above all, saya tetap mendukung fatwa ini. *sambil memikirkan apa solusi yg tepat atas akibat yang ditimbulkan*

PS.
Terima kasih untuk teman-teman yang sudah mau saling sharing pendapatnya.
Ardiansyah Oktaf, Olia Desconova, Ahmad Supriyadi, Laily Hidayati, Muhamad Solihin, Muthia Bayhaqi, Mustofa Zahri, Joe Hendri, Rahman Toha B., Qory Nadezha, Uut Pradama, Bang Oyi, Zahril Syafrizal Habibie, As Syakila, Arsy Kumala Anggraeni, Ahmad Syahril Baidillah, Acun Saja, Dhimas Lazuardi Noer.

Untuk melihat pendapat mereka bisa dilihat (klik) disini.

Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional Mahasiswa Perguruan Islam Tinggi Negeri (PTIN) & Perguruan Tinggi Islam Swasta (PTIS)

Dalam Rangka Milad ADIA-IAIN-UIN Jakarta ke 52, Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Mengundang Anda untuk Ikut Serta dalam:


Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional Mahasiswa Perguruan Islam Tinggi Negeri (PTIN) & Perguruan Tinggi Islam Swasta (PTIS)

Tema:
Islam & Politik
Islam & Pendidikan
Islam & Da'wah
Islam & Ekonomi
Islam & Psikologi
Islam & Kedokteran
Islam & Teknologi
Islam & Hukum
Islam & Kebudayaan
Islam & Isu-isu Kontemporer (Gender, imigran, global warming, lingkungan, dsb)


HADIAH:
Peserta Terbaik I: Rp. 7.500.000,-
Peserta Terbaik II: Rp. 5.000.000,-
Peserta Terbaik III: Rp. 3.000.000,-
7 peserta lainnya (masing-masing) mendapat Rp. 2.000.000,-


Sekertariat:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta
Gedung Rektorat Lt.3
Jl. Ir. H. Djuanda No.95, Ciputat, Jakarta, 15419Telp. 021-7426828
Hp. 0816-1452497 (sdr. Syahrul Adam)
Hp. 0812-1047542 (sdr. Helmy Fauzan)
email: panlkti_lemlit@yahoo.com atau lemlit_uinjkt@yahoo.co.id
web: http://www.uinjkt.ac.id/

KETENTUAN:
1. Tulisan merupakan naskah asli yang belum dipublikasikan di media massa/elektronik/internet dan belum diterbitkan dalam bentuk buku.
2. Standar pengetikan (komputer): 15-20 halaman; A4 (margin: top 3, down 3, left 3, right 3); spasi 1,5; font Times New Roman; size 12
3. Mencerminkan tulisan ilmiah: (a) Bahasa Indonesia yang baik dan benar, (b) Menggunakan referensi (bahan bacaan), (c) Menggunakan kutipan baik dengan footnote atau endnote, (d) Dilengkapi analisis yang obyektif dan kritis.
4. Karya tulis dikirim dalam bentuk CD dan print out naskah asli, atau via email, paling lambat: Jumat, 17 April 2009 (stempel pos)
5. Pengiriman disertai identitas penulis (nama, nomor induk mahasiswa, semester, jurusan, fakultas, alamat, email, nomor telepon/handphone).
6. Peserta boleh mengirim lebih dari satu karya tulis ilmiah.
7. Naskah dan file yang dikirim menjadi milik panitia dan berhak membukukan/mempublikasikannya.
8. Keputusan juri bersifat mutlak.


PENGUMUMAN PEMENANG pada RABU, 20 MEI 2009

Panitia mengundang 10 peserta terbaik ke Jakarta untuk mempresentasikan karya tulis ilmiahnya dihadapan para juri pada hari Senin, 18 Mei 2009.

Monday, March 16, 2009

Menertawakan PEMILU 2009 *hahaha*

Pagi seperti biasa saya menonton acara berita pagi di berbagai channel bersama bapak saya yang memang maniak berita. Biasanya kami mengomentari isi-isi berita nasional ataupun internasional. Kebetulan saat ini tengah hangat-hangatnya berita pesta demokrasi yg biasa disebut pemilu oleh bangsa ini. Heboh benar panggung demokrasi taun ini *lho, bukannya dari dulu juga heboh ya?*. ya, heboh dengan segala kebingungannya. Mulai dari perlombaan narsis para caleg, sikap PANWASLU yang suka ngikutin caleg *getol banget ngawasin caleg dan partai* dan KPU yang pastinya ribet abis dengan pemilu kali ini.

Bingung-bingung. Yakin bingung dengan pemilu kali ini *kecuali para pesertai pemilu tentunya*. Sebab partai yang ikut pemilu kali ini banyak sekali. Belum lagi CALEGnya yang ada lebih dari 50. waduh, kebayang betapa luasnya kertas suara itu yah?? Lalu gimana biar ga bingung? Golput aja kali yah? Atau milih semuanya? Hehe. Golput-golput… meskipun MUI telah menyatakan haram, yakin deh banyak masyarakat yang tidak mempedulikan fatwa ini.

Kembali kepada situasi dimana saya dengan bapak saya menonton bersama acara berita pagi *kebetulan saat itu memang lagi diputar berita pemilu*. Kemudian terbitlah percakapan saya VS bapak:
Saya (S): Pak, aku terdaftar ga?
Bapak (B): Yaaa ga tau.
S: terus nanti aku ga milih ya?
B: bapak aja ndak tau terdaftar atau ngga. Lagian emang mau ngapain? Kalo dipanggil namanya, ya milih. Kalo engga, yaudah. Ga ada yang bener kok pemilu.
S: ....

Haha, saya diam sambil tersenyum tipis. Patut diketahui saya ini sudah GOLPUT sejak usia 17 tahun. Bukan karena apa-apa, karena saya memang selalu tidak terdaftar di TPS. Dulu sih, gelisah bgt, ngerasa unrest gituh. Soalnya saya mauu banget ngerasain nyoblos. Tapi semakin kesini, semakin mati keinginan saya untuk ikut pemilu. Semakin apatis perasaan saya. ah, biarlah saya duduk menertawakan. Menertawakan para caleg, partai, panwaslu, juga kpu dan bahkan diri saya sendiri yang hanya bisa tertawa tanpa memberi solusi.

Saturday, March 14, 2009

Muslimah, Apa yang Dikau Inginkan untuk Diri dan Bangsamu?

Allah menciptakan dua jenis manusia di dunia ini yakni laki-laki dan perempuan. masing-masing memiliki keistimewaannya tersendiri. namun selama ini pandangan dunia terhadap perempuan begitu melemahkan, perempuan yang tidak cepat tanggaplah, hanya menyusahkanlah, tidak bisa ikut berkompetisi dengan lawan jenisnya, hanya dibutuhkan untuk urusan rumah tangga saja, dll. maka itulah kenapa pemikiran Feminisme muncul. mungkin saking merasa dipojokkan, kaum feminisme ngotot menyuarakan persamaan antar laki-laki dan perempuan dalam berbagai hal! padahal harusnya tidak begitu juga.

Laki-laki dan perempuan memang berbeda pada dasarnya, namun perbedaan itu dimunculkan justru untuk saling melengkapi. Tuntutan persamaan dalam setiap hal bisa jadi akan menyusahkan perempuan sendiri. Namun demikian, perempuan pun tidak bisa juga dianggap rendah. Mereka punya suara yang menentukan nasib mereka *asal tidak melawan takdir tentunya*. Bahkan mereka pun punya hak suara dan tindakan dalam menentukan nasib bangsa ke depan. Bagaimana menurut antunna? Kira-kira apa yang ingin antunna lakukan untuk bangsa ini?

Bagaimana jika perempuan menjadi pemimpin? Bisa saja. Asal memang capable dalam menguasai segala bentuk permasalahan bangsa ini. Bisa dengan arif mencari solusi dan bekerja sama dengan pihak manapun. Tapi terlalu sempit jika kita berdebat tidak bolehnya perempuan menjadi pemimpin negeri ini. Lebih baik kita bicara mengenai keinginan perempuan itu sendiri dalam menyikapi persoalan bangsa. Ada yang mau sharing pendapat? Kira-kira apa yang ingin antunna berikan untuk bangsa ini? Meski sebagai istri dan ibu, kita pun berhak menentukan kemana arah bangsa ini? Jangan sampai kita hanya manggut ketika disodori kebijakan, apalagi kebijakan itu ternyata tidak memihak kaum kita. Sampaikanlah, ukhti. Sampaikanlah.
Memang saya sengaja ingin mendengar pendapat antunna. Karena kita tidak bisa bertanya pada laki-laki tentang apa yang perempuan inginkan. Setiap jiwa punya suara yang berbeda. Dan saya yakin perempuan punya sendiri pilihan dan opini untuk ummat. Ya ukhti, sampaikanlah. Sampaikanlah. Just reveal what’s on your mind.

Friday, March 13, 2009

Mengenang Tawuran

Hmm, kekerasan-hegemoni-bullying , apa lagi ya? Begitu banyak kekerasan yang kita lihat di sekitar. Tapi saat ini saya hanya ingin membatasi pada tingkat siswa dan mahasiswa saja. Baik, kita mulai dengan kata TAWURAN.

Saya mengenal kata ini sejak SMP kelas 1. ketika itu sedang seru-serunya era tawuran-demo-reformasi-kerusuhan-penjarahan. Apalagi sekolah kami berada di pinggir jalan Salemba. Jika boleh disebutkan nama sekolahnya yakni SMPN 216 Jakarta yang terletak di Jl. Salemba Raya No.18 (masih hapal gw,, hehe). Hampir setiap hari saya melihat fenomena seperti ini. Berangkat dan pulang sekolah terkadang dengan diliputi dengan perasaan takut-takut. Akan ada apa hari ini? Tawuran apa lagi ya? Mana sama mana ya? Ada kerusuhan ga ya? Ada demo ga ya? Begitulah.

Saya melihat hal ini dengan penuh miris (pastinya). Kenapa sih para generasi muda kita ini? Ampun deh. Mereka bukan tidak bersekolah, juga bukan berasal dari keluarga yg tidak berpendidikan. Tapi mental berkelahi pun memenuhi awang-awang syahwatnya. Tidak habis pikir juga mereka rela mati konyol demi tindakan hegemoni kelompok dan pribadi yang meliputi diri mereka. Menjadi bullying yang tidak pernah habis. Padahal di sekitarnya orang-orang merasa ngeri. Astagaaaa…

Jadi teringat kejadian yang terjadi ketika saya kelas 2 SMP (buat yg dulu anak kelas 2-2, gapapa ya gw cerita ini). Ketika itu para siswa laki-laki suka melakukan simulasi tawuran dengan kertas yang dibentuk menjadi bulat padat dan dijadikan senjata. Kelas jadi ramai penuh kertas terlempar-lempar. Saya Cuma bisa bengong *wah, teman-teman gw…*. Saya pikir simulasi ini hanya berhenti sampai disini saja, tapi ternyata tidak. Ketika itu ada waktu santai selepas pelajaran olahraga. Para siswi pun bergegas menuju kantin atau kelas, sedang siswanya masih asyik main di luar gerbang *meski masih dalam komplek sekolahan SD kenari-216-SMA 68*. Dan waktu terus berjalan, namun tiba-tiba beredar kabar ada kecelakaan yang menimpa salah seorang teman yang berinisial GA (bukan Gapura Angkasa atau Garuda Indonesia ya). Usut punya usut kecelakaan itu terjadi akibat simulasi tawuran yang dilanjutkan selepas olahraga, dan kini tidak lagi menggunakan batu yang terbuat dari kertas, tapi… ah entah yang jelas ketika itu mata GA berdarah dan segera dilarikan ke RS terdekat entah RSCM atau Saint Carolus, lupa.
Dan akhir kejadian itu ialah, GA tidak masuk beberapa hari, sedangkan para siswa lelaki dihukum untuk mengumpulkan batu sebanyak 1000 buah tiap hari (berapa hari nih ya?). ck-ck… dasar anak muda, moga kapok. Dan gimana kabar GA saat ini? Insya Allah baik dan sehat, beliau sedang menyusun skripsi saat ini. Kebetulan saya bertemu lagi dengannya pada fakultas yang sama di universitas.

Lalu bagaimana saat ini? Masih adakan tawuran? Mungkin tidak seheboh zaman dulu ya. Tapi bullying masih ada aja. Dan bahkan terjadi di beberapa SMA unggulan di bilangan Jakarta *nama SMAnya tidak perlu saya sebutkan*. Entah itu perkelahian antar angkatan, geng, ketika OSPEK, dll. Yang menarik terkait dengan kasus yang terjadi di belakangan ini. Entah itu kasus geng Motor, geng Nero (anggotanya hobbi banget nge-burning kali ya. Makanya namanya NERO), juga geng dll. Atau juga kasus perkelahian antar siswi yang marak dan diliput video HP Cuma gara-gara berebutan laki-laki, bahkan sampai ada yang dibekali sarung tinju oleh guru olahraganya. Itu tingkat SMA.

Kalau tingkat Universitas, wah di UIN sih kadang suka *berantem* gara2 perhitungan suara pemira. Ya ga? Hehe *ups piss*. Tapi kalo saya sering mengamati, di wilayah Sulawesi kayaknya sering juga ada kerusuhan mahasiswa. Kalo di bilangan Jakarta, paling-paling ada tawuran yg terjadi antar beberapa kampus swasta yg ada di bilangan Salemba-Paseban-Matraman. Waduh-waduhh…

Lalu bagaimana kita menyikapi hal ini? Bullying…bullying. Salah satunya ialah, para generasi muda ini lebih diperhatikan! Mereka harus diberi pengertian dan pemahaman yang baik mengenai bagaimana cara yang baik menyalurkan kreativitas. Bukannya malah berantem ga jelas. Kalo nafsu banget berantem, ya masuklah kelompok seni bela diri. Kalo pengen terkenal dan diperhatikan, jadilah artis *tapi jangan jadi model iklan sabun yang tertipu*. Kalo mau jadi pemimpin, jangan abal-abalah, sekalian saja total di salah satu organisasi *meski pada awalnya nafsu pengen jabatan, tapi pasti lama-lama sadar diri kok*. Kalo suka “bersumpah-serapah” *salurkanlah lewat tulisan-puisi-artikel-lirik lagu*. Kalo suka banget nyorat-nyoret, jangan suka bikin jelek tembok orang *mending belajar gravity, atau ikutan lomba. Kabarnya ada LOMBA MURAL yang diadain KAMMI PUSAT tuh, dibuka minggu depan sama wapres JK*.

Gimana teman2, ada solusi lain? atau mungkin ingin berbagi kisah tawuran-kekerasan-kerusuhan-bullying yang pernah dialami atau dirasakan? Mungkin di bilangan Bekasi-Tangerang-Depok atau yang lain? Silahkan. Saya mendengar dan menyerap. *lagi latihan jadi pemimpin masa depan, hehe*

Wednesday, March 4, 2009

Kesombongan Mengalahkan Hati Nurani

saya menyebut kisah (berjudul 'Kesombongan Mengalahkan Hati Nurani') yang akan saya sajikan dibawah ini ialah merupakan kelengkapan dari artikel yang diberikan Akh Umam kemarin. kisah dibawah ini diambil dari buku serial "30 KISAH TELADAN jilid 3" karya K.H. Abdurrahman Arroisi, terbitan PT. Remaja Rosdakarya Bandung, cetakan ke-9 taun 1994, beli taun 94 (juga) di toko Walisongo, Kwitang, harganya masih Rp. 2.750,- (kisah dibawah ini ditulis ulang dgn sedikit lebih singkat o/ saya)

Sudah semenjak sebelum kedatangan Islam, Abu Dzar Al Ghifari bersahabat akrab dengan Abu Jahal. Keduanya sama-sama saudagar dan malah berkongsi dagang yang saling menguntungkan. Bila berkunjung ke kota Makkah, Abu Dzar selalu membawa barang-barang dagangan yg dijual dgn perantara Abu Jahal. Pada suatu hari kedatangan Abu Dzar tdk membawa apa-apa. Tidak membawa barang, dan tidak pula uang perniagaan.

AJ (Abu Jahal): Engkau membawa barang dagangan wahai sahabatku?
AD (Abu Dzar): Tidak.
AJ: Engkau membawa uang?
AD: Juga tidak.
AJ: Sudah gilakah engkau sahabatku? Datang jauh2 ke Makkah tanpa membawa barang ataupun uang. Sintingkah engkau? Jadi dengan tujuan apa engkau kemari?
AJ: Kali ini kedatanganku kemari bukan utk mengadu untung dlm perdangan.
AD: Lalu, utk apa?
AJ: Aku ingin bertemu dgn kemenakanmu.
AD: Utk apa bertemu dgn kemenakanku? Siapa yg kau maksudkan?
AJ: MUHAMMAD. Aku dengar dari sahabatku bahwa ia telah diangkat menjadi Rasul. Bukankah Muhammad anak saudaramu? Engkau harus bangga mempunyai kemenakan semulia itu.
AJ: Hai sahabat, dengarkan nasihatku. Jangan kau temui dia.
AD: Mengapa?
AJ: Muhammad itu amat menarik. Sekali berjumpa engkau akan terpikat kepadanya. Wajahnya bersih. Perkataannya berisi mutiara hikmat. Perilakunya amat lembut, dan sopan santunnya sangat luar biasa. Apalagi jika ia membacakan wahyu, semua kalimatnya menyentuh jiwa.
AD: Berarti engkau yakin ia seorang Rasul?
AJ: Tentu saja, kenapa tidak. Mustahil ia bukan seorang rasul. Otaknya amat cerdas. Budi Pekertinya sangat mulia. Daya tariknya hebat bukan main.
AD: Engkau yakin, kemenakanmu itu Utusan Allah.
AJ: YAKIN BETUL
AD: Kau percaya bahwa ia benar?
AJ: LEBIH DARI SEKEDAR PERCAYA.
AD: Jadi kau mengikuti ajaran agamanya?
AJ: APA? Ulangi sekali lagi pertanyaanmu?
AD: Maksudku, apakah engkau sudah menjadi pemeluk Islam?
AJ: AKU MASIH TETAP ABU JAHAL, sahabatku, bukan orang yang sudah miring. Dibayar berapapun aku tak mau jadi pengikutnya.
AD: Bukankah engkau yakin bahwa Muhammad itu benar?
AJ: Walaupun aku yakin bahwa Muhammad memang benar, aku tetap akan melawan Muhammad sampai kapanpun juga.
AD: Apa sebabnya?
AJ: Kedudukanku dan wibawaku akan hancur berantakkan bila aku mau menjadi pengikut kemenakankusendiri. Akan kuletakkan dimana mukaku di mata bangsa Quraisy?
AD: Pendapatmu keliru, sahabat.
AJ: AKU TAHU BAHWA AKU MEMANG KELIRU.
AD: Dan kelak engkau bakal kalah.AJ: Ya, bisa saja aku kalah. Bahkan aku tahu, di akhirat bakal dimasukkan ke dalam neraka jahim.Tapi aku tidak mau dikalahkan Muhammad di dunia, walaupun di alam sana aku pasti dikalahkannya.

Demikianlah yang terjadi, hati nurani (kebenaran) sering kali terpaksa tunduk oleh keserakahan dan kesombongan diri. mungkin saja kita mengerti dan tahu akan kebenaran, namun kadang ego pembenaran diri menjadi tinggi dan mengalahkan kebenaran itu sendiri.Wallahu'alam...moga bisa dipetik hikmahnya.

Sunday, March 1, 2009

Rumus-Rumus

aku dipermainkan..
rumus-rumus mati ialah merupakan
aku tertekan-aku tertekan
semua gara-gara banyak makan

saraf-saraf kepala memberontak
membuat bayangan jadi kotak-kotak
jantungku mendetak-jantungku mendetak
semua karena jalan setapak

otak dan hatiku mati
tumpul jadi bagian kata hati
semua meneriaki-semua meneriaki
dinding-dinding retak tak peduli

kemana rumus-rumus itu pergi?
tangisan menjadi isi-isi
nurani memaki-nurani memaki
semua gara-gara maksiat diri

ditulis pada:
7 Januari 2004, pukul 12.58 (ketika sang penulis tengah dilanda kecemasan menghadapi jelang UAN SMA)