Thursday, October 23, 2008

Albom—Jurian—Hirata



Tiga nama penulis diatas (sebagai judul) ialah tiga orang yang saya baca karyanya bulan ini. Untuk nama dua penulis pertama, saya baca bukunya langsung dan satu nama terakhir saya baca bukunya lewat karya yang sudah diterjemahkan dalam film.

Mitch Albom dengan TUESDAYS WITH MORRIE
====================================

Buku terjemahan yang kabarnya sudah menjadi international best seller ini memang sangat impressive. Mengisahkan tentang seorang dosen di sebuah universitas di salah satu Negara bagian di USA bernama Morrie yang mengajar sosiologi. Ia merupakan dosen yang menarik ketika memberi pelajaran dan hikmah dan pengalaman hidup. Selalu ada hikmah mendalam yang disampaikan ketika mengajar. Mitch Albom, seorang mahasiswa dan juga sahabat terbaiknya mencoba menulis buku ini stelah kematiannya. Sebab buku ini merupakan hasil diskusi di setiap selasa beberapa bulan sebelum kematiannya.

Morrie memang terkena penyakit yang sulit disembuhkan dan belum ditemukan obatnya ketika itu; yakni penyakit yang menyerang syaraf sehingga kerja seluruh syaraf tubuh melambat dan mati. Penyakit ini memang mematikan si penderita perlahan-lahan. Sungguh penyesalan bagi Alboms untuk mengetahui keadaan dosennya itu setelah ia menderita sakit. Ketika itu Alboms memang sudah lama tidak mengunjungi sang guru besar tersebut dan memilih untuk berkarir sebagai penulis kolom olahraga terkenal (padahal ia telah berjanji untuk mengunjungi gurunya tsb). Dan ketika itu pula pada suatu hari tanpa sengaja ia menonton acara talk show televisi yang menampilkan Morrie sebagai narasumber sedang ia tengah dalam keadaan sakit. Dan sejak itu ia mulai mengunjungi Morrie dengan rutin yakni setiap selasa. Ia menganggapnya ini ialah kuliah terakhirnya dan banyak hal yang dibicarakan setiap kali ia bertemu dengan Morrie. Bukan pelajaran yang membutuhkan catatan banyak dan ulangan yang serius dalam kertas, namun ini ialah pelajaran mengenai kehidupan.

Jurie G Jurian dengan OPIK SOK COOL NIH!
==================================

Berikut ini ialah merupakan novel lucu yang tidak begitu tebal. Gaya cerita dan tulisannya cukup mengalir dan enak dibaca. Pesan yang disampaikan juga sampai khususnya jika dibaca oleh orang-orang yang tidak terlalu suka membaca bacaan dengan topik berat.

Bercerita tentang seorang mahasiswa ‘culun’ bernama Opik, kuliah di jurusan Teknik Sipil di sebuah universitas terkenal di Bandung. Opik adalah seorang yang mengaku berasal dari kampung dan tidak pernah ke kota besar sebelumnya (bahkan ngakunya tidak akan pergi ke Bandung kalau bukan karena kuliah). Ia disukai oleh seorang gadis cantik bernama Bella. Bella ialah anak seorang diplomat. Ia besar dan pernah bersekolah di Inggris dan Prancis. Namun Opik tampak tidak peduli dengan Bella. Ia merasa ia hanyalah orang yang sangat biasa dan tidak cukup baik bagi Bella. Namun sebenarnya ia kurang menyukai Bella yang senang berpenampilan dengan pakaian ketat dan terbuka. Opik memang aktivis masjid selain menjadi aktivis BEM.

Namun kisah menjadi berubah ketika liburan tiba. Bella bersama pacar dari sahabat Opik berencana mengikuti pengajian dan pesantren kilat selama liburan bagi mahasiswa di sebuah pesantren yang ternyata merupakan kampung halaman Opik. Dan ternyata, Opik pun diketahui masih termasuk dalam jajaran keluarga pesantren tsb. Ia juga ikut Bantu-bantu mengajar ngaji disana. Bella lantas kaget dan takjub ketika mengetahui hal tersebut. Ia pun makin merasa respek pada Opik, sehingga ia menjadi malu sekali ketika bertemu dengan Opik lantaran kepintaran dan kerendahan hati Opik selama ini.

Ada banyak topik yang dibahas Jurie disini. Namun Jurie berhasil memadukan topik tersebut sehingga tidak berbenturan dan pesan yang disampaikan cukup tepat tujuan. Topik tersebut antara lain mengenai cinta, batasan-batasan aurat, sampai masalah terorisme. Namun yang saya sayangkan kenapa judulnya kok sederhana sekali, Cuma ‘OPIK SOK COOL NIH!’. Padahal jika mau bersusah payah untuk memikirkan judul sebentar saja, pasti akan dapat judul yang lebih baik. Karena buat saya judulnya Cuma kurang tepat. Atau mungkin judul ini untuk menarik pembaca. Ah, tapi tidak juga. Lalu apa ya judul yang tepat? =)

Andrea Hirata with LASKAR PELANGI
==============================

Penulis dan judul buku dan film diatas sudah terkenal dan sangat fenomenal di Indonesia. Semua sudah tahu dengan hal yang satu ini. Namun kurang lengkap rasanya jika saya tidak menyebut nama Mira Lesmana dan Riri Riza jika mau membahas filmnya. Karena memang, saya belum pernah membaca novelnya. Alasannya MALAS. Merupakan alasan bodoh bagi seseorang yang mengaku mahasiswa seperti saya.

Lanjut dengan Laskar Pelangi. Memang benar kata seorang teman, Zamal Firdaus, mengenai film ini dan berkaitan dengan novel aslinya. Yang penting bukan orisinal bahwa film harus dengan sesuai novelnya, namun lihat pesan yang disampaikannya. Karena saya pikir (setelah melihat beberapa film yang diadaptasi dari novel; Da Vinci Code & Ayat-Ayat Cinta) akan menjadi sangat jelek jika film tidak sesuai betul dengan novelnya. Namun Laskar Pelangi lain (atau mungkin karena saya belum baca novelnya?). meski berbeda dengan novelnya, kata orang-orang yang sudah membaca novelnya dan bahkan kata Andrea Hirata sendiri, filmnya lebih bagus dan ekspresif. Kita mampu tertawa dan menangis karenanya. Melihat hikmah yang disampaikan tokoh-tokohnya juga melihat kepolosan dari ke-sepuluh tokoh ciliknya. Semua menjadi inspirasi!

“Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya dan bukan menerima sebanyak-banyaknya.” Itu kata Pak Harfan.

Benar-benar film yang amat bagus di tengah kegersangan dunia industri hiburan saat ini.



PS: special thx to Ulfatun Ni’mah (untuk pinjaman buku TUESDAYS WITH MORRIE), Saiful Bahri (untuk pinjaman OPIK SOK COOL NIH!) dan Zamal Firdaus (untuk diskusi singkat mengenai film Laskar Pelangi).
======
sumber gambar film laskar pelangi: http://laskarpelangithemovie.blogspot.com/
======

Wednesday, October 22, 2008

Lambang Bintang Daud Familiar di Tembok-Tembok Rumah Kita


Pernah lihat gambar ini? Dan mengerti akan lambang ini? Oh ya pasti mengerti dengan sangat bahwa lambang ini ialah lambang untuk Negara Israel dan untuk kejayaan perwujudan kerajaan Solomon. Lambang ini begitu familiar dengan segala sifat kekeluargaannya sehingga menempel di tembok-tembok manapun di Negara kita. Saya sudah lama kenal lambang ini, bahkan sebelum saya paham bahwa lambang tersebut dengan makna sebenarnya.

Ya, sejak sekitar umur 10 tahun ketika saya masih duduk di kelas 1 SMP. Saya sudah mengenal lambang itu melalui tembok-tembok. Mereka yang memberitahu dan mengenalkan saya. mereka juga yang memberitahu bahwa yang sering membuat gravity lambang bintang segi enam itu ialah anak-anak SMP dan SMA yang punya hobby membuat gravity tidak jelas di sepanjang jalur tembok masyarakat. Sering juga dibawah lambang tersebut dituliskan ISRAEL beserta nama pembuatnya juga asal sekolahnya yang tentunya ditulis dengan bahasa julukan (misalnya: PONCOL atau BOEDOET). Ketika itu saya bertanya, Israel itu apa dan ada apa dengannya. sepertinya saya sering dengar Israel; seperti sebuah nama Negara. Tapi kok nampaknya teman-teman SMP dan SMA (yang laki-laki) seperti kenal betul dengan lambang dan nama tersebut? Dari mana mereka kenal? Hati saya terus berkecamuk dengan pertanyaan-pertanyaan yang terabaikan itu.

Hingga akhirnya saya mengerti sendiri mengenai makna sebenarnya dari lambang dan nama tersebut; sebuah Negara dari penduduk yang kejam yang merebut tanah ummat Islam dan tidak mau mengembalikannya lagi sejak 1948. kembali saya bertanya dalam hati, khususnya yang berkaitan dengan anak-anak SMP dan SMA yang suka sekali membuat lambang tersebut. Bahkan sering juga memperdengarkannya. Saya jadi ingat ketika kelas 3 SMP, seorang teman laki-laki, berkata “Israel….” di dalam kelas. Tentu, ketika itu saya tidak mengerti dan saya yakin teman saya pun tidak mengerti dengan apa yang dibicarakannya. Nah, itulah yang saya miriskan. Generasi muda kita sangat mengenal lambang dan nama penjajah itu dengan tanpa pernah mengetahui kekejaman sebenarnya dari apa yang telah mereka gambar dan tuliskan. Tentang Palestina, juga Negara Islam yang lain, apa pernah mereka tahu (kecuali anak-anak ROHIS).

Adik-adikku… semoga kalian cepat menyadari bahwa mereka telah menjajah kita dari dulu

Saturday, October 11, 2008

Ingatlah dengan Qazman...

Masing-masing dari kita sebagai ummat manusia memang ditakdirkan untuk mengemban misi dakwah yakni membumikan ajaran Islam dimuka bumi ini. Namun dalam menjalankannya tidak jarang banyak rintangan yang kerap menjadi sandungan para pengemban dakwah. Yang menjadi musuh utama ialah hati dari masing-masing diri tersebut. Hati yang didalamnya terdapat penyakit. Makanya sangat sewajarnya jika manusia harus selalu berwaspada dengan segala kemungkinan terburuk yang akan membuatnya dari jalan panjang yang indah ini. Dibawah ini terdapat kisah yang banyak mengandung hikmah bagi kita. Semoga bermanfaat.
====================================================================
(Diambil dari buku “Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam” buku ketiga karya K.H. Moenawar Chalil, terbitan PT Bulan Bintang, tahun 1993, halaman 260-261)

Menurut riwayat, ketika terjadi peperangan di kota Khaibar, diantara balatentara kaum Muslimin ada seorang yang bernama Qazman. Qazman, seorang yang gagah berani dan perkasa, seorang yang kelihatan terkemuka dan terhormat di muka orang banyak, karena ia seorang pahlawan Islam yang sejati. Jasanya terhadap Islam tidak sedikit, pada lahirnya.

Ketika terjadi perang Uhud, ia ikut serta bertempur melawan kaum musyrikin Quraisy. Dan ketika terjadi peperangan di Khaibar, ia tidak ketinggalan ikut serta pula menjadi seorang tentara dari barisan kaum Muslimin. Dalam lingkungannya, ia tidak sedikit pula mengeluarkan tenaga dan kekuatannya untuk kepentingan Islam dan kaum Muslimin. Tetapi selama itu pula Nabi SAW menyatakan kepada kaum Muslim yang seringkali beegaul dengannya, dengan sabdanya: “Bahwa (Qazman) sesungguhnya golongan ahli neraka.”

Sebagian dari tentara kaum Muslimin yang mendengar sabda Nabi SAW yang sedemikian itu tentu kurang percaya, dan ada pula yang sangat heran, mengingat akan jasa-jasanya. “Mengapa orang yang begitu berjasa dalam perjuangan, dan begitu gagah perkasa melawan musuh Islam, dikatakan oleh nabi, bahwa sesungguhnya ia adalah golongan ahli neraka. Dan sekali lagi beliau menyatakan, bahwa sesungguhnya ia itu ahli neraka.

Kemudian pada waktu itu ada seorang sahabat Nabi yang berkata kepada beliau: “Saya yang akan menemaninya.” Tegasnya bersedia untuk menyertai Qazman.

Orang ini terus keluar, dan selalu mengikuti dan menyertai Qazman. Sewaktu Qazman berdiri, orang itu berdiri; sewaktu Qazman berjalan cepat, ia berjalan cepat; apabila Qazman berhenti, ia ikut berhenti; apabila Qazman bergerak, ia ikut bergerak, dan demikianlah selanjutnya.

Dengan demikian, maka ketika terjadi pertempuran seru di Khaibar –sebagaimana yang diriwayatkan di muka— Qazman pun terus menerus bertempur dengan gigihnya. Tetapi pada suatu waktu dalam pertempuran itu juga dengan tiba-tiba Qazman mendapat luka-luka parah ia tidak tahan merasakan sakit yang sedang dideritanya lalu ia mencepatkan kematiannya sendiri. Qazman ketika itu meletakkan hulu pedangnya sendiri diatas tanah dan ujung pedang itu dilekatkan di dadanya kemudian ia menekankan dirinya diatas ujung pedangnya itu sehingga cepat menemui kematiannya. Qazman membunuh dirinya sendiri. Maka orang yang selalu menyertai Qazman tadi segera menghadap Nabi SAW seraya berkata: “Saya menyaksikan, bahwa sesungguhnya engkau itu Utusan Allah.”

Nabi SAW setelah mendengar ucapan orang tersebut lalu bertanya kepadanya: “Mengapa demikian?”

Orang itu lalu menerangkan tentang keadaan Qazman, bahwa ia telah berbuat demikian … dan demikian … (seperti riwayat diatas).

Ketika itu Nabi SAW lalu memanggil Bilal, dan ia setelah menghadap kepada beliau lalu diperintahkan supaya menyiarkan kepada orang ramai dengan suaranya yang nyaring tentang sabda beliau:

“Tidak akan masuk ke surga, kecuali orang yang beriman. Dan sungguh Allah menguatkan agama ini dengan orang lelaki yang durhaka.”

Bilal seketika itu mengumandangkan dan menyiarkan sabda Nabi SAW yang tersebut itu di muka ramai.

Dengan riwayat yang tersebut itu jelas bagi kita, kebenaran yang dikatakan oleh Nabi SAW yang menerangkan, bahwa sesungguhnya ia termasuk golongan ahli neraka, karena orang yang mati membunuh diri itu termasuk ahli neraka.

Menurut riwayat, Nabi SAW telah menyatakan lebih dulu, bahwa Qazman itu golongan ahli neraka, karena beliau sudah mengetahui keadaannya yang sebenarnya. Yakni, sebenarnya Qazman itu seorang munafik, seorang yang tidak ikhlas niatnya dalam mengikuti peprangan bersama-sama kaum Muslimin, dan lebih tegas seorang yang berperang tidak karena Allah.

Sunday, October 5, 2008

Pride & Prejudice: Analisa dan Amatan


Film ini diangkat dari sebuah karya fiksi (novel) karya Jane Austin. Merupakan kisah cinta romantis dengan setting Inggris di abad 19 antara Elizabeth Bennet (Lizzy) yang berasal dari keluarga kelas menengah di daerah distrik di Inggris dengan Fitzwilliam Darcy yang merupakan pemuda keturunan bangsawan yang kaya dan terhormat. Darcy merupakan keponakan dari Lady Catherine, seorang wanita yang paling disegani di daerah tinggal Lizzy. Untuk ringkasan selengkapnya, anda bisa klik disini.

Analisa dan amatan…
=================
Pada awalnya saya ada prasangka (prejudice) dengan novel ini. Saya pikir, novel ini akan berakhir sad ending, yang pada akhirnya Elizabeth dan kekasihnya, Darcy akan berpisah dan memiliki takdir masing-masing. Namun ternyata saya salah. Setelah saya menonton filmnya, saya merubah pendapat dan pemikiran saya tentang karya fiksi dari penulis terkenal Inggris, Jane Austen, yang menulis Pride and Prejudice ini masih memasuki usia awal dua puluh-an.

Terlepas dari segala prejudice saya, saya menilai karya ini bagus. Film Pride and Prejudice pun menarik dan membuat hati saya syahdu. Tidak seperti yang saya pikirkan tentang film barat, film ini merupakan kisah cinta yang sangat elegan dan penuh santun. Tidak ada adegan seronok yang membuat para penonton (yang masih memegang tata moral dengan teguh) harus menutup matanya dengan kedua tangan. Ternyata Inggris pada abad 20-an memiliki tata krama dan kesopanan yang cukup bagus. Mungkin karena pada masa itu agama Kristen masih dalam koridor yang sedikit benar dan ketat. Jika dirunut dalam sejarah, ditulisnya novel ini oleh Austen yakni sebelum jatuhnya Revolusi Industri di Inggris. Begitulah. Cocok bagi bahan analisa teman-teman yang kuliah di jurusan Sastra Inggris dalam mengambil tema tugas akhirnya.
===============================
===============================

Friday, October 3, 2008

Rindu: Antara Sejarah, Kenangan dan Hikmah



Pernahkah anda memejamkan mata dan mengajak pikiran anda menelusuri kembali masa kecil anda yang telah lewat? Adakah kesan dari kenangan indah maupun sedih dari tiap masa yang telah anda lewati? Adakah kenangan yang ingin anda ulang atau ingin anda hidupkan kembali dalam hidup anda kini? Jawabannya: PASTI ada. Kalaupun anda merasa tidak memiliki, coba renungi sebentar hidup ini –hidup yang telah anda lalui-. Mungkin anda belum benar-benar menemukan hikmah dari segala kesusahan dan kesenangan itu.

Rindu—itulah yang saya rasakan sekarang. Pada awalnya (mungkin hingga kini masih ada sedikit tertanam) saya memiliki rasa rindu yang berlebihan terhadap masa kecil bahkan sangat terobsesi ingin kembali kesana. Namun semakin detik di dunia ini bertambah, semakin tidak pantas rasanya saya melakukan itu. Karena realita terus berjalan dan hidup tidak pernah boleh stagnan. Saya harus realistis! Akhirnya rindu itu berubah menjadi hikmah dan pelajaran yang harus saya ambil dan saya terapkan kembali di masa saya sekarang ini. Ya, ternyata banyak hal positif yang telah saya lupakan dari masa kecil yang saya rasa masih pantas untuk diterapkan di kedewasaan awal saya.

Berawal dari keisengan saya membuka koleksi perpustakaan sangat mini dan sederhana saya dan ketika itu saya menemukan buku ‘DUNIA KATA’ karya Fauzil Azhim yang merupakan penulis buku-buku best seller khususnya buku-buku yang bertemakan pernikahan. Saya buka beberapa halaman dan membaca sekilas tulisan Fauzil (khususnya pengalaman ia ketika kecil) mengenai kebiasaannya membaca dan melahap tulisan-tulisan yang tak hanya diperuntukkan anak-anak namun juga bacaan-bacaan berat untuk anak seusianya (sampai ia pernah melahap buku Psikologi Perkembangan milik budenya). Saya trenyuh dan merenung: prihatin dengan keadaan saya sendiri. Sebab dulu saya memiliki kebiasaan yang sama meski tidak ‘separah’ Fauzil Azhim. Namun seiring berjalannya waktu dan pengaruh lingkungan luar, saya mulai meninggalkan kebiasaan baik tersebut.

Ditambah ketika saya membaca buku Anis Matta yang berjudul ‘Model Manusia Muslim Abad XXI’ yang baru saja saya selesaikan. Disana Anis menulis, ‘sediakan lebih banyak waktu untuk membaca dan sediakanlah waktu 15 menit utuk memikirkan dan mengendapkan bacaan dalam pikiran anda.’ Saya makin ‘terpukul’ dan sedikit menyesal, mengapa tidak saya terapkan kembali budaya baca itu? Dan semakin ditambah lagi ketika saya menemukan buku lawas karya K.H. Abdurrahman Arroisi ’30 Kisah Teladan’ pada perpustakaan lawas bapak saya. Yakni buku yang sudah lama saya kenal dan sudah sejak kecil saya mencoba mengkhatamkannya tapi belum bisa hingga kini karena ada beberapa serial dari buku tsb yang hilang.

Ada dua hal yang saya dapat setelah perenungan tentang masa kecil saya; yakni hal yang saya sesali dan hal yang tidak pernah saya sesali dari hidup ini. Pertama, hal yang saya sesali ialah tentang pembelajaran saya terhadap ilmu agama yang jarang didapat langsung dari bapak saya. saya menyesal kenapa dulu saya tidak pernah belajar bahasa arab sejak kecil? Kenapa saya dulu tidak pernah di-pesantrenkan? Sehingga meski keluarga saya termasuk religius, namun saya terpaksa harus mengenal Islam baru-baru ini dengan melalui usaha saya sendiri yang bergabung dengan teman-teman dalam memelajari Islam. Memang, setiap orang dalam belajar butuh sebuah kesadaran dalam dirinya sehingga terasa lebih indah. Benar yang diungkapkan Raihan dalam judul lagunya Iman. Disana terdapat lirik bahwa ‘iman tak dapat diwarisi dari seorang ayah yang bertakwa. Ia tak dapat dijual beli.

Lalu kedua, hal yang tidak pernah saya sesali ialah, kebiasaan dan BUDAYA BACA TULIS yang diterapkan bapak saya. meski tidak pernah ada paksaan dalam kebiasaan membaca dan menulis, namun bapak saya selalu mencontohkannya dengan kebiasaan dirinya (membaca) yang tampak dari luar oleh kami sebagai keluarganya. Saya biasa diajak ke toko buku (khususnya toko-toko buku di bilangan Kwitang, Jakarta Pusat, seperti Walisongo, Gunung Agung, Menara Kudus, toko buku di gedung pertemuan NU, dll) sejak kecil hingga kebiasaan diajak itu berhenti sejak saya SMA yang kebetulan harus jauh dari rumah, yakni di daerah Sukabumi.

Sejak dikenalkannya dengan buku serta perangkat-perangkat yang mendukungnya, saya mulai terbiasa dengan buku. Saya melahap berbagai buku cerita hikmah (kebetulan saya sangat menyukai tema yang berbau fiksi dan sejarah) sejak usia balita meski sekedar dongeng dan gambar-gambar. Saya punya setumpuk majalah anak Islam (majalah favorit saya ketika kecil ialah AKU ANAK SHOLEH) dan setumpuk kisah nabi dan shahabat yang sekarang sudah entah kemana (meski masih ada beberapa, dan itupun hanya sekedar koleksi dan belum pernah saya baca detail). Namun kebiasaan baca semakin pudar ketika saya besar. Ketika SMP saya lebih suka baca majalah-majalah remaja, meski masih suka mengkoleksi SABILI. Ya, sejak usia 10 tahun saya sudah membaca SABILI, meski engga ngerti. Sebelumnya saya juga sudah mengenal majalah serupa seperti Ikhwanul Muslimin, dsb. Sehingga sejak itu saya sudah tahu konflik-konflik yang ada di Palestina, Afghanistan, juga konflik di Indonesia seperti Tanjung Priuk, Talang Sari, Malari, Kristenisasi, dsb. Namun sayangnya, seiring saya mengenal lingkungan luar yang memperkenalkan saya pada style barat (saya termasuk korban ghazwul fikri!!), saya mulai pikun dengan hal-hal tsb dan saya diingatkan kembali dengan itu semua ketika saya mulai mengenal tarbiyah pada saat memasuki jenjang perguruan tinggi.

Maka, dengan ini, saya sungguh ingin sekali menghidupkan kembali budaya yang telah saya miliki puluhan tahun ini. Ingin saya budayakan kembali semua ini. Karena saya sangat paham akan keuntungannya. Dengan membaca dan menulis kita akan terlatih untuk mendapat info-pengetahuan-ilmu dan terbiasa untuk menganalisa sebagai bentuk pelatihan terhadap otak kita. Meski memang sangat dibutuhkan disiplin tinggi dan rasa istiqomah yang kuat sehingga kebiasaan ini bisa istimror seumur hidup.

Sekarang cobalah dengan anda. Punyakah hikmah yang didapat dari kehidupan masa lalu anda? Jika merasa tidak punya, cobalah ajak pikiran anda mengarungi masa-masa itu. Meski misalnya terlalu banya yang pahit masa-masa yang anda miliki, tapi cobalah ambil hikmah dan pelajaran dari kepahitan tsb, dan coba terapkan kesimpulkan tentang apa-apa yang harus dihindari. Contoh anda sering tidak naik kelas dan sering mendapat perlakuan tidak mengenakkan dari teman-teman sebaya anda ketika kecil. Coba ambil hikmah apa yang harus dilakukan agar menjadi pintar dan tidak lagi menjadi bahan cemoohan oleh orang-orang di sekitar anda. Misalnya, untuk menjadi orang pintar dan disegani, anda harus lebih banyak menyediakan waktu untuk belajar dan membaca dan berlatih berpikir dan menganalisa. Dan untuk menjadikan diri anda disegani atau tidak dipermainkan lagi, cobalah anda untuk melatih diri agar menjadi lebih dewasa dalam menghadapi tiap persoalan (dengan tidak terlalu menghiraukan segala ejekan) dan mengupgrade diri anda agar disegani.

Wallahu a’lam
Semoga bermanfaat.

Thursday, October 2, 2008

Pendidikan Bebas, seperti apa?


Sebuah buku menarik ketika saya berhasil meminjam buku berjudul ‘Summerhill School: Pendidikan Alternatif Yang Membebaskan’ karya A.S Neill. A.S Neill terbitan Serambi tahun 2007 ialah seorang praktisi pendidikan yang tidak pernah mengaplikasikan ilmu pendidikan, ia selalu menulis artikel yang bisa dibilang nyeleneh bagi dunia pendidikan. Ia malah lebih menyukai mengaplikasikan ilmu-ilmu psikologi yang ketika itu sedang berkembang, khususnya Psikoanalisa temuan Sigmund Freud yang memang tengah dalam masa kejayaan di abad 20.

Summerhill didirikan oleh Neill pada 1921 di Jerman dan kemudian pindah ke Inggris. Sekolah ini merupakan sekolah berasrama dengan jenjang pendidikan TK sampai SMA. Sekolah ini memiliki system sangat berbeda dari sekolah biasa yang menurut Neill sangat mengekang anak dan mengadopsi konsep militer; yakni SWAKELOLA alias kelola sendiri. Maksudnya ialah sekolah ini membebaskan seluruh siswa-siswinya untuk melakukan apa saja (termasuk tidak mengikuti pelajaran) asalkan tidak mengganggu orang lain. karena menurut Neill, masa kanak-kanak ialah masa permainan. Jika ia dikekang akan menghambat dan menjadi sebuah gangguan yang akan tertanam di dalam diri si-anak di masa depan. Yang harus diperhatikan ketika mendirikan sekolah Summerhill ini (bagi Neill dan istrinya) yakni sekolah yang cocok untuk anak, bukan anak yang dicocokkan terhadap system sekolah.

Di Summerhill, seperti yang sudah saya kemukakan, membebaskan seluruh siswa-siswinya untuk bermain sepanjang hari. Tidak ada aturan seketat di sekolah biasa. Disini siswa-siswi berhak menentukan peraturan sekolah sesuai keinginan mereka. Ada sebuah kebiasaan di Summerhill, yakni mengadakan Rapat Umum untuk membahas segala sesuatu soal peraturan yang akan diterapkan dan menyidang atau membahas kesalah-kesalahan atau pelanggaran yang terdapat di Summerhil. Perlu diketahui, setiap Rapat Umum diadakan, semua siswa dan guru dan staff bahkan Neill yang merupakan pendiri Summerhill memiliki satu suara untuk menyatakan pendapatnya. Dan suara tersebut sama kedudukannya. Sehingga tidak ada otoriter disini. Hal ini dikarenakan Neill ingin menerapkan keberanian kepada diri anak. Sebab selama ini Neill merasa anak-anak tidak bahagia jika pergi ke sekolah disebabkan kebenciannya pada pelajaran juga kebencian pada guru (walau tidak bisa diungkapkan karena rasa takut mereka terhadap guru). Dan Neill ingin menghilangkan hal tsb, yakni menghilangkan rasa takut anak-anak terhadap guru atau orang dewasa lainnya. Hasil positifnya, mereka bisa hidup dalam masyarakat dengan kepercayaan diri yang wajar.

Banyak kebijakan di Summerhill yang cukup bertentangan dengan sekolah formal lain di luaran. Salah satunya ialah melakukan coeducation; yakni mencampurkan siswa dan siswi dalam berbagai hal termasuk tinggal dalam satu asrama. Keberanian Neill ini mendapat respon yang cukup bertentangan di Inggris. Sebab, seperti yang kita ketahui, menurut norma adat dan agama, laki-laki dan perempuan punya resiko berbahaya jika dicampur dalam satu tempat (asrama/kamar). Namun menurut Neill tidak seperti itu, melainkan jika koedukasi ini dilakukan akan menghilangkan segala rasa penasaran dan justru mengcounter kejadian yang tidak diinginkan seperti perzinahan bahkan perkosaan. Sebab dengan adanya koedukasi mereka akan melakukan pembelajaran dengan bentuk nyata. Tidak ada penasaran atau khayalan-khayalan kosong tentang laki-laki (bagi perempuan) dan tentang perempuan (bagi laki-laki). Salah satu fenomena terkait hal ini yang terjadi di Summerhill; ketika itu Summerhill memiliki dua orang siswa dan siswi pindahan. Yang siswa berasal dari sekolah khusus laki-laki yang sangat ketat dan disiplin. Dan yang siswi berasal dari sekolah khusus perempuan yang juga sangat ketat dan displin. Mereka berdua terlibat cinta dan selalu pergi berdua. Mereka pikir dengan pindahnya mereka dari sekolah formal dan masuk Summerhill, mereka bisa melakukan segala sesuatu yang mereka sukai, apalagi asrama di Summerhil dicampur antara laki-laki dan perempuan dengan tanpa pengawas asrama yang tinggal disana. Akhirnya suatu ketika Neill menghampiri mereka di suatu malam. Neill berkata pada mereka berdua untuk melakukan apa saja yang mereka inginkan namun jika sampai si perempuan hamil, hal tsb akan mencoreng nama mereka berdua dan akan mencoreng nama Summerhill. Begitulah cara Neill memberi nasehat dan pengajaran meski tanpa harus ada aturan yang mengekang.

Selain itu di Summerhill bebas bermain sepanjang hari alias tidak mengikuti pelajaran sepanjang anak-anak mau. Seperti yang Neill katakan, masa kanak-kanak ialah masa permainan. Kita tidak boleh memaksa anak untuk belajar hanya karena kita khawatir terhadap masa depannya. Biarkan mereka mendapat hak bermain mereka di masa kecil, karena sesudah itu mereka akan tumbuh menjadi orang dewasa yang normal dengan tanpa rasa penasaran ingin kembali menjadi anak kecil dan ingin merasakan masa bermain yang barangkali belum mereka dapatkan (masa kecil kurang bahagia). Neill bilang, coba pikirkan untuk apa kucing kecil bermain tali. Ialah sebagai latihan untuk mempersiapkan diri menangkap tikus di masa dewasanya. Dan untuk apa anak kecil bermain masak-masakan atau permainan lainnya yang jika kita lihat ialah bentuk fantasi dari kehidupan nyata, yakni untuk mempersiapkan mereka juga di masa dewasa nanti. Ada contoh nyata, yakni alumni Summerhill yang berhasil lolos ujian masuk perguruan tinggi dan bisa mengikuti kuliah di Universitas. Di Universitas, mereka melihat mahasiswa non-alumni Summerhill melakukan hal-hal yang bersifat anak kecil seperti berkelahi dan meributkan sesuatu yang tidak penting. Para alumni Summerhil berkomentar, kami tidak ingin melakukan hal kekanak-kanakkan tersebut karena kami sudah melakukannya ketika di Summerhill dulu.

Lalu bagaimana jika ada anak yang belum bisa baca atau malah jadi malas belajar, padahal mereka sudah memasuki usia lulus dari SMA. Hal ini biasanya timbul dari kesadaran siswa tersebut atau biasanya bagi siswa-siswa bermasalah diadakan les private bagi mereka yang mau dan butuh. Menurut Neill, suatu hal yang baik ketika mereka mau belajar dengan keinginan mereka sendiri tanpa dipaksak siapapun. Karena hasilnya pun juga akan lebih maksimal. Bagi Neill, pendidikan sukses ialah pendidikan yang mengerti dengan keinginan anak dan bisa bermanfaat bagi mereka di masa depan. Maksud berhasil dan bermanfaat bukan berarti mereka menjadi orang-orang besar namun bersikap kekanak-kanakkan dan melakukan hal-hal kurang baik serta tidak bahagia. Namun ialah menjadi orang dewasa yang baik dan memiliki pekerjaan yang sesuai dengan hati nurani dan merasa bahagia. Karena menjadi bahagia, itulah kunci sukses pendidikan anak menurut Neill.

Satu hal yang saya suka dari konsep Neill ialah Neill melarang untuk melakukan hukuman keras (terutama memukul) kepada anak. Karena ini akan mengakibatkan penyakin psikis yang berkepanjangan bagi si-anak di masa depan. Salah satu alasan Neill mengapa ia menerapkan system swakelola di Summerhill, ialah karena ia mendapatkan pendidikan keras yang menurutnya sangat menyakitkan di masa kecil. Ia juga memiliki pengalaman ketika jadi guru di sekolah yang memiliki aturan sangat ketat dan mengharuskannya memukul para siswa jika berbuat kesalahan. Menurut Neill, para guru sengaja menciptakan kesan DEWA bagi para siswanya sehingga timbul perasaan takut dan segan dan ngeri dan benci dari siswa pada gurunya. Dan hal inilah yang salah satunya ingin dihilangkan Neill.

Namun, terlepas dari segala pesona kebebasan yang diberlakukan di Summerhill School, saya tetap kurang setuju dengan sekolah yang memiliki system bebas aturan. Beberapa konsep Neill tentang sikap orang dewasa terhadap anak sangat benar dan saya setuju dengan hal tsb. Namun dengan bebasnya system, menjadi rancu dan membuat kebingungan sendiri bagi yang menerapkannya. Di buku tsb, saya menangkap kebingungan dari Neill ketika melaksanakan system ini ketika ia menemukan masalah-masalah yang di luar dugaannya. Katanya, tidak ada system yang sempurna (termasuk demokrasi) namun menurutnya inilah system yang tepat (setidaknya).

Namun, karena saya bukan praktisi pendidikan (baru sekedar mempelajari sedikit-sedikit) sehingga saya kurang bisa mencari konsep yang lebih tepat untuk pendidikan anak. Hmm, tapi Rasulullah pernah ngajarin tuh. Untuk referensi lihat buku ‘Menjadi ABG muslim’. Ada yang ingin coba analisa soal ini, juga soal Summerhill school? Saya sarankan untuk membaca bukunya dulu sampai habis agar mengetahui sendiri titik perkaranya.

Satu lagi kekurangan buku ini, yakni terjemahannya. Secara keseluruhan bagus, namun ada beberapa kata yang asing seperti ‘arkian’, ‘ahmak’, dll. Sepertinya kata-kata itu hanya ada di kamus besar Bahasa Indonesia.


PS: Thx untuk Fatimatul Fikriyah atas pinjaman bukunya.