Tuesday, April 21, 2009

Allah swt, Pulsa, dan Komik Jepang: Resensi Tentang Kehidupan dan Penciptanya


“Allah itu ada dimana-mana, bahkan di angka nol sekalipun. Karena nol pangkat nol sama dengan SATU. Eh, bener kan yah analisa matematikanya. Hehe” ~quote-nya Dila yang suka ga jelas.



Ah, lagi-lagi rasa ‘bungah’ itu datang ketika saya mendapat buku (objek) yang menjadi bahan bacaan baru bagi saya. Seperti tulisan pada paragraph pertama pada artikel saya yg berjudul Menyiapkan Momentum: Karena Kita adalah Bagian dari Momentum itu (ulasan dari bukunya bang Rijalul Imam yang berjudul “Menyiapkan Momentum”) saya pun kali ini juga menulis tentang perasaan bungah ketika bertemu dengan buku dan ketika harus mengulasnya. Hmm… *senyum-senyum sendiri*

Buku yang ingin saya ulas kali ini ialah buku karya pak (atau saya panggil om aja nih) Tauhid Nur Azhar yang berjudul Allah Swt, Pulsa, dan Komik Jepang: Menelusuri Jejak Tauhid. Saya baru saja mendapat pinjaman buku ini dua hari yang lalu dari seorang teman yang sangat baik. Ketika itu saya dengan wajah memelas memintanya untuk meminjamkan buku kecil itu pada saya. Lalu dia bilang, “boleh, tapi seharinya….” Teman saya itu menggantungkan ucapannya. Saya pun keburu malas, karena biasanya nada-nada seperti itu alamat tidak memperbolehkan barangnya dipinjam orang lain. Tapi ternyata saya salah, dia mau meminjamkannya dengan tulus pada saya karena kebetulan ia sudah membaca. *asiikkk….!!* hati saya bersorak ramai.

Allah Swt, Pulsa, dan Komik Jepang merupakan judul yang cuku menarik dan bikin penasaran khususnya bagi para pembaca awam yang tidak tahu strategi marketing pemasaran buku (kayak Dila tau ajah deh). Pasalnya teman saya yang meminjamkan buku ini pada saya itu bilang, “Tapi judul-judul ini engga nyambung satu sama lain, Dil. Ceritanya terpisah semua. Kirain bakalan ada hubungannya satu sama lain. tapi keseluruhannya bagus kok.”. Saya hanya manggut kecil. Sebenarnya dari judulnya saya sudah tau jika ini pasti tentang penggalan-penggalan kisah sarat hikmah yang pada ujungnya selalu terkait dengan keesaan dan keberadaan Tuhan. Dan ternyata memang benar, kurang lebih isinya seperti yang saya duga.

Menelusuri Jejak Tauhid pun merupakan judul yang oke dan bermakna ganda yang keren menurut saya. kenapa? Ya, karena pertama, menelusuri jejak tauhid bisa diartikan menelusuri keberadaan Tuhan dan keesaan-Nya seperti yang telah saya kemukakan diatas. dan yang kedua, menelusuri jejak tauhid bisa diartikan menelusuri jejak atau cerita hidupnya si-Tauhid, sang pengarang buku ini. Nyambung kan? Menarik kan? Hebat yang bikin judul. Entah sengaja atau tidak mau buat sub judul seperti ini, tapi semuanya bermuara pada hal yang saling terkait yakni tentang cerita si-Tauhid dalam rangka mengenal Ketauhidan Tuhan.

Saya hanya butuh seharian membaca buku ini. Di tempat tidur kosan, di kantor tempat magang (sambil ngawas orang-orang yang lagi test TOEFL), di bus way dan di angkot yang alhamdulillah lampunya cukup terang menerangi saya membaca pada senja yang gelap. Sambil menahan guncangan jalan raya yang rusak (nakal betul Dila ini, udah tau minus dan silindernya gede betul, tapi masih aja suka baca di angkot. Kata guru fisika SMP itu justru bikin mata makin rusak), saya berusaha menahan air mata dan tawa saya ketika membaca kisahnya pak Tauhid. Mengharukan dan benar-benar membuat iri (aduh ngapain iri sih, manusia kan ditakdirkan memiliki rezeki masing-masing). Semua kisahnya saya suka. Namun ada satu artikel yang saya kurang mengerti, yakni yang mengenai ikan salmon. Atau saya yang bebel yah, hehe. Dan yang paling membuat saya terharu ialah tiga kisah terakhir yang tercatat di daftar isi. So sweet!

Hidup ini memang indah, terutama bagi mereka yang bisa memaknai dan mengambil hikmahnya. Dan hidup ini adalah sebuah satu paket perjalanan menyenangkan termasuk suka dan dukanya, juga pahit, getir, asam, asin hingga manisnya. Namun sayang, ternyata banyak yang tidak bisa mengambil hikmah dan mengambil sisi keindahan dari kehidupan yang dimilikinya. Sehingga yang ada hanyalah kesempitan dan kesempitan. Penuh sesak dan ditekan dengan makhluk yang bernama ‘stress’ sehingga bisa menimbulkan penyakit kanker. Ya ga pak Tauhid J ?

Ah, Cuma segini yang bisa saya ulas. Tidak sebagus Om Pepeng yang menulis kata pengantar buat bukunya pak Tauhid ini tentunya. Tapi saya senang bisa menuangkan apa yang saya rasakan ke dalam tulisan. Dan ini seperti biasanya, ya seperti biasanya. Saya selalu menulis tentang mereka yang saya kagumi (termasuk pak Tauhid. Semoga kapan2 bisa ketemu dan bisa wawancara seperti wawancara saya pada semua orang yang saya kagumi) seperti tukang sayur berwajah teduh, tukang Koran yang selalu ber-ikhtiar, atau kisah tentang adik saya yang buta sebelah, atau pula ketika saya bercengkrama dengan capung.

Sunday, April 12, 2009

DOWNLOAD LIST RADIO STREAMING ONLINE

Hai teman-teman, atas dasar ingin berbagi dengan kalian semua. Saya memiliki list radio streaming beberapa radio yang ada di Jakarta dan kota-kota lain. *daripada bawa2 radio pas ngenet atau ngompu, mending dengerin radionya dari kompu pake WINAMP. ya ga??*
nah, untuk itu silahkan klik DISINI.
sebelumnya thx... ^__^

Friday, April 10, 2009

What Happen with Polygamist Candidates? I Always Agree with What Allah Said in Al Qur’an

Actually this article is the English version of Indonesian version article entitled “Jangan Pilih Caleg Poligami: LHO, EMANGNYA KENAPA??”. When I read spot news about list of polygamist candidates which is released by a women’s rights group or we can named it feminist on Jakarta Globe date on Saturday/Sunday, March 28/29, 2009, I wondered why did they do that? They just waste their time for nothing.

Even they have reason in releasing this information. One of them said, ”We do not want to tarnish their image, we just want the voters to know their background. It’s up to voters whether to cats votes for them or not”. It’s like the classic reason. I always wonder why polygamy action always is protested. Whereas this has been written on the Holy Koran since thousands years ago. Some said it (polygamy action) breaks human rights. It hurts women and ruins the household. But those reason just the anxiety that no need to be afraid.

Polygamy, as people have known, is an action to own more than one wives. For some it includes violent action. But some agree for this polygamy, especially the muslim. According to the Holly Koran, An Nisa, 3, it’s said:

If you fear that you shall not be able to treat the orphans with fairness, then you should not marry the women with orphan children; marry other women of your choice: two, three or four.

It’s clear that polygamy just be permitted, not be forced. Also it has some requirements to be a polygamist. First, he should able to be fair on her wives and families. Second, he should a wealth man, at least having sufficient properties to maintenance his families. And also, here is the last but not least, he should promise that never do any violence on his families especially his wives. So, don’t try to be a polygamist if you are not qualified. And also don’t be afraid to be a polygamist if you are qualified, because may be it can be a solution to human in this world. *we know that women are the majority in this world and men are the minority*

Thursday, April 9, 2009

Dari TPS 13 Kami Meletakkan Harapan


Prolog: akhirnya, saya menggunakan hak pilih saya setelah 4 kali berturut-turut saya tidak mendapat hak itu. senang, cukup senang perasaan ini. Sebab saya bisa memilih siapa wakil bagi rakyat yang sesuai dengan hati. Dan saya tidak mendapat dosa label dari MUI, karena saya tidak golput.

Pada hari kamis ini saya berharap cemas bersama adik saya yang juga menunaikan hak perdananya untuk memilih calon wakil rakyat yang berhak duduk di kursi dewan. Kami mencoba menenangkan diri dengan melihat contoh kertas suara dan melihat calon yang akan dipilih dari dekat. Siapa yang mau dipilih ya? Bingung, terlalu banyak! Tapi kami berdua lekas tersenyum ketika mengingat perkataan ayah kami soal siapa yang harus dipilih, “Pilih partai yang gak menang aja. Kasian gak ada yang milih. Udah keluar modal banyak, eh gak ada suaranya. Entar stress lagi.”

Ketegangan makin bertambah ketika nomor urut kami dipanggil. Kami pun bergegas maju menuju panitia dan menerinma 3 kertas suara untuk kemudian mengantri menunggu kosongnya bilik suara. Dan tibalah kami harus menuju bilik dan menunaikan hak kami. Gemetar kami memegang kertas suara, seperti sedang ujian rasanya. Sebab saya dan adik betul-betul tidak tahu dan tidak kenal siapa calon-calon yang namanya tertera disana. Makin bingung! Tapi saya tetap harus memilih, tidak boleh tidak. Dan ini harus cepat usai, karena masih banyak pemilih yang tengah mengantri di luar bilik. Dan beberapa menit kemudian, akhirnya kami telah menentukan pilihan. Ahh, PLONG rasanya!

Para kalian yang terpilih nanti, yang menjadi dewan terhormat nanti, yang menjadi wakil kami nanti,

Kami telah memilih sesuai HATI NURANI kami. Dan pilihan kami adalah anda, tidak mungkin salah. Karena kalian adalah orang-orang yang termasuk dalam GOLONGAN KARYA dan ber-SARIKAT INDONESIA yang selalu ber-KARYA PEDULI BANGSA.

Kalian adalah orang-orang yang PEDULI RAKYAT NASIONAL, yang tidak hanya mementingkan PENGUSAHA DAN PEKERJA INDONESIA saja, namun juga BURUH.
Kalian adalah PEMUDA INDONESIA yang PATRIOT dan PELOPOR di REPUBLIKA NUSANTARA ini.

Maka jika memang kalian ditetapkan menjadi perwakilan kami, jangan pernah lagi mengkhianati kami. Tetaplah dalam BARISAN NASIONAL ini. Sebab tetap rakyat yang memiliki KEDAULATAN, bukan kalian atau mereka yang secara prestise memiliki embel-embel lebih.

Para kalian yang nanti terpilih,
Demi BULAN BINTANG dan MATAHARI BANGSA ini, wujudkanlah apa itu definisi KEADILAN SEJAHTERA dan apa itu KEADILAN DAN PERSATUAN INDONESIA kepada aksi yang lebih nyata. Rakyat tidak mengerti sesuatu yang absurd, tidak mengerti sesuatu yang abstrak. Yang kami hanya tahu ialah kenyataan yang diwujudkan dengan bukti dalam DAMAI SEJAHTERA.

Para kalian yang menjadi BINTANG REFORMASI di hati kami, kami hanya minta agar hidupkanlah kembali PERSATUAN PEMBANGUNAN ini. Dan wujudkanlah PERSATUAN DAERAH agar terwujud GERAKAN INDONESIA RAYA yang konsisten.

Sebab meski beragam suku, bahasa, agama hingga pemikiran kita mengenai NASIONAL INDONESIA MARHAENISME, DEMOKRASI PEMBARUAN, DEMOKRASI KEBANGSAAN, DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN, atau tentang makna DEMOKRAT. Kita tetaplah PENEGAK DEMOKRASI INDONESIA ini yang bersatu dalam padu. Satu darah dan satu tulang yang tentunya selalu bermesraan dalam KASIH DEMOKRASI INDONESIA. Ah, lagi-lagi Indonesia, ya jelas, karena kita tinggal di Negara yang makmur ini.

Para kalian yang terpilih nanti, meski berbeda partai, namun susunlah kembali PERJUANGAN INDONESIA BARU bersama. Karena yang kalian lakukan ialah sebuah KARYA PERJUANGAN bagi bangsa ini. Sebab sesungguhnya bangsa ini telah bangkit dan sadar, namun sayangnya terkesan berjuang sendiri-sendiri. Satukanlah KEBANGKITAN NASIONAL ULAMA dalam PERSATUAN NAHDLATUL ULAMA INDONESIA sehingga akan memperkuat KEBANGKITAN BANGSA ini. Agar bangsa ini lebih tegar dan kuat daripada NASIONAL BANTENG KEMERDEKAAN *sebab kita kan manusia, bukan banteng*. Kalau banteng saja bisa di-nasionalkan untuk kemerdekaan, apalagi manusia yang notabene lebih cerdas.

Above all, para kalian yang terpilih nanti,
Kami sepakat untuk satu tujuan Negara kami, yakni agar Indonesia ini menjadi lebih MERDEKA. Merdeka dari intervensi apapun! Merdeka mengembangkan negaranya sendiri, mengurus bangsanya sendiri tanpa campur tangan bangsa lain. INDONESIA SEJAHTERA, itulah benar-benar harapan kami.

Thx to:
Nama-nama dari 44 partai yang saya gunakan untuk coretan ini. Jazakumullah…

Wednesday, April 8, 2009

Jangan Pilih Caleg Poligami: LHO, EMANGNYA KENAPA??



*Poligami: Keluarga Di Zhalimi,
Bangsa Apalagi…
Tolak Caleg dan Partai Pendukung Poligami*


Tulisan kali ini Mengenai kampanye gelap agar tidak milih caleg poligami atau yang berasal dari partai yang mendukung poligami, dsb. dasar aneh. Coba teman-teman lihat foto yg saya ambil diatas. Foto itu merupakan stiker yang ditempel sembarang di dalam angkot. Saya terbelalak ketika pertama melihatnya. Lho, kenapa ini? Maksudnya apa? Emang kenapa sama poligami? Benarkah praktek poligami menzholimi? Lebih zholim mana sebenarnya antara poligami dan selingkuh??

Sudah sejak 2 minggu lalu sebenarnya saya ingin menulis ini. Namun sayang, memang ide-ide dalam pikiran harus mengantri, menunggu giliran untuk dikeluarkan dalam tempat yang nyaman di atas kertas. Ya, baiklah tidak usah panjang lebar prolognya. Langsung saja ke topik utama.

Entah kenapa, topik jahatnya poligami muncul lagi. Saya heran dengan ini. Sebegitu ngerikah para feminis itu? para aktivis perempuan itu? ngeri dengan praktek poligami yang diisukan menzholimi keluarga dan merugikan perempuan. Bahkan saking ngerinya isu ini diangkat hingga ke panggung pemilu 2009. sampai-sampai ada caleg yang mempromosikan bahwa dirinya tidak poligami di sebuah iklan tv supaya bisa dipilih. Iya mungkin dia tidak poligami, tapi selingkuh. Lebih zholim selingkuh kan? *weits dil, jangan suudzon!*

Di sebuah Koran berbahasa Inggris, Jakarta Globe (Saturday/Sunday, march 28/29, 2009), spot news mengenai feminis yang mengeluarkan data caleg yang berpoligami pun ditulis. Untuk apa sampai mengeluarkan data seperti itu? seperti tidak ada yang diurus saja. Alasan mereka sih, dalam news tersebut, “we do not want to tarnish their (candidate) image, we just want the voters to know, their background. It’s up to the voters whether to cast for them or not”. Artinya, “kami tidak bermaksud mencoreng nama mereka, kami hanya ingin para pemilih tau latar belakang mereka. Selebihnya terserah pemilih, mau memilih mereka atau tidak”. Tapi ya tetap saja, kurang kerjaan.

Kenapa saya bilang kurang kerjaan, karena poligami itu sudah jelas hukumnya yakni: dibolehkan! Jika mereka paham Islam, pasti mereka mengerti dan paham soal ini. Kenapa hukum yang sudah jelas ini harus diprotes lagi? Poligami itu tidak menzholimi, malah mungkin menjadi solusi bagi dunia ini dimana jumlah wanita lebih banyak daripada pria. Tapi tentu saja poligami pun tidak bisa dilakukan sembarang orang. Jika seorang merasa bisa berlaku adil, maka dibolehkan menikahi perempuan lebih dari satu hingga empat. Sebab Allah dalam firmannya QS. An-Nisa: 3,


“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”


Jika dibaca dan dipahami dengan baik, kita bisa melihat bahwa Allah membolehkan berpoligami jika memang ia adil terhadap hak-hak istri yang dinikahinya. Namun memang jika tidak mampu, dianjurkan untuk menikahi seorang istri saja. Karena jika tidak mencukupi syarat berpoligami, maka akan menjadi perbuatan yang aniaya.

Jadi begitu, poligami tidak menzhalimi. Namun entah mengapa, SELINGKUH lebih dianggap fair dari pada POLIGAMI. Seharusnya para feminis itu mengkampanyekan untuk TIDAK MEMILIH CALEG YANG SELINGKUH, YANG SUKA MELECEHKAN PEREMPUAN, YANG SUKA MAIN PEREMPUAN. Begitu lebih fair. Karena, sekali lagi poligami jelas hukumnya, karena ia memang merupakan hukum yang berasal dari Allah Swt.

Wallahua’lam

Thx to:
Allah Swt & Alquran Al Karim
Artikel: Menafsir Ayat Poligami

Sunday, April 5, 2009

Situ Gintung: Antara MITOS Dulu dan KENYATAAN Sekarang

Malam Sabtu kemarin saya menginap di kosan adik saya seperti biasanya. Hal ini memang sering saya lakukan jika memang ada keperluan di kampus selama beberapa hari. Beruntung saya memang sudah cukup kenal dengan dua orang teman kosan adik saya, sehingga dengan mudah saya bisa tinggal bermalam jika ada perlu meski adik tidak ada di kosannya.

Seperti biasa pula, jika saya bermalam disana, kondisi kekeluargaan selalu menyeruak dalam tiap obrolan yang kami adakan. Kebetulan ketika itu obrolan kami masih seputar Situ Gintung yang seminggu kemarin diberitakan jebol dan menelan korban ratusan jiwa. Salah seorang teman kosan adik saya mulai bercerita tentang mitos Situ Gintung yang kerap dibicarakan orang sebelum adanya musibah sekarang ini.

Teman adik (T): kak, tau ga dosen cerita gini, lucu deh.
Saya (S): apa? (dengan tampang antusias)
T: iya dosen di kelas bilang gini ‘ibu saya bilang dulu tuh ya ada mitos kalo di Situ Gintung ada buayanya. Makanya kenapa orang ga boleh mancing sampe ke tengah-tengah. Soalnya sering banget tiba-tiba orang tenggelem disana dan ga pernah ditemuin mayatnya kecuali bajunya aja.’. gitu kak.
S: terus-terus… gimana??
T: iya terus dosen bilang, sekarang kan Situ Gintung udah kering ya, udah ga ada airnya. Dia mikir, mana buayanya? Katanya banyak buaya, kok ga ada?? Yang ada malah ikan segede-gede meja.
S: (sambil tertawa)… ya ampun, aneh-aneh aja orang. Dasar orang-orang zaman dulu. sekarang baru kebukti deh kenyataannya klo mitos itu ga bener.

Sebenarnya percakapan saya dengan teman adik itu masih berlanjut, namun saya singkat sampai situ saja. Dan sekarang yang ingin saya kemukakan ialah, ternyata begitulah mitos yang berkembang pada masyarakat, selalu berbeda jauh dengan kenyataan. Hal ini terjadi pada objek mana saja, termasuk Situ Gintung. Kata ahli Geologi, hilangnya orang yang memancing di tengah itu bukan karena buaya atau mahluk halus melainkan struktur lumpur dalam situ yang mungkin tebal sehingga membuat orang yang memancing di area tengah tersebut terhisap lumpur dan tenggelam.

Situ Gintung memang sudah lama ada di daerah Cireundeu. Menurut info, waduk ini memang sudah lama dibangun oleh Belanda sebagai tempat penampungan air hujan. Jadi wajar jika ketika tanggulnya jebol, air langsung habis dan waduk pun mengering. Karena Situ Gintung memang bukan sungai melainkan hanya waduk yang berfungsi mengaliri air hujan yang tertampung ke sawah-sawah yang terletak dibawahnya. Sawah-sawah itu saat ini memang sudah beralih fungsi menjadi pemukiman warga, sehingga wajar jika perumahan wargalah yang dialiri air. Karena sifat air itu mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah dan memang air tetap harus mengalir. Kalau kata Gesang dalam syair ‘Bengawan Solo’nya, “air mengalir sampai jaaauuuhhh. Akhirnya ke lauuutt…”. Tapi sayangnya di area Cireundeu ini, air Situ Gintung tidak sampai menuju laut, namun menerjang rumah-rumah dan mengendap pada lapisan tanah merah atau berkumpul dengan air di kali Pesanggrahan.

Kondisi terbaru korban Situ Gintung

Mengenai hal ini, tidak banyak perubahan yang terjadi sebenarnya. Korban masih banyak yang hilang. Rumah semi-permanen yang sedang dibangun untuk para pengungsi belum jadi sehingga pengungsi masih harus tinggal di tenda. Para pejabat masih mencari kambing hitam soal siapa yang salah mengenai IMB dan jebolnya tanggul, yang jelas warga tidak bisa disalahkan sepenuhnya dalam hal ini. Ahh… rumit!

Makanya pemerintah dan para pejabat, besok-besok jika menerapkan peraturan, diharapkan lebih tegas! Juga kacung-kacung pejabat yang ada dibawahnya, jangan asal mau nerima duit demi proyek yang merugikan. Atau jangan asal jualin harta dan proyek milik Negara-lah demi duit yang engga seberapa. Kayak kasus Situ Gintung nantinya, dulu para warga yang tinggal di bawah tanggul mengaku mereka membeli tanah dan rumah tersebut dari seorang tuan tanah *padahal ga ada sertifikatnya*. Dan ketika mereka mengurus izin tanah tersebut, dikatakan bahwa tanah itu milik Negara sehingga tidak bisa mendapat sertifikat serta IMB.
Juga untuk para warga, jika ada peraturan dari pemerintah demi kebaikan bersama, tolonglah dipatuhi. Jangan ngeyel kalo dibilangin!! Terkadang karena kesalahan sendiri, langsung menyalahkan pemerintah. Contoh kecil, warga senang sekali buang sampah tidak pada tempatnya. Kali menjadi tempat favorit untuk tempat sampah. Akibatnya, banjir kan tiap hujan. Atau mungkin merokok, kebiasaan ngetem para supir angkot, dll. Bangsaku-bangsaku, kepribadiannya masih harus diatur. *mungkin termasuk kepribadian yang nulis artikel ini*

5 Faktor yang Mendasari Sebuah Hubungan Pertemanan

Prolog: kebetulan saat ini saya sedang mempelajari skripsi saya yang sebentar lagi akan diuji dalam sebuah momen yang bernama UJIAN SKRIPSI atau SIDANG SKRIPSI atau SEMINAR SKRIPSI atau apapun itu namanya. Dan ini adalah salah satu cara saya untuk me-review skripsi saya.

Dalam sebuah hubungan apakah itu pertemanan, persahabatan, suami-istri, dll kita meyakini jika dibalik itu ada faktor yang mendasari kedekatan dan hubungan tersebut. Menurut Robert S. Filedman, dalam bukunya yang berjudul “Sosial Psychology: Theories, Research and Application” setidaknya ada 5 faktor yang mendasari kedekatan antar dua orang yang membentuk sebuah hubungan, yakni sebagai berikut:

1. Kesamaan

Kesamaan yang dimiliki merupakan faktor dasar yang membuat seseorang berinteraksi dengan calon temannya. Misalnya ada dua orang bertemu di suatu tempat, ketika memulai percakapan, ternyata diketahui dua orang tersebut memiliki asal yang sama, hobi yang sama dan kesukaan yang sama. Dan ini merupakan faktor fundamental yang memungkinkan mereka menggali kesamaan lainnya dan mulai berteman.

2. Rasa Suka yang Timbal Balik

Maksudnya disini ialah, jika kita menyukai teman kita setidaknya teman kita itu membalas rasa suka kita. Dengan begini akan mengukuhkan sebuah pertemanan atau hubungan. Atau misalnya kita memberi atau berpartisipasi ketika teman kita kesusahan, dan teman kita itu pun membalas pemberian kita dengan mengucapkan terima kasih atau berganti memberi ketika kita berada dalam posisi kesulitan.

3. Kualitas Positif

Kualitas positif ialah karakter positif yang dimiliki seseorang yang menjadi teman kita. Sebelum menjadi teman, biasanya kita akan melihat dulu siapa orang yang akan menjadi teman kita itu. seperti apa karakternya? Baik atau burukkah? Pintar atau bodohkah? Jika ia memiliki kelebihan, apa kelebihannya? Jika ia memiliki keburukkan, kira-kira apa?

Biasanya seseorang cenderung memilih teman yang memiliki kualitas positif. Meski memang tidak harus sempurna kualitas positif yang dimiliki calon teman kita itu. sebab manusia memang tidak ada yang sempurna. Lagipula, jika terlalu sempurna kemungkinan besar tidak ada yang ingin berteman dengan orang yang terlalu sempurna. Sedikit kualitas negative atau beberapa karakteristik yang kurang bagus bisa dimaklumi calon teman. Sebab adanya seorang teman ialah untuk saling melengkapi kekurangan bukan saling menyaingi kelebihan.

4. Fisik yang Menarik dan Rasa Suka

Tidak dipungkiri, seperti kualitas positif tadi, jika seseorang memiliki fisik yang cukup menarik akan menjadikannya disukai banyak orang dan kemungkinan banyak yang ingin menjadi teman dan sahabatnya. Dan inilah salah satu faktor yang mendasari awal sebuah hubungan. Meskipun terkadang memang fisik menarik ini tidak terlalu menjadi jaminan pertemanan yang baik. Itulah kenapa hal ini ditempatkan menjadi faktor keempat. Sebab faktor yang paling mendasar dalam sebuah hubungan memang kesamaan yang dimiliki dua orang yang menjalin hubungan pertemanan.

5. Penampilan Fisik dan Sikap Sosial

Faktor kelima ini pun hampir sama dengan faktor keempat. Lagi-lagi pandangan pertama memang modal kuat untuk menentukan rasa suka kepada calon teman. Penampilan seseorang yang menarik bisa jadi membuat kita suka pada pandangan pertama. Namun jika hal ini diikuti dengan sikap social (interaksi social) yang baik akan semakin menarik. Sebab jika ada seseorang yang cantik atau tampan dan memiliki penampilan menarik, namun ia adalah seorang yang tertutup dan asosial atau mungkin memiliki sikap yang kurang baik di masyarakat misalnya, tidak akan ada orang yang ingin menjadi temannya. Jikalau ada mungkin sedikit.

Begitulah 5 faktor hubungan yang menjadi dasar hubungan pertemanan. Jika ingin mendapat artikel versi bahasa Inggris, klik disini.

Wednesday, April 1, 2009

Cerita dari Balik Posko Sekitar Situ Gintung


Akhirnya, setelah empat hari bencana Situ Gintung saya bertolak juga menuju Ciputat dan mampir ke salah satu Posko di lokasi kejadian. Banyak hal yang saya amati disana. Mulai dari crowded-nya ‘wisatawan bencana’, sibuknya para penjaga posko baik itu dari mahasiswa, kampus, lembaga pemerintah & swasta, LSM, dan partai, para warga yang mampir ke posko dan mengaku sebagai korban agar dapat bantuan, wartawan dari berbagai media yang terkadang saya pikir cukup memanfaatkan korban sebagai komoditi bagi medianya, dsb. Baiklah, saya akan mulai ceritakan apa saja yang terekam ke otak saya ketika kunjungan di hari Selasa (31/3) kemarin.

Senin sore dengan menggunakan bus AC dari terminal Senen saya bertolak menuju kota Ciputat, kota dimana kampus saya berada pun sekaligus tragedi Situ Gintung yang dekat. Sejak naik bus hati saya sudah berdebar tidak karuan, sebab tidak sabar melihat keadaan Ciputat yang sudah lama tidak saya kunjungi juga ingin tahu bagaimana situasi kota tersebut sebenarnya pasca musibah yang terjadi di Situ Gintung. Apakah benar ia terisolasi? Atau bagaimana?

Suasana hati semakin tak karuan ketika bus sampai di area Lebak Bulus lalu melewati area depan perumahan Cireundeu Permai, salah satu lokasi yang terkena lumpur Situ Gintung. Situasi jalanan memang macet disana, tapi saya pikir macet seperti ini memang sudah menjadi hal yang wajar sehari-hari. Jadi saya cukup lega sambil berkata dalam hati, “Ooh, engga terlalu ribet suasana aslinya. Kegiatan sehari-hari masih berjalan normal dan santai. Masih ada yang mampir di tukang VCD bajakan, masih banyak angkot nge-tem, dsb.” Dan bus terus berjalan. Namun mata saya dan penumpang lain tak berpaling dari jendela sebelah kiri demi melihat suasana posko yang ada di Situ Gintung. Ya, banyak terdapat posko disana, terutama ketika saya melewati depan kampus STIE Ahmad Dahlan dan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Bahkan sebenarnya posko pun sudah ada di area Pasar Jumat. Saya kembali bernapas lega dan mengulas senyum, ternyata kota ini tidak terisolasi dan kemacetan serta crowded yang ada memang sudah jadi hal yang biasa, jadi tidak perlu dikagetkan. Ketika itu hari sudah malam dan saya memutuskan untuk menuju ke kosan adik saya dulu sebelum keesokan harinya bergabung bersama teman-teman di posko KAMMI.

Pagi hari bertandang ke bumi, akhirnya saat yang ditunggu tiba. Saya bersama seorang adik kelas menuju posko sekitar jam 7 pagi. Sampai disana posko masih sepi tapi semangat tetap tidak luntur untuk hari ini: siap membantu! Posko KAMMI tampak sedikit sesak dengan barang logistic yang penuh menumpuk. Namun ketika saya disana, ternyata ada peraturan baru, yakni tidak boleh asal memberi bantuan ketika orang-orang berkunjung ke posko. Sebab ternyata cukup banyak warga yang memanfaatkan kejadian ini dengan berpura-pura menjadi korban dan mengambil barang sesukanya dengan tidak hanya sekali, namun lebih dari itu! menyedihkan bangsa kita ini. Belum lagi pemulung dan pengemis yang datang dan memelas meminta barang *aduh, bukannya kita ga mau kasih, namun ini lebih diproritaskan untuk korban*. Maka ketika para warga bertandang ke posko dan meminta berbagai macam kebutuhan, kami menge-check dulu data warga tersebut. Apakah tercantum di data korban yang kami pegang atau tidak. Memang sedikit repot birokrasinya, namun ini demi kebaikan bersama.

Bukan hanya para warga yang mengaku sebagai korban yang saya amati, namun juga ada para ‘wisatawan bencana’ alias para warga yang datang dengan tujuan hanya ingin melihat-lihat lokasi kejadian. Kebanyakan para warga ini merupakan ibu-ibu dengan paying dan kaca mata hitamnya. Waduh, Situ Gintung, meskipun udah kena musibah tetap jadi tempat favorit untuk berwisata ternyata. Hmm…

Juga para wartawan dan relawan yang kerap mondar-mandir melewati posko KAMMI. Mereka memang cukup sibuk pada momen ini. Dan untuk wartawan yang menurut saya terkadang memanfaat korban untuk diwawancara sebagai komoditi bagi medianya. Hmm, kasian korban kalau memang benar begini.

Ataupun para parpol yang semakin melebarkan sayapnya dengan entah apa maksudnya. Politis deh! Dan para tentara dan polisi yang selalu siap siaga turun ke lapangan. Mereka memang sangat dibutuhkan. Juga supir-supir mobil truk-ambulan yang siap membawa barang logistic atau korban meninggal ke tempat tujuan. Ya beginilah, sungguh banyak pengamatan.


Musibah Situ Gintung *terlepas dari permasalahan siapa yang salah soal IMB dan tanggul jebol*, cukup mengundang perhatian banyak pihak. Dengan sigap dan tangkas banyak orang yang siap membantu. Mungkin karena letaknya di kota, jadi bantuan begitu gampang mengalir. Namun entah sampai kapan. Karena saya pikir, korban tidak hanya butuh bantuan yang bersifat jangka pendek, namun juga jangka panjang. Seperti pembangunan kembali rumah mereka dan masa depan mereka. Bagaimana pendidikan anak-anak mereka selanjutnya juga pekerjaan yang akan melangsungkan kehidupan mereka di masa depan.