Friday, August 22, 2008

LiQo 1jam bersama Tukang Sayur




Sesungguhnya ilmu itu bisa didapat dari siapapun, bahkan dari budak berkulit hitam legam sekalipun. Itulah sebenarnya pandangan yang harus kita pelihara. Sehingga akan menjadikan kita berpikiran luas dan jauh dari sikap sombong dan berbangga hati. Sudah lama saya melihat dan mengagumi sosok tukang sayur dengan wajah yang teduh dan bersinar di daerah sekitar BBS. Namun baru tanggal 22 agustus 2008 kemarin, dibantu seorang sahabat bernama Lia Amalia, menemuinya secara khusus dan berbincang-bincang. Wajahnya teduh sekali. Tanpa perlu saya harus melihatnya usai sholat Jumat (konon katanya, wajah laki-laki berada di puncak cahaya yang paling bersinar yakni ketika mereka usai melaksanakan sholat Jumat).
Tukang sayur yang berusia sekitar 60 tahun tersebut benar-benar special. Yang membuat istimewa ialah, kebiasaan dirinya untuk meninggalkan dagangannya ketika waktu sholat tiba. Dan dia hanya meninggalkan sepotong kardus bertuliskan “SEDANG SHOLAT”. Subhanallah!! Ketika ditanya alasan dia selalu melakukan hal tersebut dia menjawab, “karena yang lain tidak kuat imannya. Ini kan TAUHID, hal yang paling mendasar.” Saya trenyuh mendengarnya. Ya Tuhan, sungguh matang ilmunya meski sedikit. Dia benar-benar paham akan kebenaran-Mu.
Tukang sayur itu bernama pak H.M. Sugeng. Cukup banyak hal yang dibicarakan olehnya. Namun kebanyakan ialah mengenai keikhlasan dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Dia berkata, hidup ini harus ikhlas, sungguh-sungguh, serta tawakal dan ikhtiar. Dalam bekerja di dunia, katanya, kita butuh prinsip. Setidaknya ada 5 prinsip yang harus kita miliki: 1. Segala sesuatu di dunia ini ditujukan untuk beribadah kepada Allah 2. Mencukupi kebutuhan keluarga 3. Mendidik anak-anak hingga menjadi sholeh-sholehah 4. Menunaikan ibadah haji dan mengunjungi makam Rasulullah 5. shodaqoh dan amal jariyah setidaknya itu yang harus ditanamkan dalam hati.
Karena, katanya lagi, hidup itu harus berusaha, berdo’a, dan tawakkal. Ibarat tanaman yang baru ditanam, tidak langsung tumbuh dengan kuat. Namun ia harus layu dulu sebelum akarnya kuat dan tumbuh daun dan hijau dan memiliki bunga yang mekar. Ya, hidup itu butuh proses. Banyak kisahnya yang sangat menginspirasi. Salah satunya yakni ketika ia bercerita ketika ia membangun rumah dan ia berpikir, sepertinya kebesaran jika dibuat rumah (padahal bangunannya sangat sederhana). Akhirnya ia memutuskan (setelah berembuk dengan istri) untuk membagi dua bangunan rumahnya dan membuatnya mushola untuk lingkungannya. Karena ia pikir, kenapa belum ada mushola di sekitar rumahnya. Setelah beberapa saat ia memiliki mushola yang dinamakan Raudhotul Jannah tersebut, akhirnya ia memutuskan untuk mewakafkannya. Hmm,, sungguh kisah yang indah.
Dia berkata, hidup ini harus ikhlas, karena hanya dengan keikhlasan hidup kita yang sulit akan menjadi mudah. Dan dia berpesan kepada kami agar menjadi generasi muda yang memiliki pegangan kuat dan pandangan yang luas serta jangan cepat menyerah. Satu hal lagi yang membuat kami tersenyum, dia berpesan banyak soal kehidupan rumah tangga. Katanya, dalam berumah tangga itu yang harus diniatkan pertama ialah dalam rangka mencapai keberhasilan yang diridhoi Allah SWT. Dan dalam mendidik anak, harus sabar sepreti yang Rasulullah SAW contohkan. Kita harus ulet. Perlu diketahui, bapak Sugeng hanya lulusan SD, namun ia berhasil menyekolahkan ketiga anaknya hingga masing-masing menjadi Arsitek dan Bidan.
Subhanallah… Sunguh, saya dan Lia beruntung sekali dapat mendengar hikmah yang begitu banyak dari sosok tukang sayur ini meski hanya 1jam. Ya, kami mendapat liqo tambahan minggu ini dengan murobbi yang luar biasa. Wallahua’alam bish showab

2 comments:

Friends said...

asw. dhila sebenernya dlm rangka apa ketempat bapak penjual sayur?

d'goin over said...

w3. itu karena saya memang udah lama kagum dan mau tau cerita hikmah beliau. ternyata benar, beliau memang punya cerita indah dan penuh hikmah. prilakunya pantas dicontoh.

satu yang keren, wajahnya itu lho bersinar banget. mencerminkan kepribadian diri tukang sayur tsb.