Friday, February 27, 2009

POLITIK RAKYAT

Semua menghujat!
Menggertak ribuan kali meja-meja
Menghumbar menu hangat di warung-warung kopi
Itulah yang jadi komposisi kali ini

Semua mengumpat!
Ketika gubug-gubug di bantaran kali digusur
berteriak-teriak menjadi demonstran dadakan
tanpa harus takut lagi pada keamanan,
semua turun tangan

Semua mendamprat!
Di kantor, di warung, di dapur,
juga di kolong jembatang markas besarnya kolongmelarat
semua hinaan ditumpahkan di jalanan
juga di handuk-handuk para tukang becak

Semua melarat!
Rakyat-rakyat kelaparan
juga tanpa kedamaian
karena semua adalah kelabu
tanpa ada pelindung kebenaran
semua uneg-uneg dimuntahkan

--ditulis pada 27 Desember 2003, pukul 18.06 di Sukabumi ketika sang penulis masih SMA--

Tuesday, February 24, 2009

Mana yang lebih baik, Tukang Pijat Refleksi – Pengamen – Pengemis??


Hidup memang butuh uang, meski uang bukan segalanya. Fenomena kemiskinan yang melanda tidak hanya terjadi di satu kota, provinsi atau Negara saja, tapi di multi tempat. Bahkan termasuk USA yang disebut-sebut Negara adidaya di dunia, pun masih memiliki kota kumuh dan miskin (coba tengok kota Bronx yang ada di New York).

Untuk hidup, manusia butuh matapencaharian dengan penghasilan sebagai kompensasinya. Namun bagaimana jika “meminta” dan “mengaku” sebagai si-miskin dijadikan sebagai profesi demi uang? Ah, hidup ini memang begitu keras, sehingga berpura-pura pun dianggap halal.

Foto diatas ialah foto tukang pijat refleksi yang saya ambil ketika tengah makan malam di sebuah warung lesehan di area Malioboro. Ya, di jalan yang cukup terkenal di Yogya itu memang cukup banyak orang yang mengambil kesempatan untuk bekerja menjadi apa saja. Entah itu pengamen, pelukis jalanan, tukang pijat refleksi, tukang becak, tukang baju, atau bahkan pengemis. Menjadi dan bekerja apa saja tidak masalah, asal halalan thoyyibah. Lalu bagaimana dengan pengemis?

Pengemis, hal ini yang menjadi salah satu pikiran saya. Pengemis adalah mereka yang tampak lemah-menderita. Mereka yang tampak lusuh-bau-tanpa uang. Mereka yang membuat diri mereka sendiri hina-dina-nestapa. Mereka yang, ah, harus ku apakan mereka ini???? Itulah pertanyaan yang saya miliki sebenarnya. Harus kuapakan mereka? Agar derajat mereka naik kembali, tidak hina-dina seperti sekarang ini.

Kembali kepada judul diatas, manakah yang lebih baik, tukang pijat refleksi atau pengamen atau bahkan pengemis? Ketiganya sama-sama berkeliling mencari objek yang mampu memberi kompensasi. Ketiganya sama-sama menanggalkan rasa gengsi demi kompensasi (lagi-lagi). Namun mana yang lebih berderajat? Saya pikir jawabannya pun sudah terbaca, karena akal sehat dan pikiran telah memberi tahu sesuai kemampuannya. Ya, menjadi tukang pijat refleksi dan pengamen lebih baik sedikit dari pada pengemis.

Ada pepatah “tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah”, memang benar hal ini. Dulu pun ada kisah seorang pengemis yang selalu meminta uang kepada Rasulullah SAW. Rasulullah pun selalu memberi uang kepadanya, namun ketika pengemis itu berpapasan dengan beliau dan meminta uang untuk yang ketiga kalinya, Rasulullah malah memberi sebuah kapak padanya. Artinya ialah, bekerja itu lebih baik daripada meminta upah/hibah/bantuan tanpa melakukan apa-apa. Menyedihkan sekali. Karena meminta/mengemis ialah merupakan kelakuan yang merendahkan derajat seseorang. Dalam hal pemberian zakat saja, sebaiknya sang pemberi zakat menghampiri langsung orang yang menurutnya pantas menerima zakat. Bukannya penerima zakat itu disuruh antri berjam-jam demi mendapat uang/angpau yang tidak kurang dari 10.000 misalnya.

Ya begitulah. Pengemis-pengemis, makin banyak ajah di Negara kita ini. Heran sekali ketika mereka merasa nyaman berprofesi sebagai orang miskin. Heran sekali ketika mereka merasa nyaman berada dalam standar kebodohan tanpa ingin maju dan lepas dari cengkraman kemiskinan dan ketidaksejahteraan. Heran sekali mereka merasa nyaman berprofesi sebagai penipu ulung dengan alasan sakit atau cacat sehingga tidak bisa bekerja, padahal masih sehat. Heran sekali ketika mereka merasa rezeki mereka baik dan berkah hasil dari mengemis. Memang sih banyak orang yang hidupnya makmur bahkan sangat makmur meski dengan hanya mengemis.

Padahal yang mereka lakukan hina-dina. Padahal yang mereka perbuat cukup membuat mereka mendapat pandangan tercela. Lalu kenapa ketika ditawari pekerjaan yang lebih baik tidak berminat? Lalu kenapa ketika ditawari sekolah gratis banyak yang menolak? Haduh, bangsaku, mengapa hanya “money oriented” yang jadi pandanganmu?

JANGAN MAU JADI PENGEMIS, bangsaku. Karena ia tidak lebih baik dari pemulung.


PS. Sepertinya dulu sempat ada PP larangan untuk memberi uang kepada para GEPENG, tapi kenapa sekarang seolah tidak ada ya. Saya cukup setuju dengan adanya peraturan itu. memberi pelajaran kepada para pengemis bahwa hidup ini butuh kerja keras dan usaha, bukan hanya meminta.

Sunday, February 15, 2009

Daerah "JEPITAN" ada ngga ya??

Setelah tau pasar Selasa dan pasar Sabtu ada dimana, saya mencoba menelusuri pertanyaan-pertanyaan "nakal" dalam benak saya. Selama ini, sebagai pengamat yang baik, saya selalu menyimpan apa-apa yang saya lihat. Salah satunya nama-nama daerah yang ada di JADEBOTABEK ini.

Dulu ketika SMP, kami biasa meledek teman yang rumahnya di daerah Kampung Rawa Sawah yang ada di bilangan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. "Wah, si Hume, udah rumahnya di Kampung, Rawa, Sawah lagi. heheheh." begitulah kami biasa meledek (Maaf ya Humaedi). Di Jakarta ini pun ada dua nama daerah yang sampai sekarang saya masih penasaran dengannya. Yakni PUPAR yang ada di bilangan Cakung, Jakarta Timur dan PUPAN yang ada di bilangan Pondok Pinang, Jakarta Selatan. PUPAR dan PUPAN itu kepanjangan dari apa yah? Clue-nya dua daerah ini sama-sama dekat dengan Pom Bensin milik PERTAMINA. Ada yang tau? Mungkin para Caleg mengerti??

Lalu ke bagian Bekasi. Wah kalo ini nama daerahnya agak lumayan (yang orang bekasi jgn Ge-Er). Kalo disini sebagian besar udah disulap jd perumahan siihhh. Ada Harapan Indah, Kemang Pratama, Harapan Baru, dll. Tapi ada satu yang unik yakni Tambun. Kalo mau diistilahkan, Tambun ialah julukan u/ seseorang yang berbadan subur. Tapi eh, nambah lagi, ada daerah PAKU dan Na’in di Bekasi. Uniknya.

Lalu, umm, nah ke daerah TANGERANG. Disini banyak nama daerah unik (meski banyak juga nama daerah (baca: perumahan) yang bagus dan cantik). Di Kosan, saya beserta adik dan dua temannya, yg salah satunya orang Tangerang aseli, cukup seru membahas nama-nama daerah di Tangerang. Disana ada daerah Mauk, Cisauk, Gadog, Balaraja, PIPITAN, KUNCIRAN, dll. Dua nama terakhir inilah yang menarik perhatian saya. Pipitan juga Kunciran. Saya iseng bertanya, “Kunciran itu bukannya yang buat ngiket rambut yah?”. Ifah, adik kelas yang aseli Tangerang itu tertawa lucu. “Wah, kak Dila nih.”, katanya. Seketika itu saya kepikiran, jikalau daerah “Kunciran” ada, berarti daerah “JEPITAN” juga adakah? Hehe.
Silahkan bagi yang bisa menjawab pertanyaan saya, baik dengan ilmiah atau sekedar guyonan penyegar. Atau mungkin juga, teman-teman nemu nama daerah yang unik lagi? Wah serunya di Indonesia ini, nama daerahnya unik-unik.

Tuesday, February 10, 2009

Belajar dari HAMAS

* Tulisan ini dibuat dan disadur oleh teman pemilik blog ini, ZIDNI R.R, SE.I

Invasi zionis israel ke bumi Gaza untuk sementara waktu dihentikan. Sesaat penduduk Gaza dapat sedikit bernafas lega, sebab terror yang menggila selama kurang lebih 3 minggu untuk sementara waktu berhenti. Namun, tidak ada yang menjamin sampai kapan kondisi ini berlangsung. Boleh jadi sebulan, seminggu, atau bahkan sehari lagi israel akan kembali menginvasi Gaza, membunuh anak-anak, wanita dan penduduk yang tidak berdosa.
Sungguh miris hati ini tatkala berita duka meninggalnya ribuan umat Islam Palestina disiarkan melalui layar-layar televisi. Tragedi kemanusiaan yang terjadi di Palestina telah menunjukkan kepada kita betapa kejinya israel dalam memperlakukan bangsa Palestina. Anak-anak dan wanita yang seharusnya tidak boleh dijadikan target serangan, justru banyak dibunuh. Sekolah, kamp pengungsian, bahkan kuburan yang tidak ada hubungannya dengan HAMAS turut diluluhlantakkan.
Di sisi lain kita juga melihat bagaimana parahnya kondisi persaudaraan kaum muslimin, khususnya Negara-negara Arab. Jangankan mengerahkan pasukan untuk membantu saudara muslim mereka di Palestina, sekedar mengecam ataupun menyatakan sikap saja seolah enggan. Seolah mereka rela “saudara-saudara” seiman mereka di bantai oleh zionis israel, asalkan kepentingan bisnis mereka tidak terusik.
Bahkan Mesir, sebagai tetangga terdekat Palestina yang diharapkan peran positifnya bagi Palestina, justru membuka daerah perbatasannya sehingga pasukan israel dapat leluasa melakukan serangan darat yang kejam kepada Muslim Palestina. Inilah potret buram “persaudaraan muslim” abad ini. Gelombang protes dan kecaman, serta bantuan justru banyak datang dari negeri-negeri yang jauh seperti Indonesia, Turki, dan sebagainya.
Menariknya, israel akhirnya hengkang dari Jalur Gaza. Entah karena frustasi melawan HAMAS atau ada skenario lain, yang jelas kekuatan HAMAS dapat bertahan dari serangan israel yang membabi buta dan tanpa pandang bulu.
Melihat perjuangan HAMAS yang gigih dan pantang menyerah, kiranya kita perlu belajar dari mereka. Bagaimana mereka mampu menjadi sebuah organisasi yang kuat ditengah kekacauan situasi di Palestina. Selain itu mereka juga mampu menyadarkan bangsa Palestina untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah Israel dengan didasari oleh nilai-nilai keIslaman, sehingga sampai saat ini perlawanan terhadap penjajahan israel tidak pernah surut. Beberapa hal yang dapat kita ambil pelajaran antara lain:

1. Kembali kepada ajaran dan Nilai Islam
Pokok utama yang dibenahi Hamas adalah mengajak rakyat Palestina untuk kembali kepada ajaran dan nilai-nilai Islam, yang telah demikian lama dilupakan dan ditinggalkan. Penyadaran untuk kembali kepada ajaran Islam merupakan hal yang paling asasi untuk dilakukan.
Buah dari apa yang telah dilakukan HAMAS dapat kita lihat hari ini. Bulan Ramadhan lalu, ratusan anak, bahkan ribuan, berusia tujuh sampai sebelas tahun diwisuda karena telah berhasil menghafal Al-quran 30 Juz. Subhanallah. Inilah alasan mengapa israel membunuh anak-anak pada invasinya kemarin, sebab mereka sangat khawatir anak-anak tersebut akan menjadi penentang-penentang mereka suatu hari nanti. Mereka masih ingat Faris Audah, Syuhada kecil yang berani menghadang tank-tank Israel dengan hanya bermodalkan batu di tangannya.

2. Berakar dari gerakan sosial
Dalam kesan media, HAMAS terkesan sangat politis. Bahkan terkesan tidak lepas dari radikalisme, kekerasan, dan terorisme. Terlebih setelah Amerika memasukkan HAMAS kedalam daftar kelompok teroris versi mereka. Padahal sejatinya, HAMAS merupakan sebuah gerakan sosial yang bergelut pada berbagai aspek kehidupan rakyat Palestina.
Jauh sebelum HAMAS berdiri, Ikhwanul Muslimin yang merupakan cikal bakal HAMAS, mendirikan yayasan-yayasan sosial yang bergerak di bidang dakwah, pendidikan, ekonomi dan aspek kehidupan masyarakat lainnya. Salah satunya adalah Al-Majma` Al-Islami yang didirikan oleh Syekh Ahmad Yasin, yang juga seorang pendiri Hamas. Syekh Ahmad Yasin merupakan seorang aktivis sosial yang concern terhadap perbaikan nasib rakyat, sebelum memimpin perjuangan HAMAS nantinya.
Kader-kader ikhwan memprakarsai berdirinya sekolah-sekolah tinggi dan universitas di Jalur Gaza dan Tepi Barat, salah satunya adalah Universitas Gaza yang masih eksis hingga sekarang. Di bidang ekonomi, mereka mendirikan perusahaan-perusahaan kecil dan menengah. Gerakan ini efektif membendung gelombang pengangguran dan memperkuat perekonomian masyarakat. Bahkan ketika israel melakukan blockade terhadap Jalur Gaza, perekonomian masyarakat palestina masih tetap berdenyut. Gerakan ekonomi yang dilakukan HAMAS mendorong tumbuhnya aktivitas ekonomi domestic yang mampu memenuhi kebutuhan sendiri, sehingga ketergantungan terhadap israel dan dunia luar dapat dikurangi.
Semua yang dilakukan HAMAS itu membuat mereka dekat dengan masyarakat. HAMAS dirasakan masyarakat menjadi solusi ditengah ketidakpastian hidup yang meraka derita. Oleh karena itu tidaklah mengherankan ketika HAMAS memenangkan pemilu 2006 yang demokratis, jauh mengungguli pesaing yang lain. Padahal itulah kali pertama mereka tampil dalam pemilu di Palestina. Namun demikian, pihak Amerika dan sekutunya tidak mengakui pemerintahan HAMAS, sehingga melakukan embargo dan blockade kepada Palestina. (Tiar Anwar Bahtiar, 2006).
Perlawanan bersenjata yang dilakukan HAMAS selama ini sejatinya dilakukan oleh sayap militer brigade Izzuddin Al-Qossam. Divisi lainnya tetap menjalankan fungsi sosialnya dalam melayani masyarakat. Jadi, HAMAS bukanlah organisasi bersenjata belaka melainkan sebuah gerakan yang menggarap aspek-aspek kehidupan masyarakat.

3. Berjuang dalam rangka mempertahankan HakPerjuangan bersenjata yang dilakukan HAMAS adalah sebuah keharusan dalam membela diri. Demi mempertahankan hak-hak dan wilayah Palestina yang selalu dicaplok israel dari waktu ke waktu, mereka mengobarkan perlawanan. Akan tetapi media, utamanya media barat, justru memutarbalikkan fakta. Mereka mengesankan HAMAS- lah pihak yang tidak menghendaki perdamaian di Timur Tengah dengan dalih roket-roket yang senantiasa di luncurkan ke pemukiman Yahudi. Perjuangan HAMAS saat ini bukan dilatar belakangi karena sebuah kebencian belaka terhadap Yahudi israel, tetapi perjuangan HAMAS dilatarbelakangi dengan sebuah perjalanan sejarah Penjajahan Yahudi ditahun 60-an dan ditambah dengan keluarnya resolusi PBB yang membagi wilayah-wilayah palestina saat itu. Rakyat Palestina menginginkan kemerdekaan bangsanya atas penjajahan israel. Hal ini yang menyebabkan HAMAS beserta rakyat Palestina melakukan pembelaan terhadap haknya tanpa mengenal lelah.(Masdar, 2009)

Monday, February 9, 2009

Obrolan dari Tukang Becak

Seperti biasa setiap kali sampai di Pangkalan angkot Taman Harapan Baru, saya memanggil becak untuk melanjutkan perjalanan ke rumah. Sebenarnya rumah tidak begitu jauh, namun setiap kali pulang saya merasa lelah dan ingin sekali dibonceng becak, angkutan kesukaan saya. Ketika duduk, seperti biasa juga, ada perasaan lelah yang terhempas dari bangku yang saya duduki. Dan ketika itu tukang becak yang sudah tampak tua mulai menggayuh pedalnya. Dia mulai membuka obrolan singkat kami.
"Wah, Neng. Nanti kalo Neng nikah dan punya anak, bakalan tambah banyak manusia. Makin padet aja neh." Ujarnya pada saya yang tengah menatapi gelap malam yang ramai dan padat dengan sepeda motor, angkot, mobil dan pejalan kaki yang menuju arah yang sama yakni perumahan.
"Apa pak?" Tanya saya meminta penegasan ulang pertanyaannya.
"Iya, nanti kalo Neng kawin kan punya anak tuh, nanti makin padet (daerah ini) deh. Dulu taun tujuh puluh belum sepadet ini, Neng. Motor juga cuma ada satu-dua."
Saya tersenyum. Ya iya-lah, ujar saya dalam hati.
"Sekarang manusia makin tambah banyak ajah. Yang lahir serebu yang mati cuman dua ratus. Yang namanya manusia kan maunya nambah terus. Saya aja di rumah anaknya udah banyak noh." Ujarnya lagi dengan aksen betawi yang kental.
"Bapak asli sini ya." Tanya saya.
"Iya Neng. Dulu mah yak, disini masih sepi." Ujarnya mengulangi pernyataan tadi.
Saya tersenyum lagi, sambil melihat ramainya malam.
"Sekarang mah kalo malem pada keluar semua, usaha. Kalo dulu pada ta'lim, pada ngaji. Beda." Ujar tukang becak itu lagi mengomentari keramaian ketika memasuki perumahan yang cukup penuh dengan ruko dan manusia.
Saya terdiam. Benar, lain dulu lain sekarang. Cepat sekali perubahan itu datang. Sehingga tanpa sadar pun saya sudah memasuki tahapan dewasa awal dan akan segera memiliki dan membentuk sebuah keluarga (suatu hal yang tidak terlalu saya pikirkan selama ini).
Saya masih terdiam, mendengar ocehan tukang becak mengenai kehidupan sehari-hari dan realita dulu dan sekarang. Sampai-sampai kacamata yang pernah dibagi-bagikan Soekarno kepada tukang becak dulu pada zamannya pun dibahas. Saya cuma diam dan tersenyum (lagi-lagi). Saya ini memang bukan orang yang pandai mengembangkan topik pembicaraan dengan orang yang baru dikenal.
"Alhamdulillah, nyampe Neng." Akhirnya tanpa sadar kami sudah sampai depan rumah saya. Terkadang saya ingin tertawa sendiri, ternyata hampir semua tukang becak di pangkalan sudah tau rumah keluarga saya ini. Memangnya seberapa sering ya saya naik becak dari pangkalan itu (jadi mikir sendiri). Hmm, tukang becak yang baik. Semoga Allah merahmatinya. Amin

Monday, February 2, 2009

EducationUSA Fair 2009

PAMERAN PENDIDIKAN AMERIKA 2009
Kunjungi pameran pendidikan untuk mendapat info ttg beasiswa dan kesempatan belajar di Amerika

Hadiri presentasi mengenai:
- Sistem pendidikan Amerika
- Proses Visa

Diadakan di 3 Kota:

JOGJAKARTA
Kamis, 19 Februari 2009
14.30 - 19.00
Phoenix Room 2,3
Hotel Grand Mercure
Jl. Jend. Sudirman No.9

BANDUNG
Sabtu, 21 Februari 2009
13.00 - 18.00
Ballroom
Hotel Novotel
Jl. Cihampelas No. 23-25

JAKARTA
Minggu, 22 Februari 2009
13.30 - 18.00
Kirana 1 & 2
Hotel Kartika Chandra
Jl. Gatot Subroto

Further Info:
AMINEF OFFICE
Tel. (021) 3452016 ext. 300/302/303

PS.
Di Jogja & Jkt, dila ada di booth XAVIER UNIVERSITY
Di Bandung, dila ada di booth STUDY IN USA (hehe.. ga penting ya?)
tlg infokan ke temen2nya yup. thx