Wednesday, March 4, 2009

Kesombongan Mengalahkan Hati Nurani

saya menyebut kisah (berjudul 'Kesombongan Mengalahkan Hati Nurani') yang akan saya sajikan dibawah ini ialah merupakan kelengkapan dari artikel yang diberikan Akh Umam kemarin. kisah dibawah ini diambil dari buku serial "30 KISAH TELADAN jilid 3" karya K.H. Abdurrahman Arroisi, terbitan PT. Remaja Rosdakarya Bandung, cetakan ke-9 taun 1994, beli taun 94 (juga) di toko Walisongo, Kwitang, harganya masih Rp. 2.750,- (kisah dibawah ini ditulis ulang dgn sedikit lebih singkat o/ saya)

Sudah semenjak sebelum kedatangan Islam, Abu Dzar Al Ghifari bersahabat akrab dengan Abu Jahal. Keduanya sama-sama saudagar dan malah berkongsi dagang yang saling menguntungkan. Bila berkunjung ke kota Makkah, Abu Dzar selalu membawa barang-barang dagangan yg dijual dgn perantara Abu Jahal. Pada suatu hari kedatangan Abu Dzar tdk membawa apa-apa. Tidak membawa barang, dan tidak pula uang perniagaan.

AJ (Abu Jahal): Engkau membawa barang dagangan wahai sahabatku?
AD (Abu Dzar): Tidak.
AJ: Engkau membawa uang?
AD: Juga tidak.
AJ: Sudah gilakah engkau sahabatku? Datang jauh2 ke Makkah tanpa membawa barang ataupun uang. Sintingkah engkau? Jadi dengan tujuan apa engkau kemari?
AJ: Kali ini kedatanganku kemari bukan utk mengadu untung dlm perdangan.
AD: Lalu, utk apa?
AJ: Aku ingin bertemu dgn kemenakanmu.
AD: Utk apa bertemu dgn kemenakanku? Siapa yg kau maksudkan?
AJ: MUHAMMAD. Aku dengar dari sahabatku bahwa ia telah diangkat menjadi Rasul. Bukankah Muhammad anak saudaramu? Engkau harus bangga mempunyai kemenakan semulia itu.
AJ: Hai sahabat, dengarkan nasihatku. Jangan kau temui dia.
AD: Mengapa?
AJ: Muhammad itu amat menarik. Sekali berjumpa engkau akan terpikat kepadanya. Wajahnya bersih. Perkataannya berisi mutiara hikmat. Perilakunya amat lembut, dan sopan santunnya sangat luar biasa. Apalagi jika ia membacakan wahyu, semua kalimatnya menyentuh jiwa.
AD: Berarti engkau yakin ia seorang Rasul?
AJ: Tentu saja, kenapa tidak. Mustahil ia bukan seorang rasul. Otaknya amat cerdas. Budi Pekertinya sangat mulia. Daya tariknya hebat bukan main.
AD: Engkau yakin, kemenakanmu itu Utusan Allah.
AJ: YAKIN BETUL
AD: Kau percaya bahwa ia benar?
AJ: LEBIH DARI SEKEDAR PERCAYA.
AD: Jadi kau mengikuti ajaran agamanya?
AJ: APA? Ulangi sekali lagi pertanyaanmu?
AD: Maksudku, apakah engkau sudah menjadi pemeluk Islam?
AJ: AKU MASIH TETAP ABU JAHAL, sahabatku, bukan orang yang sudah miring. Dibayar berapapun aku tak mau jadi pengikutnya.
AD: Bukankah engkau yakin bahwa Muhammad itu benar?
AJ: Walaupun aku yakin bahwa Muhammad memang benar, aku tetap akan melawan Muhammad sampai kapanpun juga.
AD: Apa sebabnya?
AJ: Kedudukanku dan wibawaku akan hancur berantakkan bila aku mau menjadi pengikut kemenakankusendiri. Akan kuletakkan dimana mukaku di mata bangsa Quraisy?
AD: Pendapatmu keliru, sahabat.
AJ: AKU TAHU BAHWA AKU MEMANG KELIRU.
AD: Dan kelak engkau bakal kalah.AJ: Ya, bisa saja aku kalah. Bahkan aku tahu, di akhirat bakal dimasukkan ke dalam neraka jahim.Tapi aku tidak mau dikalahkan Muhammad di dunia, walaupun di alam sana aku pasti dikalahkannya.

Demikianlah yang terjadi, hati nurani (kebenaran) sering kali terpaksa tunduk oleh keserakahan dan kesombongan diri. mungkin saja kita mengerti dan tahu akan kebenaran, namun kadang ego pembenaran diri menjadi tinggi dan mengalahkan kebenaran itu sendiri.Wallahu'alam...moga bisa dipetik hikmahnya.

No comments: