Monday, December 1, 2008

kepada wartawan yg telah mewawancarai dan mengambil gambar saya: maaf dan terima kasih

Yang namanya manusia memang punya sisi norak dan rasa pamer. Beberapa waktu lalu dengan cukup lama saya sangat menginginkan diwawancara oleh wartawan manapun dan dari media manapun. Sebab saya berpikir bahwa saya cukup sering meminta orang lain untuk saya wawancarai, sedang saya tidak pernah dipinta seperti itu kecuali wawancara masuk sekolah, perguruan tinggi, atau tempat magang. Dibawah ini ialah foto para wartawan yang telah mewawancara dan mencapture foto saya. Dan sebelumnya juga sesudahnya saya ucapkan peromohonan maaf kepada mereka, karena --mungkin saking gugup dan emoh memberikan identitas--, dasar norak sebelum terkenal.


Wartawan LPM Institute ini berhasil mewawancarai saya ketika nuansa kampanye berlangsung di kampus. Sayangnya ketika itu saya sedang mengalami dilemma yang berkecukupan, sehingga karena itu tanpa pikir panjang saya memberikan identitas palsu. maaf ya...

Wartawan bule asal Australia ini --duh lupa namanya-- mewawancarai saya dan teman saya ketika RUU APP disahkan pada Oktober kemarin. Dia bertanya dalam bahasa Inggris, dan jelas teman-teman yang ada dalam barisan aksi mencari kami --yang mereka anggap paling jago-- untuk bersedia diwawancarai. Yang berkesan, kami menjawab dengan bule juga, alias BULEPOTAN. dasar anak sastra Inggris yang ga becus.

Wartawan ini, entah dari media mana, tidak terlihat mewawancarai mahasiswa manapun yang ikut dalam aksi pengesahan RUU APP Oktober kemarin. Dia lebih mengandalkan kepada selebaran-selebaran pernyataan sikap yang dibuat dan dibagikan dari beberapa elemen yang mendukung sahnya UU APP. Dan juga ia mengandalkan keahliannya dalam mengcapture gambar dengan kameranya yang besar. Akhirnya, saya iseng mengcapture balik.

No comments: