Thursday, September 25, 2008

Menjadi Model Manusia Muslim Abad XXI


“Langkah yang pertama adalah memiliki kesadaran tentang tujuan hidup. Tujuan hidup adalah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut.

Kemana anda akan berjalan?

Kemana arah anda?

Ingin jadi apa anda sebenarnya?

Jika anda seorang mahasiswa, kadang-kadang kita termotivasi ketika mendengarkan pengarahan tentang cara berprestasi dan cara belajar yang baik. Anda termotivasi, tetapi setelah itu, lama kelamaan, motivasi itu hilang. Contoh lain, anda mendengarkan ceramah seorang ustadz tentang pentingnya tilawah Al-Qur’an atau qiyamul lail. Sepulang darisana, anda rajin tilawah dan qiyamul lail setiap malam. Namun, dua-tiga hari kemudian, anda “roboh”, tidak sanggup lagi melakukannya.

Mengapa hal itu dapat terjadi? Karena anda belum menjawab pertanyaan: ingin jadi apakah anda sebenarnya? Jika kita tidak menyadari tujuan hidup, kita tidak akan mengetahui cara mengarahkan tenaga jiwa menuju tujuan tersebut. Orang yang paling mudah gagal dalam hidup adalah orang yang tidak mempunyai tujuan hidup atau tidak tahu ingin menjadi apa sebenarnya. Jadi, kesadaran tentang tujuan hidup perlu dipupuk.”
(Model Manusia Muslim Abad XXI, Anis Matta, Progessio:2006)

Penggalan tulisan diatas ialah merupakan penggalan karya Anis Matta mengenai konsep diri yang dikemas dalam judul ‘Model Manusia Muslim Abad XXI’. Sudah cukup lama saya menginginkan buku ini. Karena saya pikir karya-karya Anis Matta sangat enak dibaca sehingga ilmu-ilmu yang dituangkan dari pikirannya cukup berasa manfaatnya bagi para pembacanya. Dan puji kepada Allah, pada bulan September 2008 ini saya berhasil mendapat buku tsb dengan tidak membeli langsung namun merupakan hadiah atas milad saya yang jatuh pada bulan yang sama.

Pada awalnya, saya mengira buku ini ialah berkonten mengenai sejarah nabi dan kenabiannya beserta para sahabatnya yang menjadi contoh model bagi para manusia di abad XXI. Namun ternyata tidak. Buku ini lebih kepada konsep diri dengan mengambil contoh kepada konsep hidup nabi dan para sahabatnya, meski tidak memaksa kita untuk benar-benar mengikuti peraturan dan tips yang ketat demi menjadi manusia yang sama seperti sahabat dan tabi’in. karena menurut Anis Matta, sesungguhnya syarat kesuksesan dalam hidup hanya kita yang mampu menentukan. Sebab hanya masing-masing diri yang benar-benar bisa menilai bagaimana dirinya sendiri. Sehingga sesungguhnya hal-hal yang dibutuhkan untuk sebuah kesuksesan diri, tidak ditentukan oleh orang lain, melainkan kita yang menentukan dengan menganalisa hal apa saja yang yang kita butuhkan untuk menggapai kesuksesan tersebut.

Coba baca ulang penggalan materi diatas tadi. Dan coba renungkan mendalam. Sungguh benar bukan apa yang diungkapkannya? Hal ini benar-benar merupakan realitas yang kita rasakan selama ini. Kita mencoba berubah dengan mengikuti anjuran-anjuran bagus yang dikemukakan baik oleh buku-buku motivasi atau tausiyah para asatidz. Namun ternyata kita masih sulit merubah diri, kita masih sulit menanamkan konsep diri yang benar terhadap diri kita. Mengapa? Coba check ulang penggalan tulisan Matta di atas sekali lagi. Ya, jawabannya ialah kita belum benar-benar memahami dan menentukan apa tujuan hidup kita sebenarnya. Meski kita semua tahu bahwa tujuan hidup kita ialah untuk Allah.

Saya jadi ingat rasa sedih akan renungan saya tentang niat. Saya merenungkan apa-apa yang sudah saya perbuat selama ini. Mungkin memang banyak hal baik dan bermanfaat bagi orang lain dan dakwah. Tapi sungguh, terkadang saya merasa amat kosong. Sebenarnya untuk apa saya melakukan hal ini? Apakah semua ini akan kembali dan dilihat Allah dengan penilaian yang baik? Ataukah hanya dilihat sebagai perbuatan riya yang akhirnya tidak ada kompensasi apapun bagi perbuatan baik saya itu. Ataukah itu hanya amalan kosong tanpa penilaian baik atau buruk karena tidak ada tujuan didalamnya? Dan saya merenung ulang, berpikir ulang: apakah saya sudah berniat sebelum berbuat tadi? Lalu kenapa kosong begini rasanya?

Mungkin itu ialah akibat dari tidak seriusnya saya berpikir dan mematrikan tujuan hidup saya. Benar apa yang dikatakan pak Sugeng, tukang sayur BBS, bahwa tujuan dalam hidup ini sebenarnya Cuma satu; mengharap ridho Allah. Kita melakukan sesuatu yang berbau dan berkenaan dengan dunia sesungguhnya ialah hanya untuk Allah. Itulah orang yang cerdas, melakukan segala sesuatu diniatkan dan selalu dihubungkan dengan sang pencipta. Karena sesungguhnya tanpa kita sadari sebenarnya selama ini kita tengah berjalan menuju (kembali) kepada Allah dengan segala perbuatan yang telah, sedang dan akan kita lakukan. Lihat QS. Al-insyiqaq: 6.

Maka penting untuk mengkonsep ulang diri kita saat ini, khususnya bagi diri mereka yang merasa selalu gagal dalam hidup ini. Yang jelas, menurut Anis Matta, masih dalam buku yang sama, bahwa orang yang sukses ialah orang yang memiliki kemauan kuat. Ia tak hanya memiliki otak cerdas atau impian yang luar biasa, namun kemauan untuk melakukannya. Itulah kunci. KEMAUAN. Juga disiplin yang tinggi. Selama ini saya merasakan, segala kegagalan dan kesempatan yang berlalu sia-sia dalam hidup saya ialah karena saya tidak punya komitmen akan displin yang tinggi. Padahal, selama ini saya mengerjakan sholat lima waktu, namun tetap saja saya belum paham akan banyak hikmah yang diberikan dari sholat tersebut. Bahwa salah satu hikmahnya ialah displin dan pengaturan waktu yang ketat. Coba pikirkan, untuk apa kita sholat shubuh? Salah satunya ialah untuk membiasakan kita bangun pagi dan membiasakan diri kita untuk menyetting segala sesuatu di awal episode, bukan di akhir.

Mungkin begini saja pemikiran sekaligus resensi yang bisa saya kemukakan. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

1 comment:

Ahmad Helmy said...

Ya nih, aku baca bukunya motivated bgt