Friday, September 12, 2008

Benarkah Saya Aktivis??




Dengan judul diatas, bukan maksud saya pesimis atau meragukan dan merancukan peran aktivis yang image-nya sudah beredar terkenal dimana-mana. Namun hanya sekedar penekanan ulang; aktivis itu siapa? Dan harus seperti apa?

Rabu, 10 september 2008, kemarin, saya mampir sebentar ke Ramayana Blok-M untuk membeli sebotol minuman dingin sebagai bekal berbuka puasa di bus way nanti. Saya titipkan tas –tepatnya dua tas yang dua-duanya berisi buku-buku—hmm. Saya dengar penjaga loker penitipan barang bergumam, “berat!” namun tak saya hiraukan karena saya harus buru-buru membeli minuman dingin dan cepat membayar dan cepat pergi menuju stasiun bus way Blok M.

Di kasir ternyata ada masalah dengan uang saya yang pecahannya terlalu besar untuk sebotol minuman dingin. Akhirnya saya pergi ke penitipan barang dan mengambil kembali tas saya sebelum membayar minuman dingin yang masih ditahan di kasir dengan uang kecil yang saya punya. Sambil mengembalikan tas saya, penjaga loker penitipan bertanya pada saya, “Kak, berat banget ya tasnya. Kakak aktivis ya?” Dengan menghindari tatapan penjaga (laki-laki) yang berusia masih cukup muda –sepertinya seusia atau lebih tua setahun dengan saya—itu, saya jawab; BUKAN. Namun dia membalikkan, “bukan gimana? Buktinya tasnya berat.”

Hey, bukan berarti dengan tas berat berisi buku-buku saya lantas harus menerima gelar AKTIVIS. Banyak aktivis yang jarang bawa tas ke kampus kok. Kadang malah Cuma modal rokok dan kaca mata (ini aktivis apaan ya?). saya jadi teringat perkataan teman SMA saya, ia bertanya dengan penuh curiga pada saya (baik langsung dan lewat email), “dhila aktivis ya?”. Saya bilang, BUKAN. Huff, kenapa sih dengan aktivis? Saya saja tidak tahu persis apa pengertian aktivis. Namun yang jelas saya mengejek orang-orang yang bangga dengan sebutan aktivis dengan menuangkannya dalam sebuah cerpen berjudul ‘JANGAN SEBUT SAYA AKTIVIS!!’. Cerpen tersebut saya tulis sekitar tahun 2005, setelah PEMIRA UIN pada tahun yang sama. Ketika itu saya masih berusia 17 tahun dan masih duduk tingkat pertama bangku kuliah. Cerpennya bisa di-download di attachment.

Soal aktivis. Kenapa saya agak ragu? Karena saya pikir pengertiannya masih abstrak. Dan banyak mahasiswa yang mengaku dia aktivis hanya karena dia ikut-ikutan demo dan aktif di berbagai organisasi. Tapi saya pikir bukan itu maksud aktivis. Akitivis ialah pemuda yang peduli dengan nasib orang banyak yang berada di lingkungan sekitarnya tanpa pilih-pilih kasus. Dan saya sendiri? Saya sendiri bukan aktivis, karena bukan orang pemberani. Saya ini PASSIVIS. Saya hanya orang awam yang ikut-ikutan dan pengikut setia walaupun kadang suka protes sendiri dalam hati dan akhirnya ngeluarin uneg-uneg lewat tulisan begini.

Begitu. Cukup deh.

2 comments:

abdillah said...

haaaaaaaaaaaahaaaaaaaaaaaaaaaahaaaaaaaaaaaaaaa
lutu banget critanya.jangan cembelut githu dung!
aktivis orang yang aktif mungkin itu anggapan di kebanyakan orang. orang yang bisa menggunakan waktunya dengan baik dengan berbagai aktivitas.yach itu cuman kemungkinan aja seh...... coz aku kurang bisa membaca isi pikiran orang.

abdillah said...

haaaaaaaaaaaahaaaaaaaaaaaaaaaahaaaaaaaaaaaaaaa
lutu banget critanya.jangan cembelut githu dung!
aktivis orang yang aktif mungkin itu anggapan di kebanyakan orang. orang yang bisa menggunakan waktunya dengan baik dengan berbagai aktivitas.yach itu cuman kemungkinan aja seh...... coz aku kurang bisa membaca isi pikiran orang.