Thursday, October 2, 2008

Pendidikan Bebas, seperti apa?


Sebuah buku menarik ketika saya berhasil meminjam buku berjudul ‘Summerhill School: Pendidikan Alternatif Yang Membebaskan’ karya A.S Neill. A.S Neill terbitan Serambi tahun 2007 ialah seorang praktisi pendidikan yang tidak pernah mengaplikasikan ilmu pendidikan, ia selalu menulis artikel yang bisa dibilang nyeleneh bagi dunia pendidikan. Ia malah lebih menyukai mengaplikasikan ilmu-ilmu psikologi yang ketika itu sedang berkembang, khususnya Psikoanalisa temuan Sigmund Freud yang memang tengah dalam masa kejayaan di abad 20.

Summerhill didirikan oleh Neill pada 1921 di Jerman dan kemudian pindah ke Inggris. Sekolah ini merupakan sekolah berasrama dengan jenjang pendidikan TK sampai SMA. Sekolah ini memiliki system sangat berbeda dari sekolah biasa yang menurut Neill sangat mengekang anak dan mengadopsi konsep militer; yakni SWAKELOLA alias kelola sendiri. Maksudnya ialah sekolah ini membebaskan seluruh siswa-siswinya untuk melakukan apa saja (termasuk tidak mengikuti pelajaran) asalkan tidak mengganggu orang lain. karena menurut Neill, masa kanak-kanak ialah masa permainan. Jika ia dikekang akan menghambat dan menjadi sebuah gangguan yang akan tertanam di dalam diri si-anak di masa depan. Yang harus diperhatikan ketika mendirikan sekolah Summerhill ini (bagi Neill dan istrinya) yakni sekolah yang cocok untuk anak, bukan anak yang dicocokkan terhadap system sekolah.

Di Summerhill, seperti yang sudah saya kemukakan, membebaskan seluruh siswa-siswinya untuk bermain sepanjang hari. Tidak ada aturan seketat di sekolah biasa. Disini siswa-siswi berhak menentukan peraturan sekolah sesuai keinginan mereka. Ada sebuah kebiasaan di Summerhill, yakni mengadakan Rapat Umum untuk membahas segala sesuatu soal peraturan yang akan diterapkan dan menyidang atau membahas kesalah-kesalahan atau pelanggaran yang terdapat di Summerhil. Perlu diketahui, setiap Rapat Umum diadakan, semua siswa dan guru dan staff bahkan Neill yang merupakan pendiri Summerhill memiliki satu suara untuk menyatakan pendapatnya. Dan suara tersebut sama kedudukannya. Sehingga tidak ada otoriter disini. Hal ini dikarenakan Neill ingin menerapkan keberanian kepada diri anak. Sebab selama ini Neill merasa anak-anak tidak bahagia jika pergi ke sekolah disebabkan kebenciannya pada pelajaran juga kebencian pada guru (walau tidak bisa diungkapkan karena rasa takut mereka terhadap guru). Dan Neill ingin menghilangkan hal tsb, yakni menghilangkan rasa takut anak-anak terhadap guru atau orang dewasa lainnya. Hasil positifnya, mereka bisa hidup dalam masyarakat dengan kepercayaan diri yang wajar.

Banyak kebijakan di Summerhill yang cukup bertentangan dengan sekolah formal lain di luaran. Salah satunya ialah melakukan coeducation; yakni mencampurkan siswa dan siswi dalam berbagai hal termasuk tinggal dalam satu asrama. Keberanian Neill ini mendapat respon yang cukup bertentangan di Inggris. Sebab, seperti yang kita ketahui, menurut norma adat dan agama, laki-laki dan perempuan punya resiko berbahaya jika dicampur dalam satu tempat (asrama/kamar). Namun menurut Neill tidak seperti itu, melainkan jika koedukasi ini dilakukan akan menghilangkan segala rasa penasaran dan justru mengcounter kejadian yang tidak diinginkan seperti perzinahan bahkan perkosaan. Sebab dengan adanya koedukasi mereka akan melakukan pembelajaran dengan bentuk nyata. Tidak ada penasaran atau khayalan-khayalan kosong tentang laki-laki (bagi perempuan) dan tentang perempuan (bagi laki-laki). Salah satu fenomena terkait hal ini yang terjadi di Summerhill; ketika itu Summerhill memiliki dua orang siswa dan siswi pindahan. Yang siswa berasal dari sekolah khusus laki-laki yang sangat ketat dan disiplin. Dan yang siswi berasal dari sekolah khusus perempuan yang juga sangat ketat dan displin. Mereka berdua terlibat cinta dan selalu pergi berdua. Mereka pikir dengan pindahnya mereka dari sekolah formal dan masuk Summerhill, mereka bisa melakukan segala sesuatu yang mereka sukai, apalagi asrama di Summerhil dicampur antara laki-laki dan perempuan dengan tanpa pengawas asrama yang tinggal disana. Akhirnya suatu ketika Neill menghampiri mereka di suatu malam. Neill berkata pada mereka berdua untuk melakukan apa saja yang mereka inginkan namun jika sampai si perempuan hamil, hal tsb akan mencoreng nama mereka berdua dan akan mencoreng nama Summerhill. Begitulah cara Neill memberi nasehat dan pengajaran meski tanpa harus ada aturan yang mengekang.

Selain itu di Summerhill bebas bermain sepanjang hari alias tidak mengikuti pelajaran sepanjang anak-anak mau. Seperti yang Neill katakan, masa kanak-kanak ialah masa permainan. Kita tidak boleh memaksa anak untuk belajar hanya karena kita khawatir terhadap masa depannya. Biarkan mereka mendapat hak bermain mereka di masa kecil, karena sesudah itu mereka akan tumbuh menjadi orang dewasa yang normal dengan tanpa rasa penasaran ingin kembali menjadi anak kecil dan ingin merasakan masa bermain yang barangkali belum mereka dapatkan (masa kecil kurang bahagia). Neill bilang, coba pikirkan untuk apa kucing kecil bermain tali. Ialah sebagai latihan untuk mempersiapkan diri menangkap tikus di masa dewasanya. Dan untuk apa anak kecil bermain masak-masakan atau permainan lainnya yang jika kita lihat ialah bentuk fantasi dari kehidupan nyata, yakni untuk mempersiapkan mereka juga di masa dewasa nanti. Ada contoh nyata, yakni alumni Summerhill yang berhasil lolos ujian masuk perguruan tinggi dan bisa mengikuti kuliah di Universitas. Di Universitas, mereka melihat mahasiswa non-alumni Summerhill melakukan hal-hal yang bersifat anak kecil seperti berkelahi dan meributkan sesuatu yang tidak penting. Para alumni Summerhil berkomentar, kami tidak ingin melakukan hal kekanak-kanakkan tersebut karena kami sudah melakukannya ketika di Summerhill dulu.

Lalu bagaimana jika ada anak yang belum bisa baca atau malah jadi malas belajar, padahal mereka sudah memasuki usia lulus dari SMA. Hal ini biasanya timbul dari kesadaran siswa tersebut atau biasanya bagi siswa-siswa bermasalah diadakan les private bagi mereka yang mau dan butuh. Menurut Neill, suatu hal yang baik ketika mereka mau belajar dengan keinginan mereka sendiri tanpa dipaksak siapapun. Karena hasilnya pun juga akan lebih maksimal. Bagi Neill, pendidikan sukses ialah pendidikan yang mengerti dengan keinginan anak dan bisa bermanfaat bagi mereka di masa depan. Maksud berhasil dan bermanfaat bukan berarti mereka menjadi orang-orang besar namun bersikap kekanak-kanakkan dan melakukan hal-hal kurang baik serta tidak bahagia. Namun ialah menjadi orang dewasa yang baik dan memiliki pekerjaan yang sesuai dengan hati nurani dan merasa bahagia. Karena menjadi bahagia, itulah kunci sukses pendidikan anak menurut Neill.

Satu hal yang saya suka dari konsep Neill ialah Neill melarang untuk melakukan hukuman keras (terutama memukul) kepada anak. Karena ini akan mengakibatkan penyakin psikis yang berkepanjangan bagi si-anak di masa depan. Salah satu alasan Neill mengapa ia menerapkan system swakelola di Summerhill, ialah karena ia mendapatkan pendidikan keras yang menurutnya sangat menyakitkan di masa kecil. Ia juga memiliki pengalaman ketika jadi guru di sekolah yang memiliki aturan sangat ketat dan mengharuskannya memukul para siswa jika berbuat kesalahan. Menurut Neill, para guru sengaja menciptakan kesan DEWA bagi para siswanya sehingga timbul perasaan takut dan segan dan ngeri dan benci dari siswa pada gurunya. Dan hal inilah yang salah satunya ingin dihilangkan Neill.

Namun, terlepas dari segala pesona kebebasan yang diberlakukan di Summerhill School, saya tetap kurang setuju dengan sekolah yang memiliki system bebas aturan. Beberapa konsep Neill tentang sikap orang dewasa terhadap anak sangat benar dan saya setuju dengan hal tsb. Namun dengan bebasnya system, menjadi rancu dan membuat kebingungan sendiri bagi yang menerapkannya. Di buku tsb, saya menangkap kebingungan dari Neill ketika melaksanakan system ini ketika ia menemukan masalah-masalah yang di luar dugaannya. Katanya, tidak ada system yang sempurna (termasuk demokrasi) namun menurutnya inilah system yang tepat (setidaknya).

Namun, karena saya bukan praktisi pendidikan (baru sekedar mempelajari sedikit-sedikit) sehingga saya kurang bisa mencari konsep yang lebih tepat untuk pendidikan anak. Hmm, tapi Rasulullah pernah ngajarin tuh. Untuk referensi lihat buku ‘Menjadi ABG muslim’. Ada yang ingin coba analisa soal ini, juga soal Summerhill school? Saya sarankan untuk membaca bukunya dulu sampai habis agar mengetahui sendiri titik perkaranya.

Satu lagi kekurangan buku ini, yakni terjemahannya. Secara keseluruhan bagus, namun ada beberapa kata yang asing seperti ‘arkian’, ‘ahmak’, dll. Sepertinya kata-kata itu hanya ada di kamus besar Bahasa Indonesia.


PS: Thx untuk Fatimatul Fikriyah atas pinjaman bukunya.

No comments: