Thursday, September 18, 2008

Islam & Pergerakan


Sambil mendengarkan nasyid lawas yg selalu menjadi penyemangat—“KAMI HARUS KEMBALI—dari IZZIS.

Saya mencoba meresensi buku Islam dan Pergerakan yang sudah berusia 20 tahun yang kebetulan ada dalam koleksi perpustakaan bapak saya yang cukup berantakan di rumah. Setelah mengumpulkan semangat yang sempat maju-mundur dan dipaksakan, akhirnya berhasil membaca buku ini dan menyelesaikannya.

Buku ini berisi kumpulan tulisan mengenai pergerakan Islam yang sejak dulu memang sudah eksis yang ditulis oleh berbagai ahli dalam analisa pergerakan Islam dan sosiolog seperti Dr. Kalim Siddiqui, Prof. Isham Al-‘Aththar, Syaikh ‘Abdur Rahman ‘Abdu’l-Khaliq, Prof. Dr. Ja’far Syaikh Idris, Prof Dr. Fathi Osman dan Dr. Muhyi’d-Din ‘Athiyyah.

Berbicara mengenai definisi dasar pergerakan dalam Islam mengawali buku ini sebagai pendahuluan, Siddiqui mengatakan bahwa pergerakan Islam bukanlah instansi atau badan hokum seperti perusahaan atau partai politik yang mempunyai hirarki piramida. Namun gerakan Islam itu dapat disebut system fungsional dan tingkah laku. Karena ia mempunyai anggota, prinsip-prinsip, nilai-nilai dan tujuan-tujuan. Sehingga pergerakan Islam ialah suatu system terbuka yang tak terikat dan bertaraf internasional dimana individu-individu atau kelompok-kelompok ummat Islam berusaha dengan sadar untuk kembali menyatukan ummat dalam suatu system tingkah laku amali yang mempunyia tujuan.

Namun kadang (atau sepertinya sering) usaha yang dilakukan pergerakan Islam saat ini semuanya kekurangan arah. Sehingga ada usaha yang terbuang sia-sia yang sepatutnya diganti dengan usaha lain yang lebih tepat. Begitu kira-kira kata Siddiqui dalam menganalisa pergerakan Islam dewasa ini. Intinya, kekurangan rasa penyatuan secara internasional sehingga dengan mudah ummat Islam dimasuki dan dipatahkan usahanya.

Sebuah analisa yang cukup mencengangkan dari Isham Al-Athar bahwa ternyata berakhirnya peperangan antara Blok Barat (USA) dan Blok Timur (Uni Soviet) bukan untuk perdamaian di dunia ini. Melainkan disana ada perjanjian antara timur dan barat untuk menghindari bentrokan senjata secara langsung. Mereka sadar jika itu terjadi lambat laun USA atau Uni Soviet akan hancur. Sehingga mereka memindahkan pusat pertarungan mereka di Negara-negara miskin dan berkembang yang notabene bermayoritas penduduk Islam. Sehingga yang merugi bukanlah Rusia atau USA melainkan ummat Islam di Negara miskin dan berkembang tersebut.

Mereka juga menggunakan pangan sebagai senjata politik. Beratus-ratus ton bahan pangan pernah dibuang ke dasar lautan oleh Eropa barat hanya karena agar harga pangan dunia tidak menurun di pasaran. Sehingga warga muslim yang berada di negeri yang notabene memiliki dan menghasilkan mayoritas bahan pangan kelaparan di negeri mereka sendiri. Selain subordinasi pangan ini juga ada subordinasi ekonomi dan politik juga militer demi menekan Negara-negara muslim. Salah satu perangkatnya ialah NATO.

Mereka sangat turut andil dalam perang saudara antar Negara dan ummat Muslim di dunia. Sebagai contoh Uni Soviet mengirim senjata untuk Mesir agar bisa terlibat perang ummat Islam lawan ummat Islam di Yaman. Kemudian Soviet menghentikan pengiriman senjata dan onderdil-onderdil ke Mesir ketika Negara ini membutuhkannya dalam perang melawan Yahudi.

Sungguh miris kita menghadapi kenyataan dan keterpurukan yang terjadi pada ummat Islam ini. Sejak dahulu—sejak peradaban Islam jatuh pada masa kesultanan Turki, ummat Islam terpuruk peradabannya dan selalu berada dalam posisi bangkit dan terus bangkit meski selalu dipatahkan pula (namun tidak benar-benar patah, karena ummat Islam (pergerakan) akan selalu tumbuh dimanapun).

Mengenai jalan keluar, menurut Al-Athar, tidak ada jalan keluar bagi negeri-negeri Islam dari tragedy berulang-ulang ini kecuali keluar total dari segala bentuk subordinasi yang membawa kehancuran ini dan kembali kepada Islam yang sebenarnya, yaitu hidup secata Islam, berciri Islam dan merdeka menurut yang diajarkan Islam. Setelah itu baru dapat dicapai saling isi mengisi dan kerjasama antara Negara-negara Islam: sama-sama mencegah diri terlibat dalam kancah pertarungan kedua blok atas daerah dan kekayaan alam dunia Islam dan sama-sama mencegah agar kedua blok jangan menjadisekutu kontra masalah Islam dan ummat Islam yang menentukan.

Kita betul-betul yakin bahwa jalan dirintis Islam untuk masa depan yang gemilang adalah jalan satu-satunya untuk mencapai tujuan hidup mulia yang bebas dan kedaulatan yang benar-benar luhur. Dengan demikian barulah kita dapat mencapai kemajuan, persatuan dan kemenangan yang diridhoi Allah untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.

Kita benar-benar yakin bahwa dengan keteguhan, perjuangan dan usaha kita terus menerus, kita berhak menempuh jalan ini. Sudah sepatutnya kita menyelamatkan tanah air dan bangsa kita dari tragedy masa yang dideritanya untuk menempuh masa depan Islam yang gemilang. Masa depan orang-orang yang berdaulat yang bebas dan mulia.

Hidup luhur dan mulia dengan Islam atau menjadi pejuang terhormat yang bebas dari kehidupan subordinasi, hina dan diremehkan.

“Allah adalah pimpinan orang-orang beriman yang membawa mereka dari suasana gelap gulita ke suasana terang benderang. Pimpinan orang-orang kafir adalah thgaut yang membawa mereka dari terang benderang kepada gelap gulita. Mereka yang terakhir ini adalah penduduk kekal dari neraka “ ---Albaqarah: 257---

Sekarang sambil diiring oleh “HARAPAN ITU MASIH ADA” by SHOUTUL HAROKAH.

No comments: