Tuesday, February 24, 2009

Mana yang lebih baik, Tukang Pijat Refleksi – Pengamen – Pengemis??


Hidup memang butuh uang, meski uang bukan segalanya. Fenomena kemiskinan yang melanda tidak hanya terjadi di satu kota, provinsi atau Negara saja, tapi di multi tempat. Bahkan termasuk USA yang disebut-sebut Negara adidaya di dunia, pun masih memiliki kota kumuh dan miskin (coba tengok kota Bronx yang ada di New York).

Untuk hidup, manusia butuh matapencaharian dengan penghasilan sebagai kompensasinya. Namun bagaimana jika “meminta” dan “mengaku” sebagai si-miskin dijadikan sebagai profesi demi uang? Ah, hidup ini memang begitu keras, sehingga berpura-pura pun dianggap halal.

Foto diatas ialah foto tukang pijat refleksi yang saya ambil ketika tengah makan malam di sebuah warung lesehan di area Malioboro. Ya, di jalan yang cukup terkenal di Yogya itu memang cukup banyak orang yang mengambil kesempatan untuk bekerja menjadi apa saja. Entah itu pengamen, pelukis jalanan, tukang pijat refleksi, tukang becak, tukang baju, atau bahkan pengemis. Menjadi dan bekerja apa saja tidak masalah, asal halalan thoyyibah. Lalu bagaimana dengan pengemis?

Pengemis, hal ini yang menjadi salah satu pikiran saya. Pengemis adalah mereka yang tampak lemah-menderita. Mereka yang tampak lusuh-bau-tanpa uang. Mereka yang membuat diri mereka sendiri hina-dina-nestapa. Mereka yang, ah, harus ku apakan mereka ini???? Itulah pertanyaan yang saya miliki sebenarnya. Harus kuapakan mereka? Agar derajat mereka naik kembali, tidak hina-dina seperti sekarang ini.

Kembali kepada judul diatas, manakah yang lebih baik, tukang pijat refleksi atau pengamen atau bahkan pengemis? Ketiganya sama-sama berkeliling mencari objek yang mampu memberi kompensasi. Ketiganya sama-sama menanggalkan rasa gengsi demi kompensasi (lagi-lagi). Namun mana yang lebih berderajat? Saya pikir jawabannya pun sudah terbaca, karena akal sehat dan pikiran telah memberi tahu sesuai kemampuannya. Ya, menjadi tukang pijat refleksi dan pengamen lebih baik sedikit dari pada pengemis.

Ada pepatah “tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah”, memang benar hal ini. Dulu pun ada kisah seorang pengemis yang selalu meminta uang kepada Rasulullah SAW. Rasulullah pun selalu memberi uang kepadanya, namun ketika pengemis itu berpapasan dengan beliau dan meminta uang untuk yang ketiga kalinya, Rasulullah malah memberi sebuah kapak padanya. Artinya ialah, bekerja itu lebih baik daripada meminta upah/hibah/bantuan tanpa melakukan apa-apa. Menyedihkan sekali. Karena meminta/mengemis ialah merupakan kelakuan yang merendahkan derajat seseorang. Dalam hal pemberian zakat saja, sebaiknya sang pemberi zakat menghampiri langsung orang yang menurutnya pantas menerima zakat. Bukannya penerima zakat itu disuruh antri berjam-jam demi mendapat uang/angpau yang tidak kurang dari 10.000 misalnya.

Ya begitulah. Pengemis-pengemis, makin banyak ajah di Negara kita ini. Heran sekali ketika mereka merasa nyaman berprofesi sebagai orang miskin. Heran sekali ketika mereka merasa nyaman berada dalam standar kebodohan tanpa ingin maju dan lepas dari cengkraman kemiskinan dan ketidaksejahteraan. Heran sekali mereka merasa nyaman berprofesi sebagai penipu ulung dengan alasan sakit atau cacat sehingga tidak bisa bekerja, padahal masih sehat. Heran sekali ketika mereka merasa rezeki mereka baik dan berkah hasil dari mengemis. Memang sih banyak orang yang hidupnya makmur bahkan sangat makmur meski dengan hanya mengemis.

Padahal yang mereka lakukan hina-dina. Padahal yang mereka perbuat cukup membuat mereka mendapat pandangan tercela. Lalu kenapa ketika ditawari pekerjaan yang lebih baik tidak berminat? Lalu kenapa ketika ditawari sekolah gratis banyak yang menolak? Haduh, bangsaku, mengapa hanya “money oriented” yang jadi pandanganmu?

JANGAN MAU JADI PENGEMIS, bangsaku. Karena ia tidak lebih baik dari pemulung.


PS. Sepertinya dulu sempat ada PP larangan untuk memberi uang kepada para GEPENG, tapi kenapa sekarang seolah tidak ada ya. Saya cukup setuju dengan adanya peraturan itu. memberi pelajaran kepada para pengemis bahwa hidup ini butuh kerja keras dan usaha, bukan hanya meminta.

No comments: